You are on page 1of 96

ANALISIS KONTRIBUSI KOMPONEN TEKNOLOGI

(TECHNOWARE, HUMANWARE, INFOWARE, ORGAWARE)


PADA PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI KERETA API
BARANG DENGAN PENDEKATAN MODEL TEKNOMETRIK

EVY RUSMANIDA YANTHI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Kontribusi


Komponen Teknologi (Technoware, Humanware, Infoware, Orgaware) pada
Perusahaan Jasa Transportasi Kereta Api Barang dengan Pendekatan Model
Teknometrik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2018

Evy Rusmanida Yanthi


NIM H251150211
RINGKASAN

EVY RUSMANIDA YANTHI. Analisis Kontribusi Komponen Teknologi


(Technoware, Humanware, Infoware, Orgaware) pada Perusahaan Jasa
Transportasi Kereta Api Barang dengan Pendekatan Model Teknometrik.
Dibimbing oleh ABDUL BASITH dan JONO M. MUNANDAR.

Transportasi merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian penting


bagi pemerintah, salah satunya adalah arahan Agenda Riset Nasional (ARN) bahwa
transportasi merupakan salah satu bidang fokus penelitian. Diperkuat oleh Rencana
Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 serta Peraturan Presiden No. 58 Tahun
2017 tentang Proyek Percepatan Strategis Nasional bahwa dalam Peraturan
Presiden tersebut prasarana jalan rel kereta api merupakan salah satu bagian dari
proyek percepatan strategis nasional yang akan dibangun dan dikembangkan saat
ini. Hal ini akan memberikan dampak signifikan terhadap peluang pangsa pasar
termasuk untuk perusahaan jasa transportasi kereta api barang. PT. Kereta Api
Logistik (PT. KALOG) salah satu perusahaan kereta api barang yang memiliki
beberapa permasalahan operasional sehingga menyebabkan target penjualan dan
kinerja operasi tidak tercapai. Permasalahan operasional disebabkan oleh beberapa
faktor salah satunya adalah ketersediaan teknologi yang belum memadai serta
pemanfaatan teknologi yang tidak optimal. Berbagai permasalahan yang dihadapi
PT. KALOG serta untuk menyiapkan peluang pangsa pasar baru dimasa yang akan
datang maka perlu dilakukan penelitian di PT. KALOG. Tujuan penelitian ini
adalah (1) menghitung nilai koefisien kontribusi teknologi/Technology
Contribution Coefficient (TCC); (2) menentukan prioritas pengembangan
komponen teknologi.
Penelitian ini menggunakan Model Teknometrik dan Analytical Hierarchy
Process (AHP). Model teknometrik digunakan untuk menghitung nilai koefisien
kontribusi teknologi. Metode AHP merupakan alat analisis pendukung yang
digunakan untuk menghitung nilai intensitas kontribusi komponen teknologi yang
dihasilkan dari penilaian 5 (lima) orang pakar yang kompeten dalam pengelolaan
komponen teknologi di PT. KALOG.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa TCC PT. KALOG adalah 0.5 yang
berada pada rentang nilai 0.3 < TCC ≤ 0.5, dapat dikategorikan dalam penilaian
kualitatif bahwa tingkat teknologi PT. KALOG adalah “cukup”. Hasil penilaian
intensitas kontribusi komponen teknologi menunjukkan bahwa urutan prioritas
pengembangan komponen teknologi yaitu prioritas ke-1 humanware, prioritas
ke-2 technoware, prioritas ke-3 infoware dan prioritas ke-4 orgaware.

Kata kunci: Analytical Hierarchy Process, komponen teknologi, manajemen


teknologi, model teknometrik, koefisien kontribusi teknologi
SUMMARY

EVY RUSMANIDA YANTHI. Analysis of the Contribution of Technology


Components (Technoware, Humanware, Infoware, Orgaware) on Freight Rail
Transportation Services with Technometric Model. Supervised by ABDUL
BASITH and JONO M MUNANDAR.

Transportation is one of the most important sectors for the Indonesian


government. In fact, one of the research priorities in the National Research Agenda
(ARN) is research in the field of transportation. This priority is reinforced by the
National Research Master Plan 2017-2045 (RIRN) as well as by the Presidential
Regulation No. 58/2017 concerning the National Strategic Acceleration Project. In
this regulation, railway infrastructure is a part of the strategic projects that has to be
developed. This policy is expected to boost the market share of freight rail service
companies. So that PT. Kereta Api Logistik (PT. KALOG) need to prepare for the
new market share opportunities in future. Nevertheless PT KALOG as one of the
freight rail service companies has some operational problems which led to sales
performance and operations have not reached the target. The problem caused by the
adequate technologies and the unoptimized used of technologies. The purpose of
this study is to calculate the Technology Contribution Coefficient (TCC) by using
Technometric Model and to determine the priority of technology component
development based on the Analytical Hierarchy Process (AHP).
The Technometric model analysis is used to obtain the value of the
contribution of component technology while the AHP is used to obtain the the
intensity of the contribution technology components. AHP method asessment
involving five experts who are competent in the management of components
technology in PT KALOG.
The output of this study are the value of TCC and the priority of technology
component development. the TCC value of PT KALOG is 0.5 which shows that
the technological condition of PT KALOG is “Fair”. Meanwhile, it has also been
found that the priority of the technology components development are: 1st
humanware, 2nd technoware, 3rd infoware and 4th orgaware..

Keywords: Analytical Hierarchy Process, technology component, technology


management, technometric model, technology contribution coefficient
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2018
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS KONTRIBUSI KOMPONEN TEKNOLOGI
(TECHNOWARE, HUMANWARE, INFOWARE, ORGAWARE)
PADA PERUSAHAAN JASA TRANSPORTASI KERETA API
BARANG DENGAN PENDEKATAN MODEL EKNOMETRIK

EVY RUSMANIDA YANTHI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. rer.pol. Heti Mulyati, S.TP, M.T
Judul Tesis : Analisis Kontribusi Komponen Teknologi (Technoware,
Humanware, Infoware, Orgaware) pada Perusahaan Jasa
Transportasi Kereta Api Barang dengan Pendekatan Model
Teknometrik
Nama : Evy Rusmanida Yanthi
NIM : H251150211

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Abdul Basith, Dr. Ir. Jono.M. Munandar, M.Sc


MS Anggota
Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Ilmu Manajemen

Dr. Ir. Jono M.Munandar, M.Sc Prof. Dr.Ir. Anas Miftah Fauzi,
M.Eng

Tanggal Ujian: 19 Februari 2018 Tanggal Lulus:


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian ini adalah status
teknologi dengan judul Analisis Kontribusi Komponen Teknologi (Technoware,
Humanware, Infoware, Orgaware) pada Perusahaan Jasa Transportasi Kereta Api
Barang dengan Pendekatan Model Teknometrik.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.Ir. Abdul Basith, MS dan
Bapak Dr.Ir. Jono M. Munandar, M.Sc selaku pembimbing yang telah banyak
memberi saran. Di samping itu, ungkapan terimakasih kepada Ibu Dr. Rer.Pol. Heti
Mulyati, S.TP, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan.
Penghargaan penulis sampaikan kepada narasumber dari
PT. Kereta Api Logistik (PT. KALOG) Bapak Ruhara Agus Mulyono, Bapak Didik
Harijanto, Bapak Widodo, Bapak Wisnu, Bapak Sulton, Bapak Syaripudin, Bapak
Devy Irawan yang telah membantu dalam pengumpulan data. Penulis juga
menyampaikan terimakasih kepada Dr. Kartiko Eko Putranto, DEA sebagai
narasumber BPPT yang telah banyak memberikan masukan. Terimakasih juga
penulis sampaikan kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan, Ditjen
Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Direktorat
Kualifikasi SDM, sebagai sponsor studi yang telah memberi bantuan kepada
penulis dalam bentuk Beasiswa SDM Iptek. Terimakasih kepada Pusat Strategi
teknologi dan Audit Teknologi-BPPT, Pusbindiklat-BPPT serta Biro SDM BPPT
yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melanjutkan studi.
Ungkapan terimakasih yang tidak terhingga kepada keluarga tercinta Mama,
Ayah, Bou Adelina Pane, Papap Taufik Hudaya Siregar dan Ananda Ezzedinna
Adzra Siregar, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2018

Evy Rusmanida Yanthi


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 4
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
Transportasi Kereta Api Barang 4
Teknologi 6
Manajemen Teknologi 9
Model Teknometrik 11
Penelitian Terdahulu 12
3 METODE PENELITIAN 13
Kerangka Pemikiran 13
Lokasi dan Waktu Penelitian 16
Pendekatan Penelitian 16
Jenis dan Sumber Data 16
Metode Pengumpulan Data 16
Pengolahan Data dan Analisis Data 17
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25
Gambaran Umum PT. Kereta Api Logistik 25
Angkutan Kontainer PT. Kereta Api Logistik 27
Identifikasi Komponen Teknologi 28
Nilai Batas Kecanggihan Komponen Teknologi 31
Nilai State of The Art (SOTA) Komponen Teknologi 32
Nilai Kontribusi T H I O 34
Nilai Intensitas Kontribusi T H I O 35
Nilai Koefisien Kontribusi Komponen Teknologi 36
Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi 37
Implikasi Manajerial 42
5 SIMPULAN DAN SARAN 42
Simpulan 42
Saran 43
DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 47
RIWAYAT HIDUP 82
DAFTAR TABEL

1. Capaian kegiatan operasi Km-Ton/TEUs barang 2


2. Kinerja volume angkutan barang PT. KALOG 2
3. Perbandingan keunggulan moda transportasi barang 5
4. Kriteria pemberian skor tingkat kecanggihan komponen
teknologi 18
5. Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi 19
6. Skala pembobotan tingkat kepentingan 24
7. Skala penilaian TCC 25
8. Daftar technoware Divisi Kontainer 29
9. Nilai batas kecanggihan komponen teknologi 31
10. Nilai state of the art (SOTA) T H I O 33
11. Nilai kontribusi T H I O 34
12. Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi 35
13. Nilai TCC 36
14. Penjelasan kriteria penentuan prioritas pengembangan THIO 37
15. Penjelasan sub kriteria penentuan prioritas pengembangan THIO 37
16. Nilai bobot kriteria terhadap tujuan 40
17. Nilai bobot sub kriteria terhadap kriteria 40
18. Nilai bobot sub kriteria terhadap tujuan 41
19. Nilai bobot alternatif terhadap tujuan 41

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka kerja Technology Content Assessment 11


2. Tahapan perhitungan TCC dengan pendekatan Model
Teknometrik 12
3. Kerangka pikir penelitian 15
4. Penyusunan struktur hirarki AHP 23
5. Skema pengembangan strategi perusahaan 26
6. Alur proses operasi KA Kontainer 27
7. Diagram nilai kontribusi dan intensitas kontribusi THIO 36
8. Struktur hirarki penentuan prioritas pengembangan komponen
teknologi 39
DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi PT. Kereta Api Logistik 48


2. Penentuan Nilai SOTA Technoware 49
3. Penentuan nilai SOTA Humanware 50
4. Penentuan nilai SOTA Infoware 50
5. Penentuan nilai SOTA Orgaware 51
6. Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Technoware 52
7. Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Humanware 53
8. Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Infoware 54
9. Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Orgaware 57
10. Batas kecanggihan komponen teknologi PT. Kereta Api Logistik 57
11. Kriteria tingkat kemutakhiran Technoware (proses) 58
12. kriteria penilaian tingkat kemutakhiran Technoware (fasilitas) 59
13. Kriteria penilaian tingkat kemutakhiran Humanware 60
14. Kriteria penilaian tingkat kemuthakiran Infoware 61
15. Kriteria penilaian tingkat kemutakhiran Orgaware 62
16. Kuesioner pengukuran intensitas kontribusi komponen teknologi 63
1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu bidang fokus riset pemerintah dan tertuang
dalam Buku Agenda Riset Nasional (ARN) Tahun 2016-2019 yang disusun oleh
Dewan Riset Nasional (2016). Penguatan arahan riset nasional diperkuat oleh
Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017-2045 yang disusun untuk menciptakan
sinergi perencanaan riset yang selaras dengan perencanaan pembangunan nasional.
kebijakan pemerintah (Kemenristekdikti 2017).
Pembangunan sektor transportasi saat ini menjadi fokus pemerintah,
berdasarkan Peraturan Presiden (PP) No. 58 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional bahwa pembangunan prasarana jalan rel
kereta api di beberapa kota besar merupakan bagian dalam percepatan pelaksanaan
strategis nasional Republik Indonesia/RI (2017). Kebijakan ini menjadi peluang
pangsa pasar baru bagi perusahaan jasa transportasi kereta api termasuk perusahaan
kereta api barang.
Kereta api barang merupakan pilihan moda transportasi yang mempunyai
banyak kelebihan bagi pelanggan antara lain biaya, waktu yang lebih pasti dan
kapasitas angkut yang sangat besar. Selain itu moda transportasi kereta api
merupakan moda transportasi yang lebih aman, tanpa pungutan lain-lain, serta
mampu mengurangi polusi. Transportasi kereta api barang mampu berkontribusi
dalam penghematan BBM yang diperkirakan bisa mencapai 1 juta liter atau setara
3.000 ton CO2 per tahun. Kepadatan dan kemacetan jalan raya dapat dikurangi jika
angkutan kereta api barang ditingkatkan (PT. Kereta Api Logistik 2015).
PT. Kereta Api Logistik (PT. KALOG) adalah salah satu perusahaan jasa
transportasi kereta api barang yang dibentuk oleh PT Kereta Api Indonesia
(PT. KAI) Persero pada tanggal 8 September 2009. Saat ini PT. KALOG telah
memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi karena kemampuan
layanan dalam mengangkut barang dalam jumlah besar, biaya rendah sehingga
dapat merangsang pertumbuhan industri, perdagangan dan kegiatan lainnya, namun
demikian PT. KALOG mempunyai beberapa permasalahan yang menyebabkan
kinerja operasi dan volume angkutan barang tidak mencapai target. Kinerja operasi
dan capaian volume penjualan dijelaskan pada Tabel 1
dan Tabel 2 .
2

Tabel 1 Capaian kegiatan operasi Km-Ton/TEUs barang


Persentase
Tahun 2015
Uraian Satuan (%)
Target Realisasi 5:4
Km-Ton/Teus Barang
Batubara Km - - 0
Peti Kemas Km 28 966 004 343 15 968 962 916 55
Bahan Bakar Minyak Km - - 0
Semen Km 653 588 404 080 355 006 352 240 54
Curah dan Perkebunan Km - - 0
Pupuk Km - - 0
Baja Koil Km - - 0
General Cargo (kurir) Km 47 151 974 469 17 995 893 044 38
Lain-lain
Kereta api (KA) tepung Km - -
0
terigu
Kereta api (KA) air Km 49 651 789 824 15 675 544 514
32
galon
Total Kilometer Km 779 358 172 716 404 646 752 714
52
Ton/TEUs
Sumber: PT. Kereta Api Logistik (2015)

Tabel 2 Kinerja volume angkutan barang PT. KALOG


Tahun 2015
Uraian Satuan
RKAP Realisasi
Angkutan Kontainer 65 131 55 498 TEUs
Angkutan Semen 1 924 000 1 637 659 Ton
Angkutan Barang Hantaran Potongan 92 914 27 407 Ton
(BHP) Kurir
Angkutan Air Galon 7 096 320 2 745 589 Galon
Angkutan Pasir - 684 Jumbo Bag
Loading-Unloading Batu Bara 5 135 187 3 627 585 Ton
Sumber: PT. Kereta Api Logistik (2015).
Kinerja operasi dan volume penjualan yang tidak tercapai disebabkan oleh
beberapa permasalahan operasional seperti ketersediaan komponen teknologi yang
belum memadai dan pemanfaatannya yang belum optimal. Selain itu, kontribusi
komponen teknologi yang terlibat dalam proses operasi belum teridentifikasi,
pengukuran kondisi status teknologi PT. KALOG saat ini belum pernah dilakukan
sehingga PT. KALOG belum memiliki gambaran status kondisi komponen
teknologi untuk mengakomodir rencana perbaikan dan pengembangan komponen
teknologi yang tepat untuk mengurai permasalahan operasional yang berdampak
pada tidak tercapainya kinerja operasi dan volume penjualan.
3

Menurut United Nations-Economic and Social Commision for Asia and the
Pacific UNESCAP (1988) komponen teknologi terdiri atas:
1. Technoware, merupakan fasilitas fisik yang gunakan untuk proses operasional
yang mencakup peralatan, perlengkapan, mesin, alat pengangkutan dan
Infrastruktur fisik.
2. Humanware, merupakan pengguna technoware yang meliputi pengetahuan
SDM, keterampilan SDM, kreatifitas SDM, pengalaman SDM.
3. Infoware, merupakan dokumen tertulis maupun elektronik seperti prosedur,
teknik, metode, teori, spesfikasi yang memungkinkan humanware untuk
mendapat informasi dan belajar secara lebih cepat.
4. Orgaware, merupakan teknologi yang melekat pada organisasi yang mencakup
praktek manajemen, pengaturan organisasional yang diperlukan dalam proses
transformasi.
Kontribusi dari masing-masing komponen teknologi dan kondisi status
teknologi sebuah perusahaan dapat dihitung menggunakan kerangka kerja
pengembangan teknologi yang dikembangkan oleh Technology Atlas Project
(UNESCAP (1988) yang mampu memberikan gambaran mengenai status teknologi
perusahaan. Model teknometrik merupakan bagian dari kerangka kerja
pengembangan teknologi yang dapat menghasilkan nilai koefisien kontribusi
komponen teknologi atau Technology Contribution Coefficient (TCC). Nilai TCC
menggambarkan kondisi tingkatan teknologi suatu perusahaan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dihadapi oleh PT. KALOG
maka penelitian ini dilakukan dalam rangka mengetahui status kondisi komponen
teknologi (technoware, humanware, infoware dan orgaware) dengan melakukan
perhitungan kontribusi komponen teknologi di PT. KALOG. Penelitian ini perlu
dilakukan sebagai masukan dan informasi bagi PT. KALOG dalam menyusun
perencanaan, perbaikan dan pengembangan komponen teknologi yang tepat dimasa
yang akan datang.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah PT. KALOG, maka rumusan masalah


penelitian adalah :
1. Bagaimana nilai koefisien kontribusi teknologi/Technology Contribution
Coefficient (TCC) PT. Kereta Api Logistik.
2. Bagaimana menentukan prioritas pengembangan komponen teknologi
PT. Kereta Api Logistik.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :


1. Menghitung nilai koefisien kontribusi komponen teknologi/ Technology
Contribution Coefficient (TCC) PT. Kereta Api Logistik
2. Menentukan prioritas pengembangan komponen teknologi PT. Kereta
Api Logistik
4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak,


diantaranya:
1. Bagi PT. KALOG diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
status tingkatan teknologi saat ini dan informasi mengenai prioritas
pengembangan komponen teknologi. Informasi tersebut dapat
membantu manajemen PT. KALOG dalam menyusun strategi
perencanaan, perbaikan dan pengembangan komponen teknologi dengan
tepat.
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberi pengalaman praktis dan
pembelajaran dalam memahami dan menerapkan teori yang telah di
terima dalam bidang manajemen operasi dan produksi serta mampu
mengaplikasikannya dalam pekerjaan
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat berguna sebagai dasar kajian, acuan
dan sumber referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya
demi pengembangan ilmu manajemen

Ruang Lingkup Penelitian

Keluasan cakupan penelitian ini dibatasi pada area obyek penelitian dan
subjek penelitian sebagai berikut :
1. Obyek pada penelitian ini adalah divisi kontainer dan terminal barang
Sungai Lagoa. Proses bisnis di Divisi kontainer dianggap lebih kompleks
khususnya dalam penggunaan teknologi.
2. Subjek pada penelitian ini adalah komponen teknologi yang terlibat
dalam proses operasi angkutan kontainer yang meliputi 1) komponen
technoware yang terdiri atas peralatan, mesin, perlengkapan kantor,
terminal barang di sungai lagoa), 2) komponen humanware mencakup
pegawai yang terlibat dalam penggunaan technoware 3) komponen
infoware dan orgaware pada level perusahaan yaitu PT. KALOG.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Transportasi Kereta Api Barang

Menurut Kominfo (2013), transportasi yang meliputi manusia, barang,


kendaraan, jalan dan organisasi bermanfaat bagi ekonomi, sosial, politik dan
wilayah. Gunawan (2015) mendefinisikan transportasi merupakan kegiatan
mengangkut atau membawa barang dan/atau penumpang dari suatu tempat ke
5

tempat lainnya. Transportasi barang merupakan komponen utama dari semua


sistem rantai pasokan dan logistik (Ranaiefar dan Amelia 2011).
Transportasi menurut Andriansyah (2005) mampu memberikan jaminan
ketersediaan bahan baku, barang jadi dan mampu mempengaruhi biaya produksi
serta penentuan harga barang. Menurut Crainic dan Kim (2007) permintaan
kebutuhan transportasi barang berasal dari interaksi antara produsen dan konsumen.
Produsen barang memerlukan jasa transportasi untuk memindahkan bahan baku,
produk antara, dan untuk mendistribusikan barang jadi kepada pelanggan.
Sedangkan peran pemerintah memberikan fasilitas infrastruktur seperti jalan,
pelabuhan, navigasi internal, prasarana rel serta mengatur pengiriman barang
berbahaya, barang beracun dan pajak industri (Crainic dan Kim 2007).
Rifni dan Prasetya (2016) menjelaskan bahwa angkutan kereta api harus
didukung oleh moda transportasi lain yang terintegrasi karena kegiatan logistik
tidak berhenti hanya di stasiun. Dincer et al. (2015) juga menyatakan bahwa moda
transportasi kereta api membutuhkan transportasi intermodal untuk kegiatan
operasinya. Keunggulan transportasi kereta api barang dibandingkan moda
transportasi lainnya menurut Union Pacific (2011) dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3 Perbandingan keunggulan moda transportasi barang
Moda Jarak Jarak Akses Beban Akomodasi Internasi-
(<500 mil) (>500 mil) untuk besar khusus onal
pelacakan (pendingin,
transportasi
berlapis)
Kereta Api x x x x x
Truk x x x
Kapal x x x x
Multimodal x x x x x
Sumber: Union Pacific (2011)

Angkutan kereta api barang memiliki kelebihan dalam memberikan layanan


seperti layanan yang cepat, terpercaya, kapasitas angkut besar, murah, nyaman,
aman, khususnya untuk jarak <500 km Kominfo (2013). Kelebihan lain transportasi
kereta api barang antara lain waktu tempuh lebih pasti, bebas pungutan, mampu
mengurangi polusi, hemat bahan bakar minyak dan mampu mengurangi kepadatan
dan kemacetan jalan (Setijadi 2015).
Menurut Simatupang (2015), transportasi barang berbasis jalan masih
mendominasi kegiatan transportasi barang di Indonesia yaitu 91,25% sedangkan
angkutan barang berbasis kereta api hanya 0,63%. Pelaku usaha lebih memilih
menggunakan truk daripada kereta api karena alasan penanganan operasional,
jadwal, aksesibilitas dan biaya angkutan. Salah satu permasalahan yang cukup
penting pada perusahaan jasa transportasi kereta api barang adalah infrastruktur
yang belum dilengkapi sarana logistik (Rifni dan Prasetya 2016).
Breithaupt (2004) menjelaskan bahwa pemangku kepentingan yang terlibat
dalam kegiatan operasional transportasi adalah pemerintah dan pihak swasta.
Sedangkan Ranaiefar dan Amelia (2011) mengemukakan bahwa masyarakat
merupakan pihak mendapatkan dampak dari kegiatan transportasi seperti polusi
udara, kebisingan dan kecelakaan jalan. Pelaku pada kegiatan transportasi barang
yang terjalin dan kompleks memerlukan jaringan informasi dan prosedur manajerial
6

untuk memberi kepuasan bagi pelanggan. Kegagalan pengelolaan pelaku kegiatan


transportasi dapat menyebabkan biaya yang lebih tinggi dan kinerja layanan yang
buruk (Perego et al. 2011).
Permasalahan transportasi barang di beberapa negara seperti Amerika
disebabkan oleh pemintaan layanan yang menurun, namun Amerika mampu
mengatasi permasalahan tersebut dengan memberikan kelebihan layanan kereta api
barang yang fleksibel dan tepat waktu kepada pelanggan Rodrigue (2008). Sejak
tahun 1990-an negara Eropa juga mengalami penurunan pertumbuhan industri
transportasi kereta api barang yang disebabkan oleh produktifitas lokomotif dan rel
kereta api yang tidak efisien sehingga beberapa penelitian memberikan solusi untuk
melakukan revitalisasi, deregulasi serta melakukan peningkatan volume angkutan
dengan menjalin hubungan internasional dengan Rusia dan Asia (Hilmola 2007).
Sedangkan upaya reformasi sistem perkeretaapian barang di berbagai dunia telah
dilakukan sejak tahun sebelumnya. Reformasi tersebut berupa perubahan
kepemilikan dari pemerintah ke perusahaan swasta yang mampu mengurangi biaya
operasional sehingga banyak keuntungan yang didapat dari bisnis kereta api barang
(Ferreira 1997).
Menurut The Organisation for Economic Cooperation and Development
OECD (2014) bahwa angkutan kereta api barang di Meksiko merupakan tulang
punggung dalam pengembangan rantai pasokan yang efisien untuk sektor industri.
Pertumbuhan industri otomatif yang pesat di sepanjang koridor pantai timur
Amerika Serikat - Meksiko sangat bergantung pada layanan kereta api yang handal
untuk mendukung kegiatan operasi yang tepat waktu. Upaya transformasi
perkeretaapian yang telah dilakukan di Meksiko antara lain perbaikan sistem dan
teknologi perkeretaapian selama lima belas tahun terakhir sehingga mampu
merubah perkembangan ekonomi industri di Meksiko.

Teknologi

Teknologi merupakan salah satu kunci dalam tercapainya produktifitas


sebuah organisasi. Ahmad (2014) menyatakan bahwa teknologi mencakup
peralatan yang digunakan baik untuk produksi, komunikasi, informasi atau kontrol.
Ruang lingkup teknologi yang dapat diadopsi oleh sebuah organisasi sangat luas,
mulai dari teknologi yang sederhana, seperti komputer dengan aplikasi word
processor hingga berinvestasi dengan membeli komputer mutakhir berbasis mesin
manufaktur. Teknologi dalam konteks proses transformasi merupakan pemanfaatan
teknologi yang dilakukan dalam proses perubahan input menjadi output. Komponen
teknologi yang terlibat dalam proses transformasi antara lain technoware (fasilitas
fisik untuk menghasilkan produk dan jasa seperti peralatan, mesin, kendaran,
infrastruktur/bangunan fisik). Keterlibatan komponen teknologi humanware yang
merupakan pelaku kegiatan transformasuyang harus memiliki ketrampilan atau
keahlian dalam penggunaan technoware. Untuk mendukung pekerjaan humanware
diperlukan sebuah Infoware yang merupakan dokumen tertulis maupun elektronik
yang menjadi acuan bagi perusahaan dan pegawainya dalam melakukan aktifitas
pekerjaan. Untuk ketiga komponen teknologi diperlukan komponen orgaware
berupa kebijakan organisasi yang dapat mengkoordinasikan ketiga komponen
teknologi lainnya dalam mencapai tujuan perusahaan (UNESCAP 1988).
7

Definisi teknologi menurut Kementerian Perhubungan (2005) adalah sebuah


cara atau metode untuk menghasilkan sebuah proses ataupun produk melalui
penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bell (2005) juga
mendefinisikan teknologi sebagai ilmu pengetahuan dan seni yang
ditransformasikan ke dalam produk, proses, jasa, dan struktur terorganisasi yang
pada dasarnya merupakan seperangkat instrumen ekspansi kekuatan manusia
sehingga dapat menjadi sumber daya cara baru untuk menciptakan kekayaan
melalui peningkatan produktivitas. Teknologi terdiri atas komponen yang saling
tergantung, saling mempengaruhi dan mempunyai kepentingan yang sama, yaitu :
hardware dan software. Hardware berupa struktur fisik dan layout peralatan dan
mesin yang digunakan untuk melakukan kerja, sedangkan software berupa
pengetahuan menggunakan hardware untuk melakukan pekerjaan yang dibutuhkan
(Khalil 2009).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2016)
menyatakan bahwa teknologi mencakup sarana untuk menyediakan barang-barang
yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi
sebagai proses, pengetahuan, alat, metode dan sistem yang gunakan untuk
membuat produk atau jasa. Proses pembelajaran teknologi oleh perusahaan akan
mampu meningkatkan efisiensi operasi dan produksi (Bennett dan Vaidya 2001).
Roper et al. (2011) menjelaskan bahwa manajemen harus mampu mengelola
teknologi dalam hal memperkirakan dan menilai sejauh mana aset teknologi yang
dimilikinya mampu memberikan keungulan yang kompetitif bagi perusahaan.
Gudanowska (2017) mengemukakan bahwa teknologi merupakan faktor yang
mendominasi terbentuknya daya saing perusahaan sehingga diperlukan wawasan
yang cermat agar perusahaan dapat berkembang. Perusahaan harus mampu
mengidentifikasi teknologi yang tersedia termasuk penilaian terhadap teknologi
yang dimiliki sehingga perusahan mendapatkan solusi yang tepat untuk penggunaan
teknologi dalam aktifitas operasi perusahaan.
Teknologi terdiri atas 4 (empat) komponen yaitu Tehnoware, Humanware,
Infoware dan Orgaware (UNESCAP 1988).
a. Technoware adalah teknologi yang melekat pada obyek yaitu seluruh fasilitas
fisik yang diperlukan dalam operasi transformasi, seperti instrumen, peralatan,
permesinan, alat pengangkutan, dan infrastruktur fisik;
b. Humanware adalah teknologi yang melekat pada manusia yaitu seluruh
kemampuan yang dimiliki oleh SDM yang diperlukan dalam kegiatan operasi
transformasi seperti pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), kebijakan
(wisdom), kreativitas (creativity), dan pengalaman (experience);
c. Infoware adalah teknologi yang melekat pada dokumen mencakup seluruh
fakta dan gambar-gambar yang diperlukan dalam operasi transformasi seperti
informasi tentang proses, prosedur, teknik, metode, teori, spesifikasi,
pengamatan (observation), serta keterkaitan (relation);
d. Orgaware adalah Teknologi yang melekat pada kelembagaan mencakup
kerangka kerja yang diperlukan pada operasi transformasi seperti praktek
manajemen (management practice), pertalian (linkage), dan pengaturan
organisasi (organizational arrangement).
Teknologi menjadi faktor yang dapat mengubah kondisi industri transportasi
menjadi berdaya saing. Teknologi merupakan peluang bagi industri transportasi
untuk terus mengembangkan diri dan memberi manfaat lebih besar bagi kebutuhan
8

internal perusahaan maupun pelanggan. Teknologi merupakan alat yang vital dan
sangat berperan dalam pengoperasian pengiriman barang pada perusahaan jasa
transportasi barang. Teknologi Informasi dan Komunikasi merupakan bagian dari
teknologi yang mempunyai peranan penting dalam produktifitas perusahaan jasa
transportasi. dalam era globalisasi teknologi informasi mendapatkan posisi yang
sangat strategis karena dapat menghadirkan suatu dunia tanpa batas, jarak, ruang,
dan waktu serta dapat meningkatkan produktivitas serta efisiensi. Untuk
menghadapi berbagai permasalahan transportasi dibutuhkan solusi baru dalam
pengoperasian pengangkutan barang (Harris et al. 2015).
Sementara itu, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berfungsi seperti
sistem saraf rantai transportasi multimodal dan membawa banyak manfaat bagi
organisasi dengan menyediakan visibilitas real-time, pertukaran data yang efisien,
dan fleksibilitas yang lebih baik untuk bereaksi terhadap perubahan tak terduga
selama pengiriman barang. Tren teknologi informasi dan komunikasi terkini pada
transportasi barang menurut (Harris et al. 2015) meliputi :
 Cloud computing yang merupakan teknologi komputer berbasis sistem cloud
yang memfasilitasi pengguna untuk menjalankan program tanpa instalasi.
Pengguna dapat mengakses data pribadi mereka melalui komputer
dengan akses internet;
 Wireless/teknologi komunikasi mobile dan internet yang dapat membantu
operator angkutan barang melacak aset/kontainer dalam proses operasional
angkutan barang. Teknologi ini mampu memberikan akses informasi lebih
lanjut tentang kargo seperti suhu dan kelembaban barang beku, barang cair
atau kondisi mekanik kendaraan.
- Label radio frequency identification (RFID) pada teknologi wireless
merupakan solusi teknologi baru yang dapat mengintegrasikan
pelacakan kontainer RFID dan GPS kontainer pada kargo jarak jauh
- Near field communication (NFC) merupakan teknologi baru berbasis
teknologi RFID yang memungkinkan transfer data nirkabel dengan
cepat dan mudah dalam jarak dekat dan termasuk untuk pembayaran
dengan menggunakan teknologi smartphone.
 Web3.0 dan jejaring sosial adalah teknologi yang menawarkan cara baru yang
efisien dalam membantu komputer mengorganisasi dan menarik kesimpulan
dari data online. Yammer salah satu media sosial berbasis web 3.0 merupakan
aplikasi yang dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan besar untuk
komunikasi internal. Aplikasi ini memberikan manfaat bagi para karyawan
dan pimpinan dan juga berdampak positif pada bisnis.
 Advances in interface technologies, merupakan satu layanan yang menjadi
sarana interaksi antara pengguna dengan sistem operasi. Teknologi interface
terkini seperti Augmented Reality mampu meningkatkan pengelolaan sumber
daya perusahaan. Selain itu teknologi Augmented Reality mampu mengelola
gudang, pengaturan operasional, pengelolaan aset dan infrastruktur.
Adopsi teknologi informasi oleh perusahaan jasa transportasi barang
menunjukkan bahwa semakin besar perusahaan, maka akan semakin tinggi tingkat
adopsi teknologi informasinya. Perusahaan jasa transportasi barang yang lebih kecil
tetap berpegang pada sistem komunikasi dan proses yang lebih tradisional.
Sedangkan sebagian besar penyedia logistik yang besar menggunakan teknlogi
Electronic Data Interchange (EDI) dalam proses layanan jasa transportasi, bahkan
9

perusahaan jasa transportasi lainnya yang lebih maju mengadopsi teknologi yang
lebih kompleks yatu Radio Frequency Identification (RFID) (Perego et al. 2011).
Suyuti (2012) menyatakan bahwa teknologi transportasi Intelligent
Transportation Systems (ITS) merupakan salah satu teknologi yang dapat di adopsi
oleh perusahaan sebagai salah satu upaya dalam mengurangi tingkat kemacetan lalu
lintas. Sedangkan Qi (2008) menjelaskan bahwa ITS merupakan teknologi yang
diterapkan pada sistem transportasi agar lebih aman, efisien, dan handal. Menurut
Fink (2011) ITS merupakan teknologi yang meliputi komunikasi nirkabel,
teknologi komputasi, dan teknologi sensing. Salah satu contoh kemajuan teknologi
sensing di bidang telekomunikasi dan teknologi informasi seperti microchip
mutakhir, RFID, dan teknologi beacon sensing. ITS identik dengan aplikasi
teknologi untuk pergerakan barang dan orang.
Saat ini implementasi teknologi informasi pada perusahaan transportasi
dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan teknologi
informasi sehingga akan mempengaruhi keputusan strategis perusahaan dalam
mengadopsi teknologi informasi. Teknologi informasi banyak memberikan manfaat
dan dampak positif pada produktifitas perusahaan jasa transportasi barang, proses
transformasi menjadi lebihcepat, akurat dan efisien.

Manajemen Teknologi

Manajemen teknologi merupakan jembatan untuk menyiasati kebutuhan


bisnis terhadap teknologi yang semakin tinggi, diperkuat oleh kenyataan bahwa
keberhasilan perusahaan tidak hanya bergantung pada kemampuan merancang
suatu sistem untuk menghasilkan value added output, namun juga ditentukan oleh
kemampuan manajerial dalam mengelola teknologi untuk mengantisipasi
lingkungan bisnis. Definisi manajemen teknologi adalah sebuah kegiatan industri
dan bidang pendidikan, penelitian yang menyangkut proses pengelolaan
pengembangan teknologi, implementasi, dan difusi teknologi di industri atau
organisasi pemerintah. pengelolaan teknologi yang mencakup proses inovasi
melalui Research and Development (R&D), pengelolaan pada pengenalan dan
penggunaan teknologi dalam produk dan proses manufaktur (Board 1987).
Gudanowska (2017) menyatakan bahwa kegiatan manajemen teknologi tidak
terbatas pada pengelolaan seperangkat teknologi tertentu, namun juga melakukan
strategi pengembangan dalam aspek sumber daya yang ada dan teknologi eksisting
yang digunakan. Pengelolaan komponen teknologi yang tepat dapat dilakukan
dengan kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi dan melakukan action
plan terhadap kebutuhan masing-masing komponen teknologi seperti kebutuhan
perusahaan akan technoware, kesiapan humanware, infoware dan orgaware.
Technoware membutuhkan humanware dengan kemampuan yang ditetapkan,
seperti halnya humanware harus ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan
perkembangan technoware. Infoware sebagai suatu informasi yang menjadi acuan
untuk memberikan pemahaman dan peningkatan kinerja juga perlu secara teratur
diperbaharui, sedangkan orgaware perlu terus ditingkatkan untuk mengantisipasi
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi. Pengelolaan teknologi yang tepat
akan memudahkan perusahaan dalam melakukan pengembangan teknologi yang
10

sesuai dengan kebutuhan perusahaan


(PAT BPPT 2011).
Manajemen teknologi merupakan salah satu alat ukur yang menjadi perhatian
signifikan pada perusahaan jasa dan manufaktur. Pada prakteknya dalam
menerapkan manajemen teknologi beberapa perusahaan mempertimbangkan
kerangka kerja terpadu untuk memastikan bahwa keputusan investasi dan
pengembangan kemampuan teknologi yang tepat serta praktik manajemen
teknologi dilakukan secara maksimal dan efektif akan memberikan nilai tambah
(Foden dan Berends 2010).
Liao (2005) menyatakan bahwa manajemen teknologi merupakan proses
pengelolaan teknologi yang meliputi perencanaan, pengarahan, pengendalian dan
koordinasi pengembangan dan implementasi kemampuan teknologi untuk
mencapai tujuan strategis dan operasional suatu organisasi sedangkan
(Board 1987) menjelaskan bahwa elemen kunci pada praktik manajemen teknologi
di industri meliputi 1) identifikasi dan evaluasi pilihan teknologi; 2) pengelolaan
R&D; 3) integrasi teknologi pada keseluruhan operasi perusahaan; 4) implementasi
teknologi baru dalam produk dan / atau proses; dan 5) keusangan dan penggantian
teknologi.
Bennett dan Vaidya (2001) menyatakan bahwa perkembangan teknologi terus
meningkat dan membuat perubahan yang drastis pada lingkungan bisnis. Teknologi
telah mendominasi setiap aspek usaha dan kenyataannya teknologi sangat penting
untuk pembangunan ekonomi, kemajuan masyarakat dan peningkatan kualitas
hidup. Kemajuan teknologi telah membawa serta peningkatan dalam komunikasi,
transportasi, penyebarluasan informasi. Pengelolaan teknologi yang tepat akan
menciptakan kekayaan bagi negara, perusahaan, dan individu. Teknologi
merupakan fondasi bagi pertumbuhan ekonomi organisasi dan sebagai penentu
daya saing nasional dan organisasi. Perbedaan yang utama antara ekonomi maju
dan berkembang adalah pada kemampuan organisasi dalam mengelola sumber
daya dan aset teknologi secara efektif. Pengelolaan teknologi yang efektif
merupakan sumber keunggulan kompetitif yang sangat penting bagi perusahaan.
(Phaal 2001).
(Board 1987) menyatakan bahwa kebutuhan utama industri dalam
manajemen teknologi antara lain:
1. Untuk mengetahui bagaimana mengintegrasikan teknologi ke dalam
keseluruhan tujuan strategis perusahaan
2. Untuk menentukan kebutuhan teknologi agar kegiatan operasional lebih
cepat dan efisien
3. Untuk menilai/mengevaluasi teknologi agar proses operasional lebih efektif
4. Untuk memilih cara terbaik dalam melakukan transfer teknologi
5. Untuk melakukan upaya pengurangan waktu dalam pengembangan produk
baru
6. Untuk pengelolaan proyek/sistem yang besar, kompleks, dan interdisipliner
atau interorganisasional
7. Untuk mengelola penggunaan teknologi pada internal organisasi
8. Untuk Bagaimana memanfaatkan efektivitas profesional teknis.
Menurut Hamid et al. (2012) terdapat 8 (delapan) prinsip-prinsip dalam
manajemen teknologi diantaranya Technology Development, Technology
Improvement, Technology Leadership, Technology Partnerships/Supplier
11

Participation, Technology Pioneering, Technological Integration, Technological


Value, Technology Standards. Technology Development salah satu prinsip
manajemen teknologi yang akan berkaitan dengan penelitian ini.

Model Teknometrik

Technology Atlas Project merupakan kegiatan yang berada dalam naungan


United Nations Economic and Social Commisions for Asia and the Pacifik (UN-
ESCAP). Technology Atlas Project menyusun 6 (enam) buah framework
pengembangan teknologi (UNESCAP 1988) antara lain :
1. An Overview of the Framework;
2. Technology Content Assessment;
3. Technology Climate Assessment;
4. Technology Status Assessment;
5. Technology Capability Assessment;
6. Technology Needs Assessment.
Kerangka kerja Technology Content Assessment merupakan acuan bagi penulis
dalam melakukan perhitungan nilai koefisien kontribusi teknologi pada
perusahaan transportasi kereta api barang. Kerangka kerja Technology Content
Assessment yang disusun oleh (UNESCAP 1988) dijelaskan pada
Gambar 1 .
Tingkat Tingkat
Kecanggihan Kemutakhiran

Pengkajian
Nilai Tambah Kandungan
Teknologi

Pengkajian Koefisien
Komponen Kontribusi
Teknologi Teknologi

Gambar 1 Kerangka kerja Technology Content Assessment

Tahapan perhitungan nilai koefisien kontribusi komponen


teknologi/Technology Contribution Coefficient (TCC) dengan Model teknometrik
secara umum dijelaskan pada Gambar 2

Identifikasi komponen
teknologi

Kriteria penentuan tingkat Kriteria penilaian state


kecanggihan of the art
12

Penentuan batas atas-bawah Penentuan state of the art


kecanggihan komponen teknologi komponen teknologi

Perhitungan kontribusi Perhitungan intensitas


komponen teknologi kontribusi komponen teknologi

Perhitungan TCC

Gambar 2 Tahapan perhitungan TCC dengan pendekatan Model Teknometrik

Koefisien Kontribusi Teknologi atau Technology Contribution Coefficient,


selanjutnya disebut TCC pada sebuah fasilitas transformasi didefinisikan mengikuti
persamaan sebagai berikut:
TCC = T βt × H βh × I βi × O βo (1)
Dimana:
T, H, I, O = kontribusi dari masing-masing technoware, humanware,
inforware dan orgaware
βt, βh, βi, βo = intensitas kontribusi T, H, I, O terhadap TCC.

Penelitian Terdahulu

Tribhuwana et al. (2002) melakukan penelitian menggunakan Model


teknometrik yang digunakan menghasilkan keluaran kondisi status teknologi KUD
Dau. Penggunaan model teknometrik mampu menghasilkan informasi kondisi
teknologi KUD Dau yang masih belum tinggi. Sandora et al. (2008) melakukan
analisis Performansi Sophisticated Technology melalui pendekatan model
teknometrik. Penulis menggunakan metode pairwise comparison sebagai alat
pendukung untuk menilai intensitas kontribusi komponen teknologi. Hasil
penelitiannya mampu memberikan informasi bagi obyek penelitian mengenai nilai
kontribusi masing-masing komponen teknologi. Penilaian teknologi dengan model
teknometrik juga dilakukan oleh Purwaningsih et al. (2005) di
PT. Indo Acidatama Chemical Industry Solo yang menghasilkan informasi besar
atau kecilnya nilai kontribusi komponen teknologi.
Arsyad et al. (2005) melakukan penelitian pada proses produksi di
PT. Kenza Presisi Pratama dengan pendekatan model teknometrik. Identifikasi
kekuatan dan kelemahan PT. Kenza Presisi Pratama ditinjau dari empat perspektif
teknologi (technoware, humanware, infoware, orgaware). Penelitian ini
menghasilkan penentuan kebijakan-kebijakan strategis pengembangan teknologi
13

yang perlu diambil oleh pihak manajer atau pengambil keputusan. Fauzan et al.
(2009) melakukan penilaian tingkat teknologi galangan kapal pembinaan Unit
Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) Muara Angke
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen humanware sangat
menentukan tingkat teknologi di UPT BTPI Muara Angke berdasarkan hasil
perhitungan nilai kontribusi komponen teknologi.
Penelitian yang menggunakan model teknometrik juga dilakukan oleh
Wiratmadja et al. (2011). Penulis menggunakan 3 (tiga) alat analisis yaitu model
teknometrik, Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Structural Equation
Modeling (SEM). Hasil penelitiannya menghasilkan informasi nilai TCC terhadap
kinerja bisnis pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Pengolahan rotan Kalimantan
Selatan yang masih tergolong rendah. Penelitian ini menghasilkan informasi
mengenai pengaruh komponen teknologi terhadap kinerja bisnis UKM.
Penilaian Teknologi menggunakan Analytical Hierarchy Process dan
Teknometrik juga dilakukan oleh Cahyono (2015) di sebuah departemen produksi
yang menghasilkan nilai koefisien kontribusi komponen teknologi sehingga hasil
penelitian tersebut mampu memberikan informasi status teknologi pada obyek
penelitiannya. Sedangkan Virliantarto dan Suastika (2017) melakukan pengukuran
kesiapan teknologi untuk pembangunan kapal kontainer 100 TEUs dengan sistem
modular di perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di
bidang industri galangan kapal. Hasil penelitian dengan menggunakan model
teknometrik dapat memberikan informasi kesiapan komponen teknologi di
perusahaan tersebut.
Model teknometrik yang digunakan pada penelitian terdahulu secara umum
menghasilkan nilai kontribusi komponen teknologi dalam suatu proses transformasi
masukan (input) menjadi keluaran (output) dan kondisi status teknologi perusahaan
dapat di identifikasi sehingga dapat menjadi masukan atau informasi bagi obyek
penelitian dalam melakukan perencanaan atau perbaikan.

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Penelitian ini diawali dengan bentuk dukungan penulis terhadap kebijakan


pemerintah terkait dengan arahan fokus penelitian salah satunya adalah penelitian
di bidang teknologi dan manajemen transportasi barang/logistik. Transportasi
kereta api barang memiliki keunggulan dibandingkan moda lain, seperti kapasitas
angkut, ketepatan waktu, biaya angkut yang lebih murah dan mampu mengurangi
kepadatan dan kemacetan jalan raya. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
kontribusi angkutan kereta api barang dalam layanan pengiriman barang masih
kurang dari 1%, sedangkan angkutan barang berbasis jalan masih mendominasi
industri transportasi barang.
Pembangunan dan pengembangan infrastruktur jalan rel kereta api di
beberapa kota besar yang merupakan bagian dari progam percepatan proyek
strategis nasional yang di canangkan oleh pemerintah melalui Peraturan Presiden
14

No. 58 Tahun 2017 akan memberikan dampak positif berupa peluang peningkatan
pangsa pasar baru bagi industri jasa transportasi kereta api barang. Namun
PT. KALOG sebagai salah satu perusahaan transportasi kereta api barang yang
mempunyai peluang manfaat dari kebijakan pembangunan infrastruktur jalan kereta
api mempunyai beberapa permasalahan operasional yang menyebabkan target
kinerja operasi dan penjualan belum tercapai. Ketersediaan teknologi yang belum
cukup memadai serta kesiapan dan pemanfaatan teknologi masih belum optimal
menjadi kendala dalam pelaksanaan proses operasional layanan angkutan kontainer
PT. KALOG.
Teknologi menurut UNESCAP (1988) terdiri atas technoware, humanware,
infoware dan orgaware. Technoware merupakan teknologi yang melekat pada
obyek yaitu seluruh fasilitas fisik yang diperlukan dalam proses operasi yang
meliputi sarana, peralatan, permesinan. Humanware adalah teknologi yang melekat
pada manusia yaitu seluruh kemampuan yang dimiliki oleh pegawai yang
diperlukan dalam kegiatan proses operasi. Infoware adalah teknologi yang melekat
pada dokumen mencakup seluruh fakta dan gambar-gambar yang diperlukan dalam
proses operasi. Orgaware adalah teknologi yang melekat pada kelembagaan
mencakup kerangka kerja yang diperlukan pada proses operasi.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai TCC dan menentukan
prioritas pengembangan komponen teknologi. Hasil perhitungan nilai TCC
menunjukkan status teknologi perusahaan. Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat
menjadi masukan bagi obyek penelitian dalam merencanakan, memperbaiki,
mengelola dan mengembangkan komponen teknologi yang ada. Penelitian ini
menggunakan pendekatan model teknometrik dan AHP. Model teknometrik
digunakan untuk menghitung nilai kontribusi komponen teknologi dan menghitung
nilai TCC. Sedangkan AHP digunakan untuk menghitung nilai intensitas kontribusi
komponen teknologi.
Tahapan perhitungan nilai TCC antara lain 1) melakukan identifikasi
komponen teknologi 2) melakukan penentuan tingkat kecanggihan 3) penentuan
batas atas batas bawah kecanggihan teknologi 4) penentuan state of the art 5)
perhitungan nilai kontribusi 6) perhitungan nilai intensitas kontribusi komponen
teknologi. Kerangka pikir penelitian dijelaskan pada Gambar 3.
15

Ketersediaan
Target Kinerja
Transportasi Kereta Api dan
Operasi dan volume Permasalahan Perlu mengukur kontribusi
Logistik menjadi program Pemanfaatan
penjualan tidak Operasional komponen Teknologi (THIO)
prioritas pemerintah Teknologi
tercapai
belum optimal

Kuesioner pakar
penilaian intensitas Penyusunan Instrumen Penelitian
kontribusi komponen Pengumpulan Data - Form kriteria penilaian tingkat
teknologi (observasi, wawancara, kuesioner, kecanggihan komponen teknologi
telaah dokumen, diskusi, - Form kriteria penilaian state of the art
Tingkat kecanggihan konfirmasi data dengan (SOTA)
Tingkat kemutakhiran counterpart) - Form penentuan batas bawah, batas atas
Batas atas batas bawah komponen teknologi
- Kuesioner pairwise comparison untuk
penentuan nilai intensitas kontrbusi
komponen teknologi (untuk pakar)
Perhitungan nilai Perhitungan nilai Model
intensitas kontribusi kontribusi Teknometrik
komponen teknologi komponen teknologi

Analisis Data
Metode Perhitungan Koefisien Nilai Kontribusi Komponen Teknologi,
AHP Kontribusi Komponen Nilai Intensitas Kontribusi Komponen Teknologi
Teknologi (TCC) Nilai Koefisien Kontribusi Komponen Kesimpulan dan
Teknologi, Rekomendasi
Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen
Model
Teknometrik Teknologi

Gambar 3 Kerangka pikir penelitian

15
16

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Divisi Kontainer PT. Kereta Api Logistik.


Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai dengan bulan
November 2017. Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan hasil
diskusi dengan pihak PT. KALOG yaitu Terminal Barang Sungai Lagoa Tanjung
Priok Jakarta dan Kantor PT Kereta Api Logistik Gondangdia.

Pendekatan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif dalam


mengidentifikasi nilai tingkat kecanggihan, nilai batas atas dan batas bawah tingkat
kecanggihan teknologi, nilai tingkat kemutakhiran pada 4 (empat) komponen
teknologi THIO. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mendapatkan nilai bobot
kontribusi komponen teknologi dengan menggunakan persamaan model
teknometrik. Nilai bobot intensitas kontribusi komponen teknologi menggunakan
metode AHP.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif berupa pertanyaan responden yang diperoleh melalui
wawancara dan pengamatan langsung yang meliputi informasi mengenai
komponen teknologi yang tersedia, pemanfaatan teknologi pada proses operasi
layanan angkutan kontainer PT. KALOG. Data kuantitatif berupa data yang
dinyatakan dalam angka-angka yaitu data penentuan tingkat kecanggihan,
penentuan batas atas batas bawah kecanggihan, penentuan tingkat kemutakhiran
dan pembobotan nilai intensitas konteribusi komponen teknologi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh
peneliti. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara
responden di divisi angkutan kontainer. Jenis data yang yang diambil berdasarkan
kondisi komponen teknologi technoware, humanware, infoware, orgaware.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen internal PT. KALOG dan
literatur lainnya seperti buku, jurnal, laporan hasil penelitian, kebijakan pemerintah
yang terkait dengan transportasi dan teknologi transportasi.

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan langsung, wawancara dan


kuesioner. Pengamatan langsung dan wawancara dilakukan untuk menentukan
nilai tingkat kecanggihan teknologi, nilai batas atas dan batas bawah tingkat
kecanggihan teknologi, dan penentuan nilai state of the art pada 4 (empat)
komponen teknologi yang terlibat dalam proses operasi angkutan kontainer
PT. KALOG berdasarkan kriteria umum model teknometrik.
17

1. Data tingkat kecanggihan teknologi (degree of sophistication/DOS) pada


komponen teknologi meliputi :
 Technoware : alat, mesin, sistem informasi, perlengkapan kantor,
infrastruktur (terminal barang, kantor operasional);
 Humanware : pegawai pelaksana (kemampuan pegawai dalam
pemanfaatan technoware), Supervisor, Manajer , Vice President (VP);
 Infoware : ketersediaan informasi untuk kegiatan operasional
(dokumen tercetak, digital) berupa Standard Operating Procedure
(SOP), instruksi kerja, kebijakan perusahaan, peraturan-peraturan;
 Orgaware : kategori organisasi (besar/kecil, jumlah SDM), jaringan
mitra yang telah dibangun, program kerjasama, ketersediaan sistem
manajemen yang baku.
2. Data tingkat kemutakhiran teknologi (state of the art/SOTA) komponen
teknologi yang meliputi :
 Technoware: kondisi eksiting pada teknologi (peralatan, mesin,
perlengkapan, sistem informasi) yang ada di PT. KALOG dibandingkan
dengan teknologi pada perusahaan sejenis yang telah memanfaatkan
peralatan dengan teknologi terkini;
 Humanware: capaian kinerja operasi perusahaan yang menggambarkan
capaian kemampuan SDM (target dan realisasi capaian kinerja operasi);
 Infoware: ketersediaan informasi yang dapat diakses dengan cepat,
akurat dan informasi yang selalu diperbaharui;
 Orgaware : Kemampuan organisasi dalam menghasilkan keuntungan,
capaian volume penjualan, otoritas organisasi dalam pengaturan
perusahaan, kemampuan organisasi dalam pengembangan bisnis serta
kebijakan anggaran riset dan pengembangan.
Pengumpulan data melalui kuesioner perbandingan berpasangan dilakukan
untuk mendapatkan nilai bobot intensitas kontribusi komponen teknologi.
Pembobotan dinilai oleh pakar yang kompeten dalam pengelolaan komponen
teknologi di PT. KALOG. Jumlah responden pakar 5 (lima) orang yang merupakan
Manager di beberapa divisi PT. KALOG Penentuan responden ini didasarkan pada
beberapa pertimbangan agar menghasilkan penentuan prioritas pengembangan
komponen teknologi yang tepat.

Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data hasil


pengamatan langsung (observasi) dan wawancara berdasarkan jenis komponen
teknologi. Tahapan pengolahan data untuk melakukan perhitungan nilai koefisien
kontribusi komponen teknologi dan nilai intensitas kontribusi komponen teknologi
dijelaskan sebagai berikut:
Tahapan Identifikasi Komponen Teknologi
Sebelum melakukan penentuan tingkat kecanggihan, state of the art,
penentuan kontribusi komponen teknologi dan penentuan nilai intensitas kontribusi
komponen teknologi perlu dilakukan identifikasi komponen teknologi (T, H, I, O)
yang ada dalam proses tranformasi obyek penelitian.
18

 Technoware meliputi fasilitas fisik, peralatan, permesinan, alat


pengangkutan, dan infrastuktur yang tersedia;
 Humanware yang meliputi pengguna technoware dalam melakukan proses
operasi angkutan kontainer;
 Infoware yang mencakup ketersediaan informasi yang dapat dimanfaatkan
oleh pegawai dalam menjalankan proses operasi;
 Orgaware, mencakup kerangka kerja yang tersedia pada proses operasi
seperti praktek manajemen (management practice), struktur organisasi,
pengaturan organisasi (organizational arrangement).
Tahapan Kriteria Penentuan Tingkat Kecanggihan
Berdasarkan prosedur dari ESCAP, tingkat kecanggihan komponen teknologi
ditentukan dengan memberikan skor skala 1-9 seperti pada tabel Tabel 4
Tabel 4 Kriteria pemberian skor tingkat kecanggihan komponen teknologi
Tingkat kecanggihan komponen teknologi Skor

Technoware Humanware Infoware Orgaware


Peralatan mampu Mampu Organisasi kecil, belum 1 2 3
Manual menggunakan menyediakan mengenai kerjasama,
dan mengelola belum memiliki sstem
informasi data manajemen yang baku
umum
Peralatan mampu mampu organisasi mulai 2 3 4
Mekanik memasang menyediakan menjalin kerjasama dan
dan mengelola memiliki sistem
informasi data manajemen yang
teknis sederhana
Peralatan mampu mampu Organisasi mulai 3 4 5
untuk merawat menyediakan memiliki jaringan
Penggunaan dan mengolah kerjasama, mempunyai
umum data umum dan sistem manajemen yang
data teknis baku
Peralatan mampu mampu Organisasi mulai 4 5 6
untuk mengelola menyediakan memiliki jaringan
pengunaan dan mengolah kerjasama yang terus
khusus informasi data berkembang,
untuk efektifitas mempunyai sistem
dan efisiensi manajemen yang baku,
diakui pihak ketiga,
mampu mengidentifikasi
pasar yang potensial
Peralatan mampu mampu Organisasi mulai 5 6 7
otomatis mengembang menyediakan memiliki jaringan
kan dan mengolah kerjasama yang terus
informasi data berkembang, mampu
untuk bersaing, mampu untuk
meningkatkan peningkatan pasar dan
pengetauan kualitas
Lanjutan Tabel 4
19

Tingkat kecanggihan komponen teknologi Skor

Technoware Humanware Infoware Orgaware


Peralatan mampu mampu Organisasi mulai 6 7 8
terkomputerisa melakukan menyediakan memiliki jaringan
si inovasi dan mengolah kerjasama yang terus
dengan informasi data berkembang, mampu
bantuan untuk perbaikan bersaing, mampu untuk
eksternal dan modifikasi perluasan pasar baru
Peralatan mampu mampu Organisasi mulai 7 8 9
terintegrasi melakukan menyediakan memiliki jaringan
inovasi dan mengelola kerjasama yang terus
sendiri informasi data berkembang, mampu
teknis untuk bersaing, mampu
penggunaan menjadi leader
spesifik/inovasi
Sumber: UNESCAP (1988)

Tahapan Penentuan Batas Atas dan Batas Bawah Tingkat Kecanggihan


Komponen Teknologi

Penentuan batas bawah (lower limit, LL) dan batas atas (upper limit, UL)
setiap komponen teknologi dapat diduga dengan menggunakan Tabel 4 Identifikasi
batas atas dan batas bawah tingkat kecanggihan komponen technoware dan
humanware dilihat pada fasilitas proses operasi. Penentuan batas atas dan batas
bawah melalui pengamatan langsung terhadap komponen teknologi THIO yang
terlibat dalam proses operasi. Tabel 4 menjelaskan bahwa komponen technoware
yang masih menggunakan fasilitas manual tanpa dilengkapi fasilitas lainnya yang
lebih kompleks memiliki nilai batas bawah 1 dan batas atas 3. Sedangkan untuk
komponen technoware yang memiliki fasilitas manual dan dilengkapi dengan
fasilitas tenaga penggerak maka nilai batas bawahnya adalah 1 dan nilai batas
atasnya 4. Nilai batas bawah menunjukkan tingkat kecanggihan yang paling rendah
(sederhana) pada masing-masing komponen teknologi. Sedangkan untuk nilai batas
atas menunjukkan tingkat kecanggihan yang paling tinggi (kompleks) pada masing-
masing komponen teknologi. Prosedur penilaian batas atas dan batas bawah pada
komponen technoware ini berlaku juga untuk ketiga komponen teknologi
humanware, infoware dan orgaware. Selanjutntya hasil penilaian batas bawah dan
batas atas tingkat kecanggihan komponen teknologi kemudian dimasukkan ke
dalam Tabel 5
Tabel 5 Penilaian batas bawah dan batas atas komponen teknologi
Batas Tingkat Kecangihan
Komponen Teknologi
Batas Bawah (LL) Batas Atas (UL)
Technoware LT: UT:
Humanware LH: UH:
Infoware LI: UI:
Orgaware LO: UO:
Keterangan:
20

LL = Lower Limit UL: Upper Limit


LT = batas bawah technoware UT = batas atas technoware
LH = batas bawah humanware UH = batas atas humanware
LI = batas bawah infoware UI = batas atas infoware
LO = batas bawah orgaware UO = batas atas orgaware
Hasil penilaian batas bawah (LL) dan batas atas (UL) akan digunakan untuk
menghitung nilai kontribusi komponen teknologi.

Tahapan Kriteria Penilaian Tingkat Kemutakhiran ( state of the art /SOTA)

UNESCAP (1988) menjelaskan bahwa penentu tingkat kemutakhiran sebuah


komponen teknologi pada fasilitas transformasi memerlukan pengetahuan yang
tepat mengenai kinerja teknis dan terkait dengan kondisi terbaik di dunia saat ini.
oleh karena itu untuk menentukan kriteria ini memerlukan masukan yang cukup
banyak dari narasumber teknis yang berpengalaman dalam mengoperasikan jenis
fasilitas transformasi yang sedang dipelajari serta praktek terbaik saat ini di dunia
sebagai referensi penentuan kriteria.
Kriteria umum yang disusun oleh UNESCAP (1988) dapat digunakan untuk
memandu penentuan state of the art empat komponen teknologi pada proses
transformasi sebuah perusahaan manufaktur, namun kriteria ini dapat
dikembangkan sesuai dengan jenis perusahaan yang akan dinilai. Pendekatan yang
digunakan untuk menentukan nilai state of the art komponen teknologi didasarkan
pada kriteria umum yang diberi skor 0 untuk spesifikasi terendah dan skor 10 untuk
spesifikasi terbaik. Kriteria umum dalam menentukan nilai state of the art
technoware menurut UNESCAP (1988) adalah dengan mengevaluasi kompleksitas
operasional, atribut fisik yang mencakup peralatan fisik yang dibandingkan dengan
kondisi terkini di dunia atau menggunakan parameter standar perusahaan.
Sedangkan kriteria umum untuk penilaian humanware dilihat dari aspek potensi
kreatifitas, orientasi prestasi, orientasi afiliasi yang dibandingkan dengan parameter
standar perusahaan. Penilaian state of the art pada komponen infoware
menggunakan kriteria metode penyimpanan informasi, updating informasi, akses
penggunaan informasi menggunakan sistem informasi. Penilaian pada komponen
orgaware mengacu pada kriteria kemampuan organisasi dalam memotivasi
pegawai, model otonomi dalam pengawasan dan pengaturan organisasi,
kemampuan organisasi dalam menjalin kerjasama dengan stakeholder, kebijakan
terkait Research and Development.

Perhitungan Tingkat Kemutahiran ( state of the art /SOTA)

Tingkat kemutahiran (State of the art/ SOTA) adalah tingkat kompleksitas dari
setiap komponen technoware, humanware, infoware, dan orgaware. Hasil
penilaian state of the art pada masing-masing komponen teknologi dihitung untuk
mengetahui tingkat kemutakhiran komponen teknologi menggunakan persamaan-
persamaan sebagai berikut:
Perhitungan SOTA Technoware
21

1 ∑k 𝑡ik
⌊ ⌋ k= 1,2,.......kt (2)
10 𝑘t
STi =
kt = jumlah kriteria komponen technoware
dimana tik adalah nilai kriteria ke-k dari technoware kategori i

Perhitungan SOTA Humanware


1 ∑𝑖 ℎij
SHj = ⌊ ⌋ j= 1,2,.......jt (3)
10 𝑗ℎ

lh = jumlah kriteria komponen humanware


dimana hij adalah nilai kriteria ke-i dari humanware kategori j

Perhitungan SOTA Infoware


1 ∑𝑚 𝑓m
SI = ⌊ ⌋ m= 1,2,.......mf (4)
10 𝑚𝑓

mf = jumlah kriteria komponen infoware


dimana fm adalah nilai kriteria ke-m dari infoware pada tingkat perusahaan

Perhitungan SOTA Orgaware


1 ∑𝑛 𝑜n
SO 10
⌊ ⌋ n= 1,2,.......no (5)
𝑛𝑜

no ==jumlah kriteria komponen orgaware


dimana On adalah nilai kriteria ke-n dari orgaware pada tingkat perusahaan

Pembagian state of the art dengan angka 10 pada ke-4 persamaan diatas
bertujuan untuk menormalisasi penilaian menjadi berkisar antara 0 dan 1, sekaligus
menyatakan bahwa kriteria yang digunakan memiliki bobot yang sama.

Perhitungan Nilai Kontribusi Setiap Komponen

Perhitungan nilai kontribusi setiap komponen teknologi dilakukan dengan


menggunakan nilai batas atas dan batas bawah derajat kecanggihan dan hasil
perhitungan nilai state of the art (SOTA) yang diformulasikan dalam persamaan
berikut:
1
T = 9 ⌊𝐿𝑇 + 𝑆𝑇 (𝑈𝑇 − 𝐿𝑇)⌋ (6)

1
H= ⌊𝐿𝐻 + 𝑆𝐻 (𝑈𝐻 − 𝐿𝐻)⌋ (7)
9

1
I= ⌊𝐿𝐼 + 𝑆𝐼 (𝑈𝐼 − 𝐿𝐼)⌋ (8)
9

1
O= ⌊𝐿𝑂 + 𝑆𝑂(𝑈𝑂 − 𝐿𝑂)⌋ (9)
9
22

Keterangan:
LT = batas bawah technoware, UT = batas atas technoware
LH = batas bawah humanware, UH = batas atas humanware
LI = batas bawah infoware, UI = batas atas infoware
LO = batas bawah orgaware, UO = batas atas orgaware
ST = SOTA technoware, SH = SOTA humanware
LI = SOTA infoware , SO = SOTA orgaware

Perhitungan Nilai Intensitas Kontribusi Komponen Teknologi

Perhitungan nilai intensitas kontribusi komponen teknologi didapat dari


penilaian responden pakar terhadap tingkat kepentingan komponen teknologi
menggunakan metode AHP. Instrument yang digunakan untuk mendapatkan
informasi tingkat kepentingan komponen teknologi melalui kuesioner dan
wawancara terhadap responden pakar.

Analytical Hierarchy Process (AHP)


AHP merupakan salah satu Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang
dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP mampu menghasilkan sebuah
keputusan dalam keadaan atau situasi yang kompleks. Pengambilan keputusan
dalam menentukan kebijakan terkait perencanaan, perbaikan, investasi teknologi
serta strategi-strategi yang akan dilakukan oleh perusahaan dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan dalam pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat tidak semudah membalikan telapak
tangan, sehingga diperlukan pertimbangan dan perhitungan matematis dengan
berbagai kriteria. Metode AHP merupakan metode pengambilan keputusan yang
menggunakan faktor-faktor pengalaman, intuisi, logika, emosi, pengetahuan, dan
rasa untuk dioptimasi dalam suatu proses yang sistematis, sehingga mampu
melakukan perbandingan secara berpasangan (Marimin 2004).
Saaty (2008) mengemukakan bahwa metode AHP merupakan alat yang
efektif dalam pengambilan keputusan yang kompleks dan dapat membantu
pengambil keputusan dalam menetapkan prioritas dan menghasilkan keputusan
terbaik. AHP juga merupakan alat yang sangat fleksibel dan kuat karena nilai dan
penilaian skor akhir diperoleh berdasarkan evaluasi relatif berpasangan dari kedua
kriteria dan evaluasi kriteria dan pilihan yang diberikan oleh pengguna. Anis et al.
(2015) melakukan penelitian menggunakan metode AHP untuk melakukan
pemilihan pemasok obat-obatan sedangkan Darmanto (2014) memanfaatkan
metode AHP untuk menentukan kualitas gula tumbu. Penggunaan metode AHP
menghasilkan keputusan yang lebih cepat dibandingkan perhitungan secara manual
sehingga pengambilan keputusan dapat lebih efisien dan lebih akurat. Handfield et
al. (2002) juga menggunakan AHP untuk membantu para procurement manajer
mengambil keputusan dalam perencanaan pembelian berdasarkan kriteria yang
kompleks.
Tahapan proses AHP diawali dengan pendefinisian masalah, penyusunan struktur
hirarki (tujuan, kriteria, sub kriteria, alternatif) seperti pada
Gambar 4.
23

Level 1 GOAL
Goal

Kriteria Kriteria Kriteria


Level 2
Kriteria dan Sub Kriteria Sub Kriteria Sub Kriteria
Sub Kriteria

Level 3
Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif Alternatif

Gambar 4 Penyusunan struktur hirarki AHP

Darmanto (2014) menjelaskan tahapan dalam penggunaan AHP sebagai


berikut :
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki dengan menyusun tujuan, kriteria dan alternatif
pilihan.
3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat
di atasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari
pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen
dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matrik
berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten
maka pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang
dimaksud adalah nilai eigen vector maksimum yang diperoleh.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vector merupakan bobot setiap elemen.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka
penilaian harus diulangi kembali.
Menurut Yusuf (2009) kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lainnya
antara lain struktur yang berhirarki namun dapat memperhitungkan validitas sampai
dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif.
AHP mampu mensistensiskan suatu hasil yang representatif dari berbagai pilihan.
Skala pembobotan tingkat kepentingan (Saaty 2008) dijelaskan pada Tabel 6
24

Tabel 6 Skala pembobotan tingkat kepentingan


Intensitas
Definisi Keterangan
Kepentingan
Kepentingan β sama Dua kegiatan memberikan kontribusi yang
1
(sama pentingnya) sama terhadap sebuah tujuan
Salah satu β lebih Suatu kegiatan lebih penting dibandingkan
3 penting dibanding β aktivitas lainnya, tetapi kelebihan tersebut
lainnya (agak penting) kurang meyakinkan atau tidak signifikan
β mempunyai Terdapat bukti yang bagus dan kriteria logis
5 kepentingan esensial yang menyatakan bahwa salah satu kegiatan
(cukup penting) memang lebih penting dari kegiatan lainnya
Kepentingan β Salah satu kegiatan lebih penting
7 ditonjolkan (sangat dibandingkan kegiatan lainnya bila dapat
penting) dibuktikan secara meyakinkan
β memiliki kepentingan Suatu kegiatan secara tegas memiliki
9 ekstrim (kepentingan kepentingan yang paling tinggi
yang sangat ekstrim)
Nilai β antara dua Dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan
kepentingan ( nilai tingkat kepentingannya
2,4,6,8
tengah diantara dua nilai
yang berdekatan
Sumber: Saaty (2008)

Perhitungan Nilai TCC

Nilai TCC dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (1) yaitu


TCC = Tβt × Hβh × Iβi × Oβo
Keterangan:
TCC = technology contribution coefficient
T = nilai kontribusi komponen technoware
βt = nilai intensitas kontribusi komponen technoware
H = nilai kontribusi komponen humanware
βh = nilai intensitas kontribusi komponen humanware
I = nilai kontribusi komponen infoware
βi = nilai intensitas kontribusi komponen infoware
O = nilai kontribusi komponen orgaware
βo = nilai intensitas kontribusi komponen orgaware
Nilai TCC tidak memungkinkan nol karena tidak ada kegiatan transformasi
tanpa keterlibatan seluruh komponen teknologi dan maksimum nilai TCC adalah 1.
Nilai TCC dari suatu perusahaan menunjukkan kontribusi teknologi pada proses
transformasi perusahaan tersebut. Skema penilaian TCC menurut (Nazaruddin
2008) dapat dilihat pada Tabel 7
25

Tabel 7 Skala penilaian TCC


Nilai TCC Klasifikasi
0 < TCC ≤ 0.1 Sangat rendah
0.1 < TCC ≤ 0.3 Rendah
0.3 < TCC ≤ 0.5 Cukup
0.5 < TCC ≤ 0.7 Baik
0.7 < TCC ≤ 0.9 Sangat baik
0.9 < TCC ≤ 1.0 Kecanggihan modern (mencapai state of the art)
Sumber: Nazaruddin (2008)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum PT. Kereta Api Logistik

PT Kereta Api Logistik (PT. KALOG) adalah perusahaan dibawah


perusahaan induk PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang dbentuk pada tanggal 8
September 2009 dengan bidang layanan distribusi logistik berbasis kereta api. PT.
Kereta Api Logistik dipimpin oleh Direktur Utama dan dibantu oleh 3 (tiga)
direktur yaitu Direktur Pengembangan & Usaha, Direktur Keuangan & Human
Resources, Direktur Operasi dan Pemasaran dan 1 orang Vice President Internal
Control & Quality Assurance. Para direktur dibantu oleh 9 (sembilan) orang
Vice President (VP) dan 1 orang General Manager Teknologi Informasi yang juga
secara kewenangan dapat membantu langsung Direktur Utama. Struktur organisasi
dapat dilihat pada Lampiran 1. Dalam wewenang lini direktur utama dibantu oleh
General Manager JO B-KALOG dan General Manager Bumi Kalog. Struktur
organisasi PT KALOG merupakan jenis struktur organisasi fungsional yaitu
organisasi yang disusun berdasarkan spesialisasinya. Keahlian pegawai dalam
organisasi terpusat memungkinkan untuk berkembang lebih jauh (Laegaard dan
Bindslev 2006).
Jumlah pegawai PT KALOG sebanyak 248 orang yang tersebar di beberapa
wilayah Jawa dan Sumatera. Jenjang jabatan pegawai PT. KALOG terbagi atas 10
grade, mulai direktur hingga pegawai pelaksana. PT. KALOG memiliki visi
menjadi perusahaan penyedia jasa logistik terpadu, unggul dan terpercaya,
sedangkan misi PT. KALOG antara lain: 1) menyediakan jasa logistik berbasis
kereta api dengan solusi door to door service; 2) mengembangkan bisnis jasa
logistik dengan menyelenggarakan layanan mining logistics, warehousing, depot
kontainer dan jasa kurir dalam sistem infrastruktur terpadu; 3), membangun
kapabilitas dan kredibilitas perusahaan melalui strategi sinergis dengan
stakeholders; 4) meningkatkan nilai tambah korporasi bagi shareholder.
Cakupan bisnis PT. KALOG meliputi door to door service berupa layanan
distribusi logistik/barang (padat, cair, gas) yang didukung oleh angkutan pra dan
purna serta layanan penunjangnya. Orientasi bisnis PT. KALOG adalah sebagai
SCM Service Provider yang memberikan layanan distribusi logistik secara total
(Total Logistics Solution) melalui End-to-End Services.
26

