Professional Documents
Culture Documents
7 (1) : 25 – 30
Abstract
Purple Maman (Cleome rutidosperma) is a type of weed which lives in various places, especially in
agricultural land and plantation. For example, they are frequently found in palm plantation. Cogon grass
(Imperata cylindrical L.) is long grass plants spreading all over the word and perceived as weed for
agricultural land as it contains allelochemical compounds. This research aims at identifying the effect of
extract of rhizome methanol extract of cogon grass in inhibiting the growth of purple cleome. In addition, it
is keen on examining the ideal concentration of rhizome methanol extract of cogon grass. The research was
conducted for three months since May to July 2017. The research was carried out in the Laboratory and grass
house of the biology department, faculty of mathematics and natural sciences. Futher, the sample was
grinded in agronomic department, faculty of Agriculture. Finally, the macerate evaporation was conducted in
the agricultural product Process lab, State Polytechnic of Pontianak. It used a completely randomized design
(RAL) with four concentration treatments, covering control 0; 0.2; 0.3 and 0.4 g/ml. Each concentration was
repeated three times until it collected 12 experiment units. Results show that rhizome methanol extract of
cogon grass indeed inhibited the growth of the purple cleome, especially on the on 0.3 g/ml and 0.2 g/ml
germination concentration.
Kata Kunci : Imperata cylindrica, Cleome rutidosperma, Allelochemical, Methanol Extract, Rhizom
25
Protobiont (2018) Vol. 7 (1) : 25 – 30
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Rerata berat basah dan berat kering Gulma
Maman Ungu dengan Pemberian Ekstrak
Hasil Metanol rhizom Alang-alang
Konsentrasi Berat Basah Berat kering
Perkecambahan Ekstrak (g) (g)
Berdasarkan hasil analisis variansi, perlakuan (g/ml)
ekstrak metanol rhizom alang-alang (I. cylindrca) 0 2,45±1,11a 0,36±0,13a
berpengaruh nyata terhadap persentase 0,2 0,57±0,40b 0,05±0,02b
perkecambahan biji gulma maman ungu (C. 0,3 0,27±0,27b 0,03±0,04b
b
0,4 0,11±0,10 0,10±0,15b
rutidosperma) (F3,11 = 37,143, p = 0,000; Anova) Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf
dan panjang kecambah gulma maman ungu (F3,11 yang tidak sama menunjukkan pengaruh
= 69,437, p = 0,000; Anova). Hasil uji lanjut berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 5%.
Duncan persentase perkecambahan dan rerata
panjang kecambah, konsentrasi 0,2 g/ml, 0,3 g/ml Pembahasan
dan 0,4 g/ml menunjukkan hasil berbeda dengan
kontrol. Perlakuan konsentrