You are on page 1of 13

DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang................................................................................. 2
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3. Tujuan................................................................................................ 2
1.4. Manfaat.............................................................................................. 3
1.5. Hiootesa............................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................. 4
2.1. Briket................................................................................................. 4
2.2. Minyak Tanah................................................................................... 5
2.3. Kulit Pisang....................................................................................... 5
2.4. Serbuk Gergaji.................................................................................. 6
2.5. Sekam................................................................................................. 6
2.6. Kulit Kacang...................................................................................... 7

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Semakin hari keberadaan sumber daya alam (SDA) penghasil minyak bumi
semakin berkurang .Hal ini terjadi karena adanya eksploitasi minyak besar besaran
tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi.Sumber Daya Alam (SDA)
penghasil minyak bumi akan habis karena tidak dapat diperbaharui.
Dewasa ini, bangsa Indonesia mengalami krisis energi yang sangat parah,
karena energi yang kita konsumsi lebih banyak dari yang kita hasilkan. Realistis
tingkat penggunaan terus meningkat sehingga generasi sekarang akan menghadapi
krisis energi yang sangat parah di tahun-tahun berikutnya. Namun demikian, kita
tidak akan siap menghadapi krisis energi yang pasti akan terjadi di masa yang akan
datang. Tanggung jawab tidak hanya dipegang oleh pemerintah, tapi oleh semua
masyarakat pengguna energi.
Usaha mengurangi dampak dari krisis energi dapat dilakukan melalui
beberapa terobosan menciptakan energi alternatif pengganti minyak bumi. Salah
satunya adalah briket organik sebagai alternatif pengganti minyak tanah.
Alasan kami memilih bahan organik karena saat ini terdapat banyak sampah
organik di lingkungan kita yang tidak termanfaatkan, seperti : kulit pisang, kulit
kacang, sekam, dan serbuk gergaji. Maka dari itu kami membuat terobosan Briket
“JIKASEPI” (serbuk gergaji, kulit kacang, sekam, dan pisang). Selain sebagai energi
alternatif, briket ini juga ramah lingkungan, hemat biaya, dan mengurangi sampah di
lingkungan.
1.2.Rumusan Masalah
1) Bagaimana cara pembuatan briket “JIKASEPI” ?
2) Apakah briket “JIKASEPI” lebih efisien dibandingkan dengan minyak
tanah ?
1.3.Tujuan

1) Mengetahui bagaimana cara pembuatan briket “JIKASEPI” sebagai


alternatif pengganti minyak tanah.

2) Mengetahui efisiensi briket “JIKASEPI” dibandingkan dengan minyak


tanah.

2
1.4. Manfaat

1) BAGI PENULIS
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana cara
pembuatan briket “JIKASEPI”, memberikan gambaran tentang bagaimana efisiensi
briket “JIKASEPI” dibandingkan dengan minyak tanah.
2) BAGI PEMBACA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan tentang
bagaimana cara pembuatan briket “JIKASEPI”, memberikan sumbangan pengetahuan
bagaiman efisiensi briket “JIKASEPI” dibandingkan dengan minyak tanah.
3) BAGI MASYARAKAT
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mesyarakat tentang
bagaimana cara pembuatan briket “JIKASEPI” dan efisiensi briket “JIKASEPI”
dibandingkan dengan minyak tanah.