Fokus dan penguatan peran penting KALOG diwujudkan pada tahapan Pre-
Service dan Post-Service dari layanan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) serta
integrated-service berbasis information technology sepanjang rantai jasa layanan
distribusi logistik. PT. KALOG telah menyusun pengembangan bisnis dalam 3
(tiga) fase seperti pada Gambar 5

. Fase 1 Fase II Fase III


2010-2011 2012-2013 2014-2015

Total Logistics Solutions

Gambar 5 Skema pengembangan strategi perusahaan


Fase I (Tahun 2010 – 2011) merupakan Fase Persiapan & Pembelajaran, Fase
II (Tahun 2012 – 2013) merupakan Fase Pemantapan & Fokus Bisnis,
Fase III (Tahun 2014 – 2015) merupakan Fase Pertumbuhan & Pengembangan.
Saat ini PT. KALOG masuk pada fase III pertumbuhan dan pengembangan yaitu
fase organisasi dalam mengembangkan keahlian dan kompetensinya. Fase ini
banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat tumbuh dan berkembang
seperti meniru strategi, struktur, dan budaya organisasi yang telah sukses
sebelumnya (Santoso 2003).
PT Kereta Api Logistik menyediakan beragam layanan terpadu (Total
Logistics Solutions) diantaranya angkutan kereta api non kontainer, angkutan
kontainer, BHP Kurir, pengelolaan stockpile & Lo/Lo batubara serta layanan
penunjang pra purna lainnya seperti trucking, pergudangan.
PT. KALOG telah berhasil melakukan berbagai capaian antara lain :
 Meraih Sertifikasi ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu pada Januari
2015.
 Memenuhi persyaratan Pra-Kualifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
serta Lingkungan (K3L) Kontraktor seperti yang diisyaratkan oleh PT
Indocement Tunggal Prakarsa dengan Kualifikasi “A”
 Menerima penghargaan dari sebagai salah satu vendor yang memberikan
pelayanan yang memuaskan.
 Terpilih dan menjadi finalis 10 besar dalam ajang penghargaan bergengsi
Outstanding Corporate Innovator Indonesia 2015 yang diselenggarakan oleh
majalah SWA dan PDMA Indonesia. Inovasi yang didaftarkan oleh KALOG
pada ajang penghargaan ini yaitu pengiriman semen menggunakan Gerbong
Datar dan pallet.
 Mendapatkan Certificate of Appreciation atas Implementasi E-LOGS ERP
dari PT. KAI
 Mendapatkan penghargaan dengan nominasi The Best of Container dari PT
Kereta Api Indonesia (Persero) pada bulan Oktober 2017.
27

Angkutan Kontainer PT. Kereta Api Logistik

Layanan bisnis angkutan kereta api kontainer PT. KALOG melayani


pelanggan dengan menawarkan skema pengiriman barang seperti door to station,
station to door, station to station, door to door dengan mengintegrasikan
layanannya dengan armada angkutan truk, peralatan bongkar muat, dan personil
lapangan. Jenis kontainer yang dapat diangkut KALOG mencakup 20" (feet) dan
40". Dalam satu rangkaian kereta api dapat memuat hingga 60 kontainer 20". Saat
ini KALOG memiliki 5 rangkaian kereta api kontainer dengan relasi sebagai
berikut:
 Sungai Lagoa dan Jakarta Gudang (Jakarta) - Kalimas (Surabaya)
 Pasoso (Jakarta) - Gedebage (Bandung)
 JICT (Jakarta) - Cikarang Dry Port (Jawa Barat)
 Jakarta & Surabaya - Semarang
PT. KALOG menyediakan layanan kereta api kontainer terintegrasi
pelabuhan sebagai bagian dari program pemerintah dalam menyediakan layanan
integrasi intermoda. Saat ini layanan kereta api kontainer KALOG telah terhubung
Pelabuhan Tanjung Perak melalui Terminal Petikemas Surabaya dan Pelabuhan
Tanjung Priok melalui Jakarta International Container Terminal. Proses bisnis
pengiriman barang Angkutan kereta api kontainer meliputi kegiatan proses shipping
contract, proses operasional bongkar barang (stripping), proses operasional muat
barang (stuffing), proses pemuatan kontainer ke atas rangkaian kereta api (lift on-
lift off), proses delivery menggunakan kereta api dan trucking dan proses invoicing.
Alur proses operasional layanan angkutan kereta api kontainer seperti pada Gambar
6

Proses Proses
Stuffing dan Delivery
Proses Stripping
Shipping Proses Lift proses
Contract on Lift Off Invoicing

Gambar 6 Alur proses operasi KA Kontainer


Proses shipping contract merupakan proses awal layanan KA Kontainer. pada
proses ini pelanggan melakukan booking/order kepada bagian marketing proses
tersebut dapat dilakukan melalui telepon, email dan datang langsung ke loket kalog
di terminal barang. Informasi harga jasa layanan angkutan kontainer dapat diketahui
dari bagian marketing, sehingga setelah melakukan pengecekan harga dan negosiasi
dengan bagian marketing maka staf marketing akan melakukan tindak lanjut
dengan membuat dokumen kontrak jasa angkutan kontainer dengan pelanggan. Isi
dokumen kontrak terdiri dari jumlah biaya yang dikenakan untuk suatu paket
pengiriman tertentu, jenis jasa yang diberikan oleh KALOG, term condition dan
28

durasi kontrak. Proses booking order melalui loket KALOG di terminal barang
Sungai Lagoa.
Proses muat (stuffing), merupakan proses muat barang kedalam kontainer
kontainer. sebelum dilakukan proses stuffing, pelanggan menyerahkan beberapa
dokumen kepada pihak KALOG diantaranya dokumen Shipping Instruction (SI) ,
Delivery Order (DO), dan Cargo Manifest (CM). Kesesuaian dokumen termasuk
jenis jasa layanan akan diperiksa oleh bagian security yang bertugas. Bagian
Operasional bertugas membuat perintah muat barang dan bagian krani akan
melakukan proses muat barang/stuffing ke dalam kontainer. Proses bongkar
(stripping) merupakan proses pembongkaran kontainer/pengosongan untuk
dipindahkan ke truk. Sedangkan Proses pemuatan kontainer ke kereta api
merupakan proses muat kontainer ke atas rel kereta api. Pemuatan kontainer
dilakukan dengan menggunakan alat Reach Stacker yang dilakukan oleh operator.
Pada proses muat kontainer ke kereta api, bagian security akan memeriksa
kesesuaian kontainer yang akan dikirim dengan dokumen Shipping Instruction (SI),
Kemudian bagian operasional akan mengeluarkan perintah pembongkaran
kontainer dari truk. Bagian krani membongkar kontainer dari truk (lift off) dan
kontainer disusun atau di simpan di Container Yard (CY). Pada saat kontainer
tersebut dikirim, bagian customer service atau operasional membuat loading plan
tentang detail pemuatan kontainer ke PPCW (Gerbong kereta untuk mengangkut
kontainer). selanjutnya bagian operasional mengeluarkan perintah muat kontainer
ke atas PPCW. Bagian krani memuat kontainer ke atas PPCW (lift on) dan kontainer
dikirim menggunakan kereta api ke tempat tujuan.
Proses delivery kontainer dilakukan dengan menggunakan kereta api. Pada
saat kontainer tiba di stasiun tujuan maka bagian operasional mengeluarkan
perintah pembongkaran kontainer dari PPCW. Bagian krani membongkar kontainer
dari PPCW (lift off). Kontainer yang telah dibongkar disusun atau di simpan di
Container Yard (CY). Bagian security memeriksa kesesuaian kondisi kontainer
dengan dokumen Shipping Instruction (SI) dan Cargo Manifest (CM).
Pada saat kereta api barang tiba di stasiun tujuan, bagian krani memuat
kontainer keatas truk (lift on), apabila pelanggan memilih jenis pengiriman door-
station atau station-station kontainer akan dimuat ke atas truk milik pelanggan, dan
apabila pelanggan memilih jenis pengiriman door-door atau station-door kontainer
akan dimuat ke atas truk milik PT. KALOG.pada saat serah terima barang,
pelanggan mengambil kontainer dengan menyerahkan tanda terima barang (TTB).
Jika jenis pengiriman barang adalah door to door, maka bagian trucking akan
mengantarkan kontainer ke tempat tujuan barang dan mendapatkan TTB.
Proses pembayaran dilakukan setelah bagian keuangan membuat invoice atas
transaksi yang sudah dilakukan dan memberikannya kepada pelanggan untuk
kemudian pelanggan membayar tagihan atas transaksi pengiriman.

Identifikasi Komponen Teknologi

Komponen Technoware

Komponen technoware PT. KALOG meliputi sarana prasarana terminal


barang, kantor operasional, peralatan mesin, sistem informasi serta perlengkapan
29

kantor. Divisi kontainer PT. KALOG memiliki sarana dan prasarana kantor yang
berlokasi di Stasiun Gondangdia Jl. KH. Wahid Hasyim No. 11 A, Jakarta Pusat
10340. Peralatan pendukung kantor meliputi telepon, mesin fax, call center
(cs@kalogistics.co.id ) dan website: www.kalogistics.co.id.
Terminal barang Sungai Lagoa merupakan salah satu area bongkar muat
kontainer PT. KALOG dalam memberikan jasa layanan kontainer kepada
pelanggannya. Terminal barang Sungai Lagoa dikelola oleh JO.Bumi KALOG
yang dibentuk dalam skema Joint Operation (JO) antara PT. BUMI Wijaya
Terminal (BWT) dan PT. Kereta Api Logistik (KALOG). Terminal barang Sungai
Lagoa dikembangkan oleh JO.Bumi KALOG pada tahun 2014 dengan luas area 2,4
ha. Saat ini kapasitas terminal barang Sungai Lagoa mencapai 1500 teus per hari.
Peralatan/mesin untuk mendukung kegiatan operasional jasa layanan
kontainer PT. KALOG di Terminal barang Sungai Lagoa antara lain tersedianya
alat-alat Lo/Lo (Reach stacker, Forklift, Top loader, trucking) serta sistem
Informasi yang juga merupakan bagian dari komponen technoware. Kehandalan
sistem informasi merupakan salah satu unsur penting yang mendukung proses
transaksi dan layanan yang prima kepada pelanggan. Hasil identifikasi komponen
technoware disajikan pada Tabel 8.
.
Tabel 8 Daftar technoware Divisi Kontainer

No Alur kerja Sistem Infrastruktur


Perlengkapan Alat/mesin
operasional Informasi fisik
1 Proses Komputer Aplikasi Kantor
Shipping Kalkulator COINS Terminal
Contract Printer Zimbra barang
SAP
2 Proses Komputer Aplikasi Forklift Terminal
Stuffing/ Kalkulator COINS Reach steakers barang
Stripping Printer Zimbra Kontainer (GPS)
SAP Truk (GPS)

3 Proses Lift Komputer Aplikasi Forklift Terminal


on Lift off Kalkulator COINS Reachsteakers barang
Printer Zimbra Kontainer (GPS) Rel kereta
SAP Truk (GPS api

4 Proses Komputer Aplikasi Kereta api barang Terminal


Delivery Kalkulator COINS Kontainer (GPS) barang
Printer Zimbra Truk (GPS Rel kereta
SAP api

5 Proses Komputer Aplikasi Kantor Pusat


Invoicing Kalkulator COINS Terminal
Printer Zimbra barang
SAP
30

Sistem informasi yang tersedia dan dimanfaatkan oleh PT. KALOG antara
lain: 1) System Application and Product (SAP), merupakan aplikasi yang
disediakan oleh perusahaan induk (PT. KAI) untuk integrasi proses bisnis internal
KALOG dengan PT. KAI. SAP merupakan software Enterprise Resources
Planning (ERP) yang dapat membantu perusahaan dalam merencanakan dan
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari sehingga mampu mendukung
PT. KALOG dalam menjalankan operasional secara efektif dan efisien. ERP
memiliki dampak positif untuk mengoptimalkan fungsi kegiatan usaha sebuah
organisasi (Wang 2013). Aplikasi SAP mampu merubah dan memberikan improve
bagi organisasi seperti integrasi, kerjasama antar departemen yang berbeda dan
saling terhubung didalam platform yang sama. SAP juga mampu menghilangkan
beberapa pekerjaan manual. 2). Containers Integration System (COINS)
merupakan aplikasi IT yang dikembangkan oleh Divisi Kontainer PT. KALOG
untuk membantu kegiatan operasionalnya. Sistem informasi COINS sampai saat ini
masih dalam tahap pengembangan. Pengembangan dilakukan oleh pihak internal
PT. KALOG dibantu oleh tenaga teknologi informasi dari pihak ketiga. Pada
pelaksanaannya apikasi COINS masih harus dilakukan pengembangan dan
perbaikan. Terdapat beberapa fitur aplikasi salah satunya untuk pembuatan loading
plan. Aplikasi COINS belum sepenuhnya dapat mengakomodir kebutuhan
pembuatan loading plan sehingga masih perlu dilakukan perhitungan manual
dengan bantuan MS.Excel. tampilan fitur aplikasi COINS. 3). Aplikasi Zimbra,
sebagai media komunikasi internal pegawai. Zimbra mempunyai fitur untuk
berkirim pesan, bertukar informasi. Layanan e-mail berbasis Zimbra di PT.
KALOG tersedia untuk pegawai sehingga mempermudah komunikasi antar
pegawai. Selain Zimbra, PT. KALOG memanfaatkan media sosial seperti Path,
Facebook, Twitter untuk kebutuhan berbagi informasi internal dan sebagai media
promosi layanan bisnis perusahaan.

Komponen Humanware

Komponen humanware pada divisi angkutan kontainer meliputi staf


pelaksana yang melakukan kegiatan operasional pada kegiatan pengiriman barang
angkutan kontainer, Supervisor, Manajer dan Vice President (VP).

Komponen Infoware

Komponen infoware PT. KALOG meliputi dokumen perusahaan terkait


prosedur, aturan yang dimanfaatkan oleh humanware dalam proses transformasi
angkutan kontainer.

Komponen Orgaware

Komponen orgaware PT. KALOG meliputi praktek-praktek manajemen


dalam mengelola komponen teknologi technoware, humanware, infoware seperti
kebijakan manajemen dalam memfasilitasi kebutuhan proses tranformasi angkutan
kontainer yang berkontribusi pada capaian tujuan perusahaan.
31

Nilai Batas Kecanggihan Komponen Teknologi

Penentuan batas kecanggihan komponen teknologi berdasarkan hasil


pengamatan langsung, wawancara dan telaah dokumen. Penentuan nilai tingkat
kecanggihan teknologi menggunakan kriteria umum dari UNESCAP seperti pada
Lampiran 6, Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9. Hasil penilaian batas batas
atas (upper limit) dan batas bawah (lower limit) tingkat kecanggihan teknologi pada
angkutan kontainer PT. KALOG dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Nilai batas kecanggihan komponen teknologi


Tingkat Kecanggihan
Komponen
Lower Upper Catatan Teknis
Teknologi
Limit (LL) Limit (UL)
Technoware 3 5 LL: Proses booking kontainer masih
dilakukan secara manual. Pelanggan
masih harus melakukan antrian di loket
kalog, perhitungan biaya layanan masih
dihitung manual oleh bagian Marketing.
UL: Proses pembuatan dokumen
shipping kontrak, dokumen bongkar
muat, dokumen bongkat muat ke kereta
api sudah memanfaatkan komputer yang
di lengkapi aplikasi COINS. Namun
aplikasi COINS belum terintegrasi.
Humanware 4 6 LL: Secara umum SDM pelaksana hanya
mampu menggunakan alat yang telah
disediakan oleh perusahaan seperti
penggunaan komputer, penggunaan alat
bongkar muat. Untuk melakukan
kegiatan operasional SDM mampu
melakukan pekerjaan sesuai arahan
atasan
UL: Sebagian SDM mampu
mengembangkan alat/tools yang
digunakan. Sebagai contoh aplikasi
COINS yang dimanfaatkan oleh SDM
PT KALOG, seiring sejalan beberapa
SDM mampu menganalisis kekurangan
sistem tersebut dan mencoba untuk
melakukan perbaikan dan mencoba
melakukan inovasi dengan bantuan pihak
ketiga
Infoware 4 6 LL: PT. KALOG Perusahaan mampu
meyediakan informasi terkait prosedur
kerja, peralatan kerja serta kebijakan-
kebijakan terkait proses tranformasi
perusahaan yang dapat diakses oleh
SDM.
32

Lanjutan Tabel 9
Tingkat Kecanggihan
Komponen
Lower Upper Catatan Teknis
Teknologi
Limit (LL) Limit (UL)
UL: Sebagian Informasi yang tersedia
berfungsi untuk peningkatan
pengetahuan SDM, pelanggan dan mitra

Orgaware 4 7 LL: PT. KALOG telah mempunyai


sistem manajemen mutu yang baku.
Sertifikat ISO 9001:2015 yang
didapatkan menunjukkan bahwa
PT. KALOG telah memenuhi
persyaratan dokumen dan rekaman wajib
dalam klausul ISO 9001:2015.

UL: Mampu membangun jaringan


dengan mitra strategis dan telah
melakukan berbagai pengembangan
sarana dan prasana dengan membuka
beberapa area baru/terminal barang baru
sebagai bentuk upaya untuk perluasan
pangsa pasar
Sumber: Data diolah (2018)

Nilai State of The Art (SOTA) Komponen Teknologi

Penentuan nilai state of the art (SOTA) komponen teknologi


PT. KALOG, mengacu pada framework technology development UNESCAP
(1988) dengan kriteria yang disusun berdasarkan literatur dan diskusi dengan pakar
teknologi transportasi. Penentuan nilai state of the art menggunakan metode
skoring 1-10 berdasarkan penilaian subyektif terhadap kriteria komponen
technoware, humanware, infoware dan orgaware. Penilaian SOTA pada masing-
masing komponen teknologi dapat dilihat pada Lampiran 2, Lampiran 3,
Lampiran 4, Lampiran 5.
Penentuan nilai SOTA komponen technoware sebesar 5.000 menunjukkan
bahwa status technoware yang meliputi fasilitas fisik seperti ketersediaan terminal
barang, fasilitas outlet layanan, perlengkapan kantor, proses operasi, perlengkapan
bongkar muat, peralatan penunjang serta peralatan keselamatan kerja cukup
memadai. Namun keterbatasan area parkir bagi pelanggan kurang memadai di
terminal barang sungai lagoa sehingga berpotensi menganggu proses operasional
layanan angkutan kontainer. Pemanfaatan technoware pada proses shipping
contract sudah memanfaatkan komputer yang dilengkapi oleh sistem informasi
Container Intergration System (COINS) namun sistem informasi yang digunakan
masih belum terintegrasi. Kondisi technoware pada proses transformasi layanan
angkutan kontainer belum didukung oleh teknologi terkini seperti teknologi RFID
yang mampu membantu perusahaan menuju keunggulan yang kompetitif. Nilai
SOTA humanware adalah 5.000 menunjukkan bahwa kemampuan sumber daya
manusia yang terlibat dalam proses operasional angkutan kontainer hanya mampu
33

memenuhi capaian kinerja operasi ≤ 60%. Kemampuan sumber daya manusia dari
segi kreatifitas, kerjasama dan kemampuan dalam memelihara fasilitas fisik pada
proses operasional cukup baik. Nilai SOTA infoware merupakan nilai SOTA
tertinggi diantara komponen teknologi lainnya yaitu sebesar 6.778. hal ini
menunjukkan bahwa PT. KALOG telah mampu menyediakan fasilitas informasi
online mengenai organisasi yang dapayt di akses oleh internal maupun eksternal
perusahaan. PT. KALOG telah melakukan pengelolaan ilmu pengetahuan secara
terstruktur melalui Project Knowledge Management . Seluruh pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman karyawan yang menjadi sumber informasi dapat di
akses oleh seluruh karyawan. Ketersediaan informasi hingga updating informasi
telah dilakukan dengan baik oleh PT. KALOG. Nilai SOTA Orgaware sebesar
6.375 menunjukkan bahwa kemampuan PT. KALOG dalam membuat kebijakan
dan menyusun strategi terkait penguatan organisasi, membangun kemitraan yang
strategis, upaya peningkatan volume penjualan dilakukan dengan perencanaan yang
baik
Berdasarkan penentuan nilai SOTA THIO diatas, maka perhitungan nilai
state of the art pada 4(empat) komponen teknologi dapat diketahui menggunakan
persamaan model teknometrik seperti disajikan pada Tabel 10

Tabel 10 Nilai state of the art (SOTA) T H I O


No Komponen Teknologi Penentuan nilai Nilai SOTA
SOTA
1 Technoware 5.000 0.5000
2 Humanware 5.000 0.5000
3 Infoware 6.778 0.6778
4 Orgaware 6.375 0.6375
Sumber: Data diolah (2018)

.Perhitungan nilai state of the art (SOTA) pada komponen technoware adalah
0.5000, komponen humanware sebesar 0.5000, komponen infoware sebesar 0.6778
dan komponen orgaware sebesar 0.6375. Hasil perhitungan nilai state of the art
(SOTA) pada komponen teknologi menunjukkan bahwa tingkat kompleksitas
tertinggi berada pada komponen teknologi infoware 0.6778 Sedangkan komponen
technoware dan humanware berada pada tingkat kompleksitas terendah.
Rendahnya kompleksitas komponen technoware dikarenakan ketersediaan sarana,
prasarana yang belum cukup memadai. Kapasitas sarana terminal barang Sungai
Lagoa belum memadai, masih sering terjadi bottleneck. Sistem informasi yang
belum terintegrasi untuk kegiatan operasional layanan kontainer. Sedangkan
rendahnya nilai SOTA humanware disebabkan oleh ketidakmampuan sumber daya
manusia dalam mendukung tercapainya target kinerja operasi PT. KALOG.
34

Nilai Kontribusi T H I O

Secara umum hasil perhitungan nilai kontribusi komponen teknologi


menunjukkan bahwa t<h<i<o dimana komponen tecnoware merupakan komponen
yang memiliki nilai kontribusi terkecil pada proses operasi PT. KALOG.
Perhitungan nilai kontribusi komponen teknologi dijelaskan pada pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai kontribusi T H I O
Komponen Batas Bawah Batas atas State of the Nilai
Teknologi (LL) (UL) art/SOTA Kontribusi
Technoware 3 5 0.5000 0.444
Humanware 4 6 0.5000 0.556
Infoware 4 6 0.6778 0.595
Orgaware 4 7 0.6375 0.657
Sumber: Data diolah (2018)

Hasil perhitungan nilai kontribusi komponen teknologi menunjukkan bahwa


komponen orgaware merupakan komponen tertinggi dengan nilai sebesar 0.657
yang memberikan kontribusi bagi proses transformasi jasa layanan kontainer, hal
ini karena kemampuan manajemen PT. KALOG dalam membuat strategi-strategi
bisnis untuk memperluas pangsa pasar dan menambah sarana dan prasarana untuk
memberikan pelayanan yang maksimal bagi pelanggan. PT. KALOG juga telah
memfasilitasi akses informasi bagi internal KALOG dan mitra termasuk pelanggan
PT. KALOG.
Komponen teknologi tertinggi kedua yang memberikan kontribusi pada
proses transformasi adalah infoware sebesar 0.595 menunjukkan bahwa KALOG
mampu menyediakan informasi bagi internal maupun eksternal perusahaan.
Prosedur terdokumentasi, instruksi kerja yang informatif, alur kerja yang jelas. Hal
ini dibuktikan dengan sertifikasi ISO 9001:2015 yang telah diperoleh KALOG.
Komponen humanware memberikan kontribusi sebesar 0.556 pada proses
transformasi layanan angkutan kontainer, berdasarkan fakta dilapangan bahwa
kemampuan pegawai mampu memanfaatkan technoware yang ada dan mampu
mengakses sumber informasi yang difasilitasi oleh PT. KALOG. Kebijakan yang
telah dikeluarkan oleh organisasi mampu dijalankan oleh pegawai, namun terdapat
keterbatasan pengetahuan dan wewenang saat melakukan kegiatan yang lebih
rumit.Komponen terendah yang memberikan kontribusi teknologi adalah
komponen technoware yaitu 0.444, hal ini disebabkan oleh :
- Fasilitas fisik di terminal barang Sungai Lagoa PT. KALOG masih kurang
memadai. Keterbatasan lahan (lahan parkir bagi pegawai dan customer yang
kurang memadai, area empty container) sering menyebabkan terjadinya
bottleneck pada aktifitas stuffing, stripping maupun pemuatan kontainer ke
kereta sehingga mempengaruhi kinerja operasi layanan jasa transportasi
kereta api barang.
- Belum tersedianya layanan pelanggan berbasis teknologi informasi sehingga
pelanggan belum mendapatkan kemudahan akses untuk pemesanan layanan
maupun pengecekan biaya layanan
35

- Belum tersedianya Refrigerated Container yang dapat digunakan untuk


mengangkut muatan yang memerlukan penanganan suhu tertentu.
- Komunikasi internal pegawai menggunakan zimbra namun beberapa pegawai
membutuhkan media komunikasi berbasis teknologi informasi lainnya yang
dapat memberikan dampak positif bagi karyawan dan perusahaan.
- Sistem informasi untuk kegiatan operasional saat ini belum terintegrasi

Nilai Intensitas Kontribusi T H I O

Perhitungan nilai intensitas kontribusi komponen teknologi menggunakan


metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Nilai intensitas kontribusi komponen
teknologi didapatkan dari pemberian bobot/nilai melalui kuesioner pada Lampiran
16 yang penilaiannya dilakukan oleh pakar yang kompeten dalam pengelolaan
komponen teknologi di PT. KALOG. Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner
dengan tools expert choice 11, nilai bobot intensitas kontribusi pada 4 (empat)
komponen teknologi dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Nilai intensitas kontribusi komponen teknologi
Komponen Teknologi Nilai intensitas kontribusi
Technoware 0.289
Humanware 0.311
Infoware 0.238
Orgaware 0.161
Consistency Ratio (CR) 0.04
Sumber: Data diolah (2018)
Hasil perhitungan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa komponen humanware
dan technoware memiliki nilai intensitas dua tertinggi yaitu 0.311 (H) dan 0.289
(T), diikuti oleh komponen infoware dan orgaware sebesar 0.238 (I) dan 0.161 (O).
Bila diurutkan, maka nilai intensitas masing-masing komponen tersebut sebagai
berikut: βh > βt > βi > βo. Nilai Consistency ratio sebesar 0.04 menunjukkan bahwa
penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai tersebut
≤ 0.1.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai kontribusi komponen teknologi dan nilai
intensitas kontribusi komponen teknologi, menunjukkan bahwa kontribusi
komponen teknologi yang perlu ditingkatkan adalah komponen technoware dan
humanware, didukung oleh hasil penilaian intensitas kontribusi komponen
teknologi oleh pakar bahwa komponen humanware dan technoware merupakan
komponen teknologi dengan nilai skor tertinggi yang harus menjadi perhatian
manajemen dalam perencanaan pengembangan komponen teknologi dimasa yang
akan datang. Diagram nilai kontribusi dan intensitas kontribusi T H I O dijelaskan
pada Gambar 7

Nilai Kontribusi Nilai Intensitas


Technoware
0,7000

0,6000

0,5000
0,4444
0,4000

0,30000,2890

0,2000

0,1000
0,5556
Orgaware 0,1610 0,0000 0,3110 Humanware
0,6569
36

Gambar 7 Diagram nilai kontribusi dan intensitas kontribusi THIO


Hasil perhitungan nilai kontribusi komponen teknologi di PT. KALOG
menggambarkan besarnya keterlibatan komponen teknologi pada proses
transformasi, sedangkan nilai intensitas kontribusi komponen teknologi
menunjukkan bahwa komponen teknologi dengan intensitas kontribusi tertinggi
merupakan komponen teknologi yang dianggap paling penting untuk
dikembangkan oleh PT. KALOG.

Nilai Koefisien Kontribusi Komponen Teknologi

Hasil perhitungan nilai koefisien kontribusi teknologi atau TCC


PT. KALOG pada Tabel 13 adalah 0.5.

Tabel 13 Nilai TCC


Komponen Nilai Nilai Intensitas 2^3 TCC
Teknologi Kontribusi Kontribusi
(1) (2) (3) (4) (5)
Technoware 0.4444 0.289 0.791
Humanware 0.5556 0.311 0.833
0.5
Infoware 0.5951 0.238 0.884
Orgaware 0.6569 0.161 0.935
Sumber: Data diolah (2018)
Merujuk pada Tabel 6 bahwa selang nilai 0.3 < TCC ≤ 0.5, dapat
dikategorikan dalam penilaian kualitatif bahwa status tingkatan teknologi PT.
KALOG mencapai klasifikasi “Cukup”. PT. KALOG perlu melakukan
peningkatan nilai TCC ke nilai yang lebih tinggi agar PT. KALOG mampu bersaing
dengan jasa transportasi barang lainnya. Nilai koefisien kontribusi teknologi PT
KALOG dipengaruhi oleh nilai kontribusi teknologi pada masing-masing
komponen teknologi. PT. KALOG perlu melakukan reviu terhadap batas bawah
kecanggihan teknologi. Selain itu peningkatan pada batas atas kecanggihan
37

teknologi dan nilai state of the art juga perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai
kontribusi komponen teknologi. Nilai kontribusi yang meningkat akan
meningkatkan juga nilai koefisien kontribusi teknologi/TCC

Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi

Penentuan Kriteria dan Sub Kriteria


Penentuan kriteria dan sub kriteria berdasarkan relevansinya dengan tujuan
penentuan prioritas pengembangan komponen teknologi. Kriteria yang ditentukan
pada prioritas pengembangan komponen teknologi adalah Urgensi kebutuhan,
Kehandalan dan Kegunaan. Sedangkan penentuan sub kriteria mempertimbangkan
Key Performance Indicator (KPI) obyek penelitian yaitu Pengembangan sumber
daya, nilai tambah, perluasan pangsa pasar, fokus pelanggan dan penciptaan inovasi
proses. Penjelasan kriteria dan sub kriteria disajikan pada Tabel 14 dan Tabel 15
Tabel 14 Penjelasan kriteria penentuan prioritas pengembangan THIO
Level Kriteria Penjelasan singkat
1.1 Urgensi Kebutuhan  Kriteria berdasarkan waktu.
 Komponen teknologi yang menjadi kebutuhan
penting, segera dan mutlak bagi perusahaan
 Jika tidak diprioritaskan dengan cepat akan
berpengaruh signifikan pada kinerja operasi`
1.2 Kehandalan  Kriteria berdasarkan kualitas jasa.
 Komponen teknologi yang mampu
berkontribusi besar dalam kinerja operasi
 Kontribusi komponen teknologi yang mampu
dalam memberikan output layanan jasa
memuaskan bagi customer
1.3 Kegunaan  Kriteria berdasarkan manfaat
 Mampu memberikan rmanfaat untuk proses
operasi dan organisasi

Tabel 15 Penjelasan sub kriteria penentuan prioritas pengembangan THIO


Level Sub Kriteria Penjelasan singkat
2.1 Pengembangan  Komponen teknologi yang mampu
sumberdaya berkontribusi dalam pengembangan sumber
38

daya seperti sumber daya manusia, data dan


informasi serta fasilitas sarana dan prasarana
2.2 Nilai Tambah  Komponen teknologi yang mampu berperan
dalam peningkatan volume penjualan
 Komponen teknologi yang berkontribusi
dalam efisiensi biaya
2.3 Fokus Pelanggan  Komponen teknologi yang mampu
memberikan bukti nyata kualitas layanan jasa,
terpercaya, respon cepat dan tanggap,
assurance (kepastian), empathy (empati).
2.4 Penciptaan inovasi  Komponen teknologi yang dapat berperan
proses dalam memberikan explicit knowledge berupa
data, formula, manual. bentuk formal dan
sistematis dan memberikan tacit knowledge
yaitu pengetahuan yang tidak berwujud
seperti tindakan, pengalaman, emosi
2.5 Perluasan pangsa  Komponen teknologi yang mampu
pasar memberikan kontribusi pada perluasan
perluasan pangsa pasar

Struktur Hirarki Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi

Penentuan prioritas pengembangan komponen teknologi PT. KALOG


menggunakan metode AHP. berdasarkan struktur hirarki AHP yang terdiri atas
tujuan (goal), kriteria, sub kriteria dan alternatif seperti dijelaskan pada Gambar 8
39

Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi


di PT. Kereta Api Logistik

0.531 0.289 0.180


Urgensi Kebutuhan Kehandalan Kegunaan

0.346 0.195
0.144 0.168 0.147
Pengembangan Nilai Tambah Perluasan Pangsa Pasar Fokus Pelanggan Penciptaan Inovasi Proses
Sumber Daya

0.289 0.311 0.238 0.161


Technoware Humanware Infoware Orgaware

Gambar 8 Struktur hirarki penentuan prioritas pengembangan komponen teknologi

39
40

Prioritas Kriteria dalam penentuan pengembangan komponen teknologi

Hasil pembobotan setiap kriteria menunjukkan bahwa kriteria urgensi


kebutuhan merupakan prioritas ke-1, kehandalan prioritas ke-2 dan kegunaan
prioritas ke-3. Nilai Consistency ratio sebesar 0.03 menunjukkan bahwa
pembobotan tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai
tersebut ≤ 0.1.
Tabel 16 Nilai bobot kriteria terhadap tujuan
Kriteria Bobot Prioritas
Urgensi Kebutuhan 0.531 1
Kehandalan 0.289 2
Kegunaan 0.180 3
Consistency Ratio (CR) 0.03
Sumber : Data diolah (2018)
Penentuan alternatif komponen teknologi T H I O yang akan dikembangkan
oleh PT. KALOG harus berdasarkan prioritas tingkat kepentingan organisasi.
pengembangan komponen teknologi yang akan menjadi prioritas harus didasarkan
pada urgensi kebutuhan perusahaan.

Prioritas Sub Kriteria berdasarkan Kriteria


Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot masing-masing sub kriteria
terhadap kriteria memiliki perbedaan bobot prioritas yang disajikan pada Tabel 17
Tabel 17 Nilai bobot sub kriteria terhadap kriteria
Urgensi
Sub Kriteria Kehandalan Kegunaan
Kebutuhan
Pengembangan sumber daya 0.468 0.174 0.260
Nilai tambah 0.156 0.083 0.208
Perluasan pangsa pasar 0.183 0.243 0.154
Fokus pelanggan 0.123 0.272 0.135
Penciptaan inovasi proses 0.070 0.228 0.243
Consistency Ratio (CR) 0.03 0.03 0.02
Sumber : Data diolah (2018)

Berdasarkan hasil olah data pada Tabel 17 menunjukkan bahwa


pengembangan sumber daya merupakan sub kriteria yang memiliki bobot tertinggi
pada kedua kriteria urgensi kebutuhan dan kegunaan. Pengembangan sumber daya
berdasarkan kriteria urgensi kebutuhan mendapatkan bobot 0.468 dan
Pengembangan sumber daya terhadap kriteria kegunaan mendapatkan bobot 0.260.
Fokus pelanggan merupakan sub kriteria yang memiliki bobot tertinggi untuk
kriteria kehandalan yaitu 0.272. Nilai Consistency ratio menunjukkan bahwa
pembobotan tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai
tersebut ≤ 0.1.
41

Sedangkan hasil pembobotan secara keseluruhan sub kriteria dalam


menentukan prioritas pengembangan komponen teknologi PT. KALOG dijelaskan
pada Tabel 18
Tabel 18 Nilai bobot sub kriteria terhadap tujuan
Sub Kriteria Bobot Prioritas
Pengembangan sumber daya 0.346 1
Perluasan pasar 0.195 2
Fokus Pelanggan 0.168 3
Penciptaan inovasi proses 0.147 4
Nilai tambah 0.144 5
Consistency Ratio (CR) 0.04
Sumber : Data diolah (2018)

Hasil pembobotan menunjukkan bahwa pengembangan sumber daya


merupakan faktor yang menjadi pertimbangan paling penting dengan nilai bobot
sebesar 0.346. sedangkan perluasan pasar menjadi prioritas ke-2, fokus pelanggan
prioritas ke-3, penciptaan inovasi proses prioritas ke-4 dan nilai tambah menjadi
prioritas ke-5. Untuk menentukan prioritas pengembangan komponen teknologi
kriteria yang perlu menjadi pertimbangan oleh PT. KALOG adalah bagaimana
komponen teknologi yang akan dijadikan prioritas pengembangan harus
berkontribusi untuk pengembangan sumberdaya yang ada seperti sumberdaya
manusia, fasilitas serta data dan informasi di PT. KALOG.
Prioritas Alternatif terhadap tujuan
Berdasarkan sintesa data yang mengakomodir pertimbangan seluruh kriteria
dan sub kriteria menunjukkan bahwa alternatif komponen teknologi yang menjadi
prioritas ke-1 adalah komponen humanware (0.311), prioritas ke-2 komponen
technoware ( 0.289), prioritas ke-3 adalah infoware (0.238) dan prioritas ke-4
adalah orgaware (0.161). Nilai Consistency ratio sebesar 0.04 menunjukkan bahwa
penilaian tingkat kepentingan yang dilakukan telah konsisten karena nilai tersebut
≤ 0.1.
Tabel 19 Nilai bobot alternatif terhadap tujuan
Alternatif Bobot Prioritas
Humanware 0.311 1
Technoware 0.289 2
42

Infoware 0.238 3
Orgaware 0.161 4
Consistency Ratio (CR) 0.04
Sumber : Data diolah (2018)

Perencanaan pengembangan komponen teknologi humanware saat ini paling


penting untuk dikembangkan dan sangat mempengaruhi pengembangan
sumberdaya perusahaan. Untuk mendukung pengembangan komponen
humanware, PT. KALOG juga dapat melakukan perencanaan pengembangan
komponen technoware secara pararel sebagai upaya PT. KALOG dalam persiapan
peningkatatan kinerja operasi dan persiapan peluang pangsa pasar baru.