1.5 Hipotesa

Briket “JIKASEPI” lebih efisien dibandingkan dengan minyak tanah.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Briket
Suatu bahan yang berupa serbuk atau potongan – potongan kecil yang dipadatkan
dengan menggunakan mesin press dengan dicampur bahan perekat sehingga menjadi bentuk
yang solid. Dipasaran ada briket garam yang notabene bukanlah bahan bakar. Namun tidak
dipungkiri briket memang menjurus kepada bahan bakar. Untuk jenis briket bahan bakar ini
tergolong ke dalam dua kelompok besar yaitu briket batu bara dan briket biomasa.
Berdasarkan bahan bakunya, briket biomasa terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, diantaranya
briket tempurung kelapa, briket cangkang sawit, briket serbuk kayu / gergaji, briket ranting
dan daun kering serta tidak menutup kemungkinan akan ada jenis – jenis briket biomasa
lainnya.
Briket biomasa adalah energi alternatif yang ramah lingkungan. Bahan baku dari
briket ini menggunakan limbah – limbah sisa produksi, baik itu rumah tangga, perkebunan
maupun sampah dari proses alam, seperti daun – daun yang gugur. Manfaat briket adalah bisa
menjadi pengganti bahan bakar minyak untuk pembakaran dan bisa menjadi pengganti arang
aktif / arang kayu sehingga mengurangi proses pembabatan hutan, khususnya hutan bakau.

2.2. Minyak Tanah

Minyak tanah (bahasa Inggris: kerosene atau paraffin) adalah cairan hidrokarbon
yang tak berwarna dan mudah terbakar. Dia diperoleh dengan cara distilasi fraksional dari
petroleum pada 150 °C dan 275 °C (rantai karbon dari C12 sampai C15). Pada suatu waktu dia
banyak digunakan dalam lampu minyak tanah tetapi sekarang utamanya digunakan sebagai
bahan bakar mesin jet (lebih teknikal Avtur, Jet-A, Jet-B, JP-4 atau JP-8). Sebuah bentuk dari
minyak tanah dikenal sebagai RP-1 dibakar dengan oksigen cair sebagai bahan bakar roket.
Nama kerosene diturunkan dari bahasa Yunani keros (κερωσ, malam)

Biasanya, minyak tanah didistilasi langsung dari minyak mentah membutuhkan


perawatan khusus, dalam sebuah unit Merox atau hidrotreater, untuk mengurangi kadar
belerang dan pengaratannya. Minyak tanah dapat juga diproduksi oleh hidrocracker, yang
digunakan untuk memperbaiki kualitas bagian dari minyak mentah yang akan bagus untuk
bahan bakar minyak.

Penggunaanya sebagai bahan bakar untuk memasak terbatas di negara berkembang,


setelah melalui proses penyulingan seperlunya dan masih tidak murni dan bahkan memilki
pengotor (debris).

4
2.3. Kulit Pisang
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun
besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana,
dan M. ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Buah ini tersusun
dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir
semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa
yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang sebagai
bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral, terutama kalium.
Pisang

Pisang di perkebunan
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Liliopsida

Ordo: Musales

Famili: Musaceae

Genus: Musa

Spesies
 M. Acuminata
 M. balbisiana
 M. ×paradisiaca (invalid)
 M. sapientum (invalid)

5
2.4. Serbuk gergaji
Serbuk gergaji kayu adalah suatu bahan baku kayu yang diolah dan diiris dengan
menggunakan alat (gergaji kayu) menjadi ampas-ampas kecil.
Limbah serbuk gergaji memiliki potensi yang cukup besar yang dapat digunakan
sebagai bahan baku briket arang. Serbuk gergaji kayu yang selama ini menjadi limbah bagi
perusahan dapat dijadikan menjadi sebuah peluang usaha dan peluang bisnis. Dengan
bertambah tingginya harga minyak tanah sebagai bahan bakar untuk memasak maka serbuk
kayu dapat dijadikan penggantinya dengan harga yang lebih murah.

Pada pengolahan kayu di industri perkayuan terutama industri kayu lapis dan kayu
gergajian selain produk kayu lapis dan kayu gergajian diperoleh pula limbah kayu berupa
potonghan kayu bulat (log). Namun sayangnya limbah dalam bentuk serbuk gergaji belum
dimanfaatkan secara optimal, terutama hanya untuk bahan bakar boiler (atau dibakar tanpa
pemanfaatan yang berarti menimbulkan masalah terhadap lingkungan (Febrianto et al. 1999).

Serbuk gergaji mengandung komponen-komponen kimia seperti selulosa,


hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif.

2.5. Sekam

Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering,
bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan
embrio). Sekam dapat dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae),
meskipun pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya
jagung dan gandum). .

Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di
tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam.

Secara anatomi, sekam terbentuk dari bagian perhiasan bunga padi-padian (spikelet) yang
disebut gluma, palea, dan lemma. Pada tongkol jagung konsumsi, ketiga bagian ini tereduksi
sehingga tampak seperti sisik pada permukaan tongkol. Pada padi, gluma mirip seperti dua
duri kecil di bagian pangkal. Palea adalah bagian penutup yang kecil, sedangkan lemma
adalah bagian penutup yang besar dan pada varietas tertentu memiliki "bulu" (awn). Pada
bunga gandum, ketiga bagian ini berkembang baik.

Sekam diperlukan untuk keperluan penanaman ulang tanaman ini. Bulir tanpa sekam (disebut
beras untuk padi) tidak dapat digunakan sebagai bahan tanam, kecuali pada kultivar tanpa
sekam.

6
Bulir dari berbagai tanaman pangan yang didomestikasi memiliki sekam yang mudah lepas.
Tipe-tipe primitif padi, gandum, serta beberapa biji-bijian lainnya bijinya cenderung tertutup
rapat oleh sekam.Kultivar-kultivar modern gandum dan padi memiliki sekam yang mudah
lepas atau mudah dipecah ketika digiling.

Proses pemisahan sekam dari isinya dulu dilakukan dengan penumbukan gabah memakai alat
tumbuk (biasanya berupa alu dengan pemukulnya). Pada masa kini orang memakai mesin
giling dan prosesnya disebut penggilingan. Penggilingan atau penumbukan akan
menghasilkan beras yang masih tercampur dengan sisa-sisa sekam atau pengotor lainnya.
Tahap pembersihan berikutnya adalah pengayakan; secara tradisional dilakukan dengan
melemparkannya ke udara sehingga bagian yang lebih berat terpisah dari bagian yang ringan.

Sekam tidak sama dengan bekatul (atau bran). Bekatul termasuk bagian dari endospermium
dan terbentuk dari lapisan aleuron dan perikarp yang melekat.

Sekam tidak dapat dimakan. Ia digunakan terutama sebagai alas kandang karena sangat
higroskopis sehingga menyerap cairan atau kelembaban. Beberapa hewan dapat menoleransi
sekam sehingga campuran pakannya mengandung sekam. Selain itu, sekam dapat dibakar di
ladang untuk dicampurkan ke tanah. Suatu teknik hidroponik murah telah dikembangkan
menggunakan arang sekam sebagai media untuk menahan tanaman.

2.6. Kulit Kacang

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) adalah tanaman polong-polongan atau legum
anggota suku Fabaceae yang dibudidayakan, serta menjadi kacang-kacangan kedua terpenting
setelah kedelai di Indonesia. Tanaman yang berasal dari benua Amerika ini tumbuh secara
perdu setinggi 30 hingga 50 cm (1 hingga 1½ kaki) dengan daun-daun kecil tersusun
majemuk.

Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya selain kacang bogor,
Voandziea subterranea yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah.
Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu.

Di Indonesia, ia dikenal pula sebagai kacang una, suuk (Sd.), kacang jebrol, kacang
bandung, kacang tuban, kacang kole, serta kacang banggala. Dalam perdagangan
internasional dikenal sebagai bahasa Inggris: peanut, groundnut.

7
Kacang tanah

Arachis hypogea
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Plantae

Divisi: Tracheophyta

Upadivisi: Angiospermae

Kelas: Magnoliophyta

Ordo: Leguminales

Famili: Fabaceae

Upafamili: Faboideae

Genus: Arachis

Spesies: Arachis hypogaea

Nama binomial
Arachis hypogaea
L.
Sinonim
Arachis tuberosa Benth.
Arachis guaramitica Chod &
Hassl.
Arachis idiagoi Hochne.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian


3.2. Tahapan penelitian
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
3.4. Analisis Data

9
BAB IV
HASIL PENELITIAN

10
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

11
12
13

You might also like