Implikasi Manajerial

Hasil penelitian dapat dijadikan arahan kebijakan dalam pengembangan


komponen teknologi bagi industri, atau perusahaan dan khususnya Manajemen PT.
Kereta Api Logistik. Implikasi teoritis hasil penelitian ini merupakan bukti empiris
terhadap teori model teknometrik yang mampu memberikan gambaran status
teknologi sebuah industri/perusahaan saat ini dan hasil perhitungan nilai TCC
dengan Model Teknometrik dapat dijadikan acuan bagi industri/perusahaan yang
akan melakukan perencanaan pengembangan komponen teknologi sehingga
industri atau perusahaan dapat melakukan peningkatkan komponen teknologi
dengan tepat sehingga akan berdampak positif bagi kinerja operasi.
Implikasi praktis penelitian ini dapat dijadikan acuan oleh manajemen PT.
KALOG untuk melakukan perbaikan dan peningkatan pada komponen humanware
dan technoware sehingga kesiapan, kemampuan humanware dan ketersediaan
technoware yang memadai akan mampu memberikan dampak positif terhadap
peningkatan kinerja operasi PT. KALOG. Selain itu penguatan komponen infoware
dan orgaware perlu dilakukan agar PT. KALOG lebih siap menghadapi persaingan
dunia bisnis transportasi angkutan barang mengingat peluang pengembangan
layanan bisnis berdasarkan kebijakan pemerintah saat ini terrkait proyek strategis
nasional salah satunya pembangunan infrastruktur jalan rel kereta api di beberapa
kota besar.

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, disimpulkan bahwa:


1. Hasil perhitungan nilai koefisien kontribusi teknologi atau Tecnology
Contribution Coefficient (TCC) PT. KALOG adalah sebesar 0.5. Nilai TCC
43

menunjukkan bahwa kondisi teknologi PT. KALOG dalam klasifikasi


“Cukup”. Nilai TCC menunjukkan bahwa peran komponen teknologi yang
merupakan inti dari proses transformasi jasa layanan kereta api barang belum
optimal dalam mendukung visi PT. KALOG untuk menjadi perusahaan
penyedia jasa logistik terpadu, unggul dan terpercaya. Terdapat peluang bagi
PT. KALOG untuk meningkatkan nilai TCC agar kinerja operasi tercapai.
2. Hasil perhitungan nilai intensitas kontribusi komponen teknologi
menunjukkan bahwa komponen humanware (0.311) merupakan prioritas ke-
1, technoware (0.289) merupakan prioritas ke-2, infoware (0.238) prioritas
ke-3 dan orgaware (0.161) adalah prioritas ke-4.
3. Hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan bagi PT. KALOG
dalam melakukan perencanaan, perbaikan dan pengembangan pada
komponen teknologi yang memiliki nilai kontribusi terkecil dan yang menjadi
prioritas pengembangan.
4. Model Teknometrik mampu memberikan informasi bagi perusahaan
mengenai status tingkatan teknologi bagi perusahaan yang ingin melakukan
perencanaan pengembangan teknologi

Saran

1. PT. KALOG hendaknya meningkatkan nilai koefisien kontribusi komponen


teknologi / Tecnology Contribution Coefficient (TCC) dari klasifikasi
“Cukup” ke tingkat yang lebih tinggi agar dapat bersaing dengan industri
sejenis yang telah menerapkan teknologi yang teritegrasi. Tindakan yang
perlu dilakukan oleh PT. KALOG antara lain:
 Melakukan reviu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kecilnya
nilai kontribusi komponen teknologi antara lain nilai batas atas dan
batas bawah kecanggihan teknologi dan nilai state of the art (SOTA).
 Melakukan perbaikan, pengembangan pada fasilitas fisik di terminal
barang Sungai Lagoa sehingga dapat mengurangi bottleneck pada
aktifitas proses operasional pengiriman barang.
 Menyediakan Refrigerated Container bagi pelanggan sehingga daya
tarik peralatan atau fasilitas yang ada memungkinkan penambahan
volume penjualan bagi PT. KALOG.
 Merevieu fasilitas media komunikasi internal dan media promosi yang
ada dan perlu mempertimbangkan pengembangan fasilitas pegawai
berbasis teknologi informasi dan jejaring sosial yang mampu
memperkuat komunikasi internal perusahaan yang tidak hanya
memberikan manfaat bagi para karyawan dan pimpinan tetapi juga
berdampak positif pada bisnis perusahaan
 Melakukan penguatan SDM khususnya SDM IT sehingga dapat
mengakomodir berbagai permasalahan teknologi informasi yang ada di
PT. KALOG.
2. PT. KALOG hendaknya melakukan perencanaan pengembangan komponen
teknologi pada 2 (dua) prioritas tertinggi yaitu humanware dan technoware.
44

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad S. 2014. Technology in Organizations. Int. J. Res. Bus. Manag. 2:2321–


886.
Andriansyah. 2005. Manajemen Transportasi dalam Kajian dan Teori.
Anis Y, Listiyono H, Khristianto T. 2015. Analytic Hierarchy Process ( AHP )
Sebagai Alat Untuk Pengambilan Keputusan Seleksi Pemasok Obat-Obatan.
Din. Inform. 7:10.
Arsyad A, Mulyono UC, Pascasarjana P, Studi P, Manajemen M. 2005. Assesment
teknologi proses produksi press tool di pt. kenza presisi pratama dengan
pendekatan teknometrik.
Bell D. 2005. Science, Technology and Culture (Issues in Cultural and Media
Studies). England: Bell and Bain L.td Glasgow.
Bennett D, Vaidya K. 2001. Meeting technology needs of enterprises for national
competitiveness. Int. J. Technol. Manag. 32:112–153.
doi:10.1504/IJTM.2005.006821.
Board MS. 1987. Management of Technology. Washington DC: National Academy
of Sciences.
Breithaupt M. 2004. Angkutan Barang Perkotaan di Kota-kota Negara
Berkembang. Transporta. GIZ, Divisi 44.
Cahyono DECW. 2015. Penilaian Teknologi Mengunakan Analytical Hierarchy
Process dan Teknometrik di Departemen Produksi. :122–129.
Crainic TG, Kim KH. 2007. Intermodal Transportation. Handbooks Oper. Res.
Manag. Sci. 14:467–537. doi:10.1016/S0927-0507(06)14008-6.
Darmanto E. 2014. Penerapan Metode AHP ( Analythic Hierarchy Process ) Untuk
Menentukan Kualitas Gula Tumbu. J. SIMETRIS 5:75–82.
Dewan Riset Nasional. 2016. Agenda Riset Nasional 2016-2019. Jakarta.
Dincer I, Hogerwaard J, Zamfirescu C. 2015. Clean Rail Transportation Options.
Clean Rail Transp. Options:1–223. doi:10.1007/978-3-319-21726-0.
Fauzan A, Novita Y, K VR. 2009. Penilaian Tingkat Teknologi DOK Pembinaan
UPT BTPI Muara Angke Jakarta. XVIII:93–101.
Ferreira L. 1997. Planning Australian Freight Rail Operations. Transp. Res. Part A
Policy Pract. 31:335–348. doi:10.1016/S0965-8564(96)00026-2.
Fink WG. 2011. Intelligent Transportation System. :7195.
Foden J, Berends H. 2010. Technology Management at Rolls-Royce. Res. Manag.
53:33–42. doi:10.1080/08956308.2010.11657619.
Gudanowska AE. 2017. A Map of Current Research Trends within Technology
Management in the Light of Selected Literature. Manag. Prod. Eng. Rev.
8:78–88. doi:10.1515/mper-2017-0009.
Gunawan H. 2015. Pengantar Transportasi dan Logistik. 1st ed. Jakarta: rajawali
Pers.
Hamid S-R, Chew B-C, Halim S. 2012. What’s the Principles of Technology
Management–Eliciting Technology ManagementPrinciples through Expert
Opinion. Int. J. Innov. Manag. Technol. 3:631–636.
doi:10.7763/IJIMT.2012.V3.310.
Handfield R, Walton S V., Sroufe R, Melnyk SA. 2002. Applying environmental
criteria to supplier assessment : A study in the application of the Analytical
45

Hierarchy Process. Eur. J. Oper. Res. 141:70–87. doi:10.1016/S0377-


2217(01)00261-2.
Harris I, Wang Y, Wang H. 2015. ICT in multimodal transport and technological
trends: Unleashing potential for the future. Int. J. Prod. Econ. 159:88–103.
doi:10.1016/j.ijpe.2014.09.005.
Hilmola O-P. 2007. European railway freight transportation and adaptation to
demand decline: Efficiency and partial productivity analysis from period of
1980-2003. Int. J. Product. Perform. Manag. 56:205–225.
doi:10.1108/17410400710731428.
Kemenristekdikti. 2017. Rencana induk Riset Nasional 2017-2045.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia BP dan PB. 2016.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. [accessed 2017 Aug 30].
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/teknologi.
Kementerian Perhubungan. 2005. Sistem Transportasi Nasional. Jakarta.
Khalil. 2009. Management Of Technology. McGraw-Hill Education (India) Pvt
Limited.
Kominfo DJI dan KP. 2013. Transportasi. Jakarta.
Laegaard J, Bindslev M. 2006. Organizational Theory.
Liao SH. 2005. Technology management methodologies and applications: A
literature review from 1995 to 2003. Technovation 25:381–393.
doi:10.1016/j.technovation.2003.08.002.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
:209. doi:10.13140/RG.2.1.3743.2800.
Nazaruddin. 2008. Manajemen Teknologi. Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
OECD TITF. 2014. Freight Railway Development in Mexico.
PAT BPPT. 2011. Pedoman umum Audit Teknologi. Jakarta.
Perego A, Perotti S, Mangiaracina R. 2011. ICT for logistics and freight
transportation: a literature review and research agenda. Int. J. Phys. Distrib.
Logist. Manag. 41:457–483. doi:10.1108/09600031111138826.
Phaal R. 2001. Technology management process assessment: a case study. Int. J.
Oper. Prod. Manag. 21:1116–1132. doi:10.1108/EUM0000000005588.
PT. Kereta Api Logistik. 2015. Laporan Tahunan 2015. Jakarta.
Purwaningsih R, Prastawa H, R.Zainal Fanani. 2005. Penilaian Teknologi Dengan
Metode Teknometrik Di Pt. Indo Acidatama Chemical Industry Solo. 5:12–
20.
Qi L. 2008. Research on intelligent transportation system technologies and
applications. Proc. - 2008 Work. Power Electron. Intell. Transp. Syst. PEITS
2008:529–531. doi:10.1109/PEITS.2008.124.
Ranaiefar F, Amelia R. 2011. Freight-Transportation Externalities. Elsevier Inc.
RI SK. 2017. Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017.
Rifni M, Prasetya O. 2016. Kapasitas Infrastruktur Angkutan Kereta Api Logistik.
:405–419.
Rodrigue JP. 2008. The Thruport Concept and Transmodal rail freight Distribution
in North America. J. Transp. Geogr. 16:233–246.
doi:10.1016/j.jtrangeo.2007.08.003.
Roper AT, Cunningham SW, Porter AL, Mason TW, Rossini FA. 2011. Forecasting
and Management of Technology: Second Edition.
Saaty TL. 2008. Decision making with the analytic hierarchy process. Int. J. Serv.
46

Sci. 1:83. doi:10.1504/IJSSCI.2008.017590.


Sandora R, Ciptomulyono U, Supriyanto H. 2008. Analisis Performansi
Sophisticated Technology Melalui Pendekatan model teknometrik.
Santoso SB. 2003. Siklus Hidup Organisasi : :17–35.
Setijadi. 2015. Moda Transportasi Kereta Api. Bandung.
Simatupang TM. 2015. Permasalahan Transportasi Barang di Indonesia. :1–39.
Suyuti R. 2012. Implementasi ”Intelligent Transportation System (ITS)” Untuk
Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas di DKI Jakarta. :13–21.
Tribhuwana U, Malang T, Industri T, Unibraw P, Pengajar S, Teknologi J,
Pertanian I. 2002. Analisis Kontribusi Teknologi pada Industri Susu
Pasteurisasi di KUD “Dau” Malang Wenny B. Sunarharum 1) dan Imam
Santoso 2) 1). 5:141–150.
UNESCAP. 1988. Tokyo Plan on Technology for Development in Asia and Pacific.
4th ed. Banglore: Asian and Pacific Centre for Transfer of Technology.
Union Pacific. 2011. Simplifying Logistics : the Benefits of Rail in a Multimodal
Shipping System.
Virliantarto N, Suastika K. 2017. Pengukuran Kesiapan Teknologi untuk
Pembangunan Kapal Kontainer 100 Teus dengan sistem Modular di PT . PAL
Indonesia. :31–38.
Wang Y. 2013. Effects Of Implementation Of Case : Dongfeng Motor Corporation.
Wiratmadja II, Govindaraju R, Setiawati E. 2011. Analysing the Influence of
Technology on the Business Performance of Rattan Processing SME’s in
South Kalimantan. IEMS 10:104–108.
Yusuf M. 2009. Pendekatan Analytic Hierarchy Process Dan Goal Programming
Untuk Menentukan Model Pemasok. J. Teknol. 2:137–142.
47

LAMPIRAN
48

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. Kereta Api Logistik

48
Board of Director Direktur Utama

Direktur Direktur Keuangan & Direktur Operasi &


Pengembangan Usaha HR Pemasarana

Vice President
Kontainer
Vice Prsident Vice President
Internal Control Coorporate Vice President Vice President General Manager Vice President
Akuntansi & Information Corporate Vice President
& Quality Planning Business Infrastruktur Batubara
Assurance Development Keuanganr Technology Services

Vice President
Non Kontainer
Manager
Logistik
Vice President
SHE & Security
Joint Operation Joint Operation
B-KALOG Bumi-KALOG
Vice President
BHP Kurir

KUPT Terminal
Barang

Kantor Cabang
49

Lampiran 2 Penentuan Nilai SOTA Technoware


Nilai
No Kriteria Nilai Kriteria
SOTA
Tidak tercatat (0), Manual/form tertulis
1 Proses shipping contract (3), komputer (5), Sistem online (7) 5
Terintegrasi (10)
Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis
Proses muat barang
2 (7) Teknologi barcode , Teknologi 5
(stuffing)
RFID (10)
Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis
Proses bongkar barang
3 (7) Teknologi barcode , Teknologi 5
(stripping)
RFID (10)
Proses pemuatan
Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis
kontainer ke atas
4 (7) Teknologi barcode , Teknologi 5
rangkaian kereta api (lift
RFID (10)
on-lift off)
Manual (0), komputer (5), Teknologi
5 Proses delivery 5
barcode (7) , Teknologi RFID (10)
Tidak tercatat (0), Manual/form tertulis
6 Proses invoicing (3), komputer (5), Sistem online (7) 5
Terintegrasi (10)
Fasilitas kantor, bongkar muat, parkir
tidak tersedia (0), fasilitas kantor,
Fasilitas Infrastruktur
7 bongkar muat, parkir cukup tersedia 4
(terminal barang)
(5), fasilitas kantor, bongkar muat,
parkir sangat memadai (10)
Tidak tersedia fasilitas outlet/cabang
8 Fasilitas outlet/cabang (0), Tersedia di pulau Jawa, Sumatera 5
(5), tersedia diseluruh nusantara (10)
Tidak tersedia perlengkapan kantor (0),
tersedia peralatan kantor (5)
9 Perlengkapan kantor Perlengkapan kantor dilengkapi aplikasi 6
ICT (7) Perlengkapan kantor
terintegrasi (10)
Manual (0); Mekanik (5); Otomatis (7);
10 Peralatan bongkar muat 5
Terintegrasi (10)
Peralatan penunjang tidak tersedia (0-3), tersedia kurang
11 5
yang digunakan lengkap (4-7), Tersedia lengkap (8-10),
Peralatan keselamatan Tidak tersedia (0-3), Tersedia sebagian
12 5
kerja (4-7), tersedia lengkap (8-10)
Total nilai SOTA technoware 60
Rata-rata nilai SOTA technoware 5.000
50

Lampiran 3 Penentuan nilai SOTA Humanware


Nilai
No Kriteria Nilai Kriteria
SOTA
Kemampuan memenuhi
1 0% = 0, ≤ 60% = 5, 100% = 10 5
capaian kinerja operasi
Kreatifitas dan inovasi dalam sangat rendah (0), cukup baik (5),
2 5
proses operasi sangat baik (10)
sangat rendah (0), cukup baik (5),
3 Kemampuan bekerjasama 5
sangat baik (10)
Kemampuan memelihara sangat rendah (0), cukup baik (5),
4 5
fasilitas transformasi sangat baik (10)
Total Nilai SOTA humanware 20
Rata-rata Nilai SOTA humanware 5.000

Lampiran 4 Penentuan nilai SOTA Infoware


Nilai
No Kriteria Nilai Kriteria
SOTA
Jaringan informasi di dalam
1 Offline (0), Online (10) 7
perusahaan
Jaringan informasi di dalam
2 Offline (0), Online (10) 7
perusahaan
Sistem informasi perusahaan Tidak ada sistem informasi (0)
3 untuk mendukung proses mempunyai sistem informasi (5) sistem 5
operasi informasi yang terintegrasi (10)
Tidak ada media informasi (0) brosur,
Informasi perusahaan
4 flyer, surat kabar (5) website dan online 8
(publik)
(10)
Tidak ada informasi (0), informasi tidak
5 Keluasan informasi publik menyeluruh/parsial (5), Informasi 8
menyeluruh (10)
Tidak ada media komunikasi (0),
6 Komunikasi Internal tersedia intranet (5), komunikasi 5
berbasis teknologi web 3.0 (10)
Tidak ada media komunikasi (0), media
7 Komunikasi eksternal 6
komunikasi offline (5), online (10)
Tidak pernah update (0), Selalu update
8 Updating Informasi 8
(10)
Penyimpanan dan
Tidak terdokumentasi (0), manual (5),
9 pengambilan informasi 7
terkomputerisasi (10)
kembali
Total Nilai SOTA Infoware 61
Rata-rata Nilai SOTA infoware 6.778
51

Lampiran 5 Penentuan nilai SOTA Orgaware


Nilai
No Kriteria Nilai Kriteria
SOTA
1 Kemampuan organisasi dalam Rugi (0) ROI dibawah RKAP (5),
5
pencapaian kinerja keuangan ROI diatas RKAP (10)
2 Kemampuan organisasi dalam Tidak ada penjualan (0),≤ RKAP
5
pencapaian volume penjualan (5), ≥ RKAP (10)
3 Kemampuan organisasi dalam Tidak mempunyai kebijakan (0)
meyusun kebijakan untuk kebijakan terdokumentasi,
memperkuat organisasi orientasi jangka pendek (5), 8
kebijakan terdokumentasi, orientasi
jangka panjang (10)
4 Otonomi dalam pengaturan dan Tidak ada aturan (0), dikendalikan
5
pengawasan organisasi organisasi (5) deregulasi (10)
5 Business development/ Tidak mempunyai program (0),
Pengembangan bisnis Mempunyai program jangka
7
pendek (5), Mempunyai program
jangka panjang (10)
6 Tidak mempunyai program (0),
Business development/ Mempunyai program jangka pendek
5
Pengembangan bisnis (5), Mempunyai program jangka
panjang (10)
7 Kebijakan membangun Tidak mempunyai program (0),
kemitraan strategis Memiliki program kemitraan, SDM
umum (5), Mempunyai program 8
kemitraan yang berkelanjutan,
SDM khusus)
Kebijakan memberikan fasilitas Tidak mempunyai perencanaan (0),
8 sarana dan prasarana yang Mempunyai perencanaan (5), 8
memadai Perencanaan berkelanjutan (10)
Total Nilai SOTA Orgaware 51
Rata-rata Nilai SOTA Orgaware 6.375
52

Lampiran 6 Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Technoware

52
Tingkat Kecanggihan
Komponen
Technoware Peralatan Peralatan Peralatan Peralatan Ter- Peralatan
Peralatan umum Peralatan khusus
Manual Mekanik Otomatis komputerisasi Terintegrasi
Alur kerja
No 1 2 3 2 3 4 3 4 5 4 5 6 5 6 7 6 7 8 7 8 9
operasional
Proses
1 shipping
contract
Proses
2
Stripping
3 Proses Stuffing
Proses lift on
4
lift off
Proses
5
Delivery
Proses
6
Invoicing
53

Lampiran 7 Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Humanware


Tingkat Kecanggihan

Mampu
Mampu
Komponen Humanware melakukan Mampu
Mampu Mampu Mampu Mampu Mengembangk
inovasi dengan melakukan
menggunakan memasang Merawat mengelola an/memperbai
bantuan pihak inovasi sendiri
ki
eksternal

No Alur kerja operasional 1 2 3 2 3 4 3 4 5 4 5 6 5 6 7 6 7 8 7 8 9

Proses shipping
1
contract

2 Proses Stripping

3 Proses Stuffing

4 Proses lift on lift off

5 Proses Delivery

6 Proses Invoicing

53
54

Lampiran 8 Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Infoware

54
Tingkat Kecanggihan
Mampu Mampu Mampu kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
Komponen Infoware menyediakan menyediaka melakuka menyediaka menyediaka menyediaka menyediaka
yang berhubungan dan n dan n seleksi n dan n dan n dan n dan
dengan technoware mengolah mengolah dan mengolah mengolah mengolah mengolah
informasi informasi mengolah informasi informasi informasi informasi
umum teknis informasi untuk untuk untuk untuk
teknis efektifias peningkatan perbaikan/ inovasi
dan efiensi pengetahua modifikasi
n
No Level Perusaahaan 1 2 3 2 3 4 3 4 5 4 5 6 5 6 7 6 7 8 7 8 9

Informasi terkait peralatan proses


1
operasi (SOP, Panduan)
Informasi terkait peralatan perkantoran
2
(jumlah equipment, SOP, Panduan)
Informasi terkait Aplikasi ICT (Modul,
3
SOP, Panduan
Informasi terkait pemeliharaan
4
technoware
Informasi terkait infrastruktur fisik
5 (kantor, terminal barang, kantor cabang,
jaringan)
55

Tingkat Kecanggihan
Mampu Mampu Mampu kemampuan kemampuan kemampuan kemampuan
menyediakan menyediakan melakukan menyediakan menyediakan menyediakan menyediakan
Komponen Infoware dan dan seleksi dan dan dan dan
yang berhubungan mengolah mengolah dan mengolah mengolah mengolah mengolah
dengan Humanware dan Orgaware informasi informasi mengolah informasi informasi informasi informasi
umum teknis informasi untuk untuk untuk untuk
teknis efektifias peningkatan perbaikan/ inovasi
dan efiensi pengetahuan modifikasi
No Level Perusaahaan 1 2 3 2 3 4 3 4 5 4 5 6 5 6 7 6 7 8 7 8 9

1 Ketersediaan informasi mengenai


data SDM (Jumlah SDM,
pendidikan SDM, pelatihan SDM,
dll)

2 Ketersediaan informasi kegiatan


operasional bagi SDM (SOP,
aturan)

3 Informasi mengenai organisasi


(website resmi, media online
lainnya)

4 Informasi produk dan Jasa

5 Informasi kemitraan organsasi

55
56

56
57

Lampiran 9 Kriteria penilaian tingkat kecanggihan Orgaware


Tingkat Kecanggihan
Organisasi kecil, Organisasi Organisasi Organisasi mulai Organisasi mulai Organisasi Organisasi mulai
belum mengenai mulai menjalin mulai memiliki memiliki jaringan memiliki jaringan mulai memiliki memiliki
kerjasama, belum kerjasama dan jaringan kerjasama yang terus kerjasama yang jaringan jaringan
memiliki sitem mulai kerjasama dan berkembang, mulai terus kerjasama yang kerjasama yang
manajemen yang memiliki mulai mempunyaii sistem berkembang, terus terus
Komponen
baku sistem mempunya manajemen yang baku, mampu bersaing, berkembang, berkembang,
Orgaware manajemen sistem diakui pihakketiga, mampu untuk mampu mampu
yang manajemen mampu peningkatan pasar bersaing, bersaing,
sederhana yang baku mengidentifikasi pasar dan kualitas mampu untuk mampu menjadi
yang potensial perluasan pasar leader pada jasa
baru layanan
transportasi
logistik
Level
No 1 2 3 2 3 4 3 4 5 4 5 6 5 6 7 6 7 8 7 8 9
Perusahaan
1 PT. KALOG

Lampiran 10 Batas kecanggihan komponen teknologi PT. Kereta Api Logistik

Komponen Tingkat kecanggihan


Keterangan
Teknologi Lower Limit (LL) Upper Limit (UL)
Technoware
Humanware
Infoware

57
58

58
Orgaware
Lampiran 11 Kriteria tingkat kemutakhiran Technoware (proses)
SKOR
Kriteria Acuan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak tercatat (0), Manual/form tertulis (3), komputer (5),
Proses shipping contract
Sistem online (7) Terintegrasi (10)
Proses operasional bongkar Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis (7) Teknologi
barang / Stripping barcode , Teknologi RFID (10)
Proses operasional muat barang Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis (7) Teknologi
/Stuffing) barcode , Teknologi RFID (10)
Proses Pemuatan dan Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis (7) Teknologi
pembongkaran Kontainer ke barcode , Teknologi RFID (10)
kereta api (lift on lift off)
Manual (0), Alat mekanik (5) Otomatis (7) Teknologi
Proses Delivery
barcode , Teknologi RFID (10)
Tidak tercatat (0), Manual/form tertulis (3), komputer (5),
Proses Invoicing
Sistem online (7) Terintegrasi (10)
59

Lampiran 12 kriteria penilaian tingkat kemutakhiran Technoware (fasilitas)


SKOR
Kriteria Acuan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak tersedia fasilitas kantor, bongkar muat,
Fasilitas Infrastruktur (terminal parkir (0), fasilitas kantor, bongkar muat, parkir
barang) cukup tersedia (5), fasilitas kantor, bongkar muat,
parkir sangat memadai (10)
Tidak tersedia fasilitas outlet/cabang (0),
Fasilitas outlet/cabang Tersedia di pulau Jawa, Sumatera (5), tersedia
diseluruh nusantara (10)
Tidak tersedia perlengkapan kantor (0), tersedia
peralatan kantor (5) Perlengkapan kantor
Perlengkapan kantor
dilengkapi aplikasi ICT (7) Perlengkapan kantor
terintegrasi (10)
Manual (0); Mekanik (5); Otomatis (7);
Peralatan bongkar muat
Terintegrasi (10)
tidak tersedia (0-3), tersedia kurang lengkap (4-7),
Peralatan penunjang yang digunakan
Tersedia lengkap (8-10),
Fasilitas Infrastruktur (terminal Tidak tesedia (0-3), Tersedia sebagian (4-7),
barang) tersedia lengkap (8-10)

59
60

60
Lampiran 13 Kriteria penilaian tingkat kemutakhiran Humanware
SKOR
Kriteria Rentang penilaian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kemampuan memenuhi capaian


% = 0, ≤ 60% = 5, 100% = 1
kinerja operasi

Kreatifitas dan inovasi dalam proses sangat rendah (0), cukup baik
operasi (5), sangat tinggi (10)

sangat rendah (0), cukup baik


Kemampuan bekerjasama
(5), sangat tinggi (10)

Kemampuan memelihara fasilitas sangat rendah (0), cukup baik


transformasi (5), sangat tinggi (10)
61

Lampiran 14 Kriteria penilaian tingkat kemuthakiran Infoware


SKOR
Kriteria Rentang penilaian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jaringan informasi di dalam
Offline (0), Online (10)
perusahaan
Jaringan informasi terminal barang Offline (0), Online (10)
Sistem informasi perusahaan untuk Tidak ada sistem informasi (0) mempunyai sistem
mendukung proses operasi informasi (5) sistem informasi yang terintegrasi (10)
Tidak ada media informasi (0) brosur, flyer, surat kabar (5)
Informasi perusahaan (publik)
website dan online (10)
Tidak ada informasi (0), informasi tidak
Keluasan informasi publik
menyeluruh/parsial (5), Informasi menyeluruh (10)
Tidak ada media komunikasi (0), tersedia intranet (5),
Komunikasi Internal
komunikasi berbasis teknologi web 3.0 (10)
Tidak ada media komunikasi (0), media komunikasi offline
Komunikasi eksternal
(5), online (10)
Updating Informasi Tidak pernah ada informasi (0), Selalu update (10)

Penyimpanan dan pengambilan Tidak terdokumentasi (0), manual (5), terkomputerisasi


informasi kembali (10)

61
62

Lampiran 15 Kriteria penilaian tingkat kemutakhiran Orgaware

62
SKOR
Kriteria Rentang Penilaian
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kemampuan organisasi dalam


Rugi (0) ROI dibawah RKAP (5), ROI diatas RKAP (10)
pencapaian Profit

Pencapaian volume penjualan Tidak ada penjualan (0),≤ RKAP (5), ≥ RKAP (10),
Kemampuan organisasi dalam Tidak mempunyai kebijakan (0) kebijakan terdokumentasi, orientasi
meyusun kebijakan untuk jangka pendek (5), kebijakan terdokumentasi, orientasi masa depan (10)
memperkuat organisasi
Otonomi dalam pengaturan dan tidak ada aturan (0), dikendalikan organisasi (5) deregulasi (10)
pengawasan organisasi
Business development/ Tidak mempunyai program (0), Mempunyai program jangka pendek
Pengembangan bisnis (5), Mempunyai program jangka panjang (10)
tidak mempunyai (0), ada dalam struktur organisasi (5), dilengkapi
Unit Pengembangan usaha
SDM R&D dan anggaran R&D (10)
Tidak mempunyai program kemitraan dan SDM yang bertanggung
Kebijakan membangun jawab di bidang kemitraan (0), Memiliki program kemitraan, SDM
kemitraan strategis umum (5), Mempunyai program kemitraan yang berkelanjutan, SDM
khusus)
Kebijakan memberikan fasilitas
Tidak mempunyai perencanaan (0), Mempunyai perencanaan (5),
sarana dan prasarana yang
Perencanaan berkelanjutan (10)
memadai
63

Lampiran 16 Kuesioner pengukuran intensitas kontribusi komponen teknologi

Kuesioner AHP (Kriteria terhadap tujuan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Urgensi kebutuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kehandalan
Urgensi kebutuhan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kegunaan
Kehandalan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kegunaan
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

63
64

Kuesioner AHP (Kriteria Urgensi kebutuhan terhadap tujuan, Sub Kriteria terhadap kriteria urgensi kebutuhan)

64
Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Urgensi kebutuhan
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nilai tambah
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan pangsa pasar
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perluasan pangsa pasar
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Perluasan pangsa pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Perluasan pangsa pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Fokus pelanggan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2
3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN
65

Kuesioner AHP (Kriteria Urgensi kebutuhan terhadap tujuan, Sub Kriteria PS terhadap kriteria urgensi kebutuhan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Urgensi kebutuhan Sub Kriteria : Pengembangan Sumberdaya

DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA


A B
YANG BERNILAI PENTING

Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)


Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING

65
66

66
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

Kuesioner AHP (Kriteria Urgensi kebutuhan terhadap tujuan, Sub Kriteria NT terhadap kriteria urgensi kebutuhan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Urgensi kebutuhan Sub Kriteria : Nilai Tambah

DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA


A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
67

2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN


Kuesioner AHP (Kriteria Urgensi kebutuhan terhadap tujuan, Sub Kriteria PP terhadap kriteria urgensi kebutuhan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Urgensi kebutuhan Sub Kriteria : Perluasan pangsa pasar

DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA


A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

67
68

68
Kuesioner AHP (Kriteria Urgensi kebutuhan terhadap tujuan, Sub Kriteria FP terhadap kriteria urgensi kebutuhan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Urgensi kebutuhan Sub Kriteria : Fokus Pelanggan

DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA


A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN
69

Kuesioner AHP (Kriteria Kehandalan terhadap tujuan, Sub Kriteria terhadap kriteria Kehandalan)
Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kehandalan
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA YANG
A B
BERNILAI PENTING
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nilai tambah
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan pangsa pasar
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perluasan pangsa pasar
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Perluasan pangsa pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Perluasan pangsa pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Fokus pelanggan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING

69
70

2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

70
Kuesioner AHP (Kriteria Kehandalan terhadap tujuan, Sub Kriteria PS terhadap kriteria Kehandalan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kehandalan
Sub Kriteria : Pengembangan Sumberdaya
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN
71

Kuesioner AHP (Kriteria Kehandalan terhadap tujuan, Sub Kriteria NT terhadap kriteria Kehandalan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kehandalan
Sub Kriteria : Nilai Tambah
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING

71
72

72
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

Kuesioner AHP (Kriteria Kehandalan terhadap tujuan, Sub Kriteria PP terhadap kriteria Kehandalan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kehandalan
Sub Kriteria : Perluasan pangsa pasar
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
73

9 MUTLAK LEBIH PENTING


2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

Kuesioner AHP (Kriteria Kehandalan terhadap tujuan, Sub Kriteria FP terhadap kriteria Kehandalan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kehandalan
Sub Kriteria : Fokus Pelanggan
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING

73
74

74
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

Kuesioner AHP (Kriteria Kehandalan terhadap tujuan, Sub Kriteria PIP terhadap kriteria Kehandalan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kehandalan
Sub Kriteria : Peciptaan inovasi proses
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
75

7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING


9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

75
76

Kuesioner AHP (Kriteria Kegunaan terhadap tujuan, Sub Kriteria terhadap kriteria Kegunaan

76
Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kegunaan
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA YANG
A B
BERNILAI PENTING
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nilai tambah
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peningkatan pangsa pasar
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Pengembangan sumber daya 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Perluasan pangsa pasar
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Nilai tambah 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Perluasan pangsa pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Fokus pelanggan
Perluasan pangsa pasar 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
Fokus pelanggan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Peciptaan inovasi proses
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN
77

Kuesioner AHP (Kriteria Kegunaan terhadap tujuan, Sub Kriteria PS terhadap kriteria Kegunaan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kegunaan
Sub Kriteria : Pengembangan Sumberdaya
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

77
78

Kuesioner AHP (Kriteria Kegunaan terhadap tujuan, Sub Kriteria NT terhadap kriteria Kegunaan)

78
Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kegunaan
Sub Kriteria : Nilai Tambah
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN
79

Kuesioner AHP (Kriteria Kegunaan terhadap tujuan, Sub Kriteria PP terhadap kriteria Kegunaan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kegunaan
Sub Kriteria : Perluasan pangsa pasar
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTINGpo
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

79
80

Kuesioner AHP (Kriteria Kegunaan terhadap tujuan, Sub Kriteria FP terhadap kriteria Kegunaan)

80
Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kegunaan
Sub Kriteria : Fokus Pelanggan
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN
81

Kuesioner AHP (Kriteria Kegunaan terhadap tujuan, Sub Kriteria PIP terhadap kriteria Kegunaan)

Tujuan : Penentuan Prioritas Pengembangan Komponen Teknologi di PT. Kereta Api Logistik
Kriteria : Kegunaan
Sub Kriteria : Peciptaan inovasi proses
DILINGKARI ATAU DISILANG PADA KRITERIA
A B
YANG BERNILAI PENTING
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Humanware (Kemampuan SDM)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Technoware (Fasilitas Alat) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Infoware (Penguasaan Informasi)
Humanware (Kemampuan SDM) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
Infoware (Penguasaan Informasi) 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Orgaware (Kemampuan Organisasi)
NILAI KETERANGAN
1 KRITERIA SAMA PENTING
3 SEDIKIT LEBIH PENTING
5 JELAS LEBIH PENTING
7 SANGAT JELAS LEBIH PENTING
9 MUTLAK LEBIH PENTING
2,4,5,6 APABILA RAGU-RAGU DENGAN NILAI YANG BERDEKATAN

81
82

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Depok Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat


pada tanggal 23 April 1977 dari pasangan Bapak H. A. Soparman dan Ibu Hj.
Suprapti. Merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Penulis menyelesaikan
sekolah dasar di SD Negeri Cisalak Pasar I pada tahun 1989, Lulus SMPN 106
Percontohan pada tahun 1992, kemudian melanjutkan pendidikan SLTA di SMA
58 Jakarta, lulus pada tahun 1995. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan studi ke
Perguruan Tinggi di STIE Kusuma Negara Jakarta, Program Studi Ilmu Ekonomi
dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2015 Penulis melanjutkan pendidikan
Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Manajemen IPB melalui Program
Beasiswa SDM Iptek-Kemenrisitekdikti. Penulis merupakan pegawai Pusat
Strategi Teknologi dan Audit Teknologi BPPT sejak tahun 2005 hingga sekarang.
Penulis telah menikah dengan Taufik Hudaya Siregar sejak tahun 2011 dan telah
dikaruniai seorang putri bernama Ezzedinna Adzra Siregar.

You might also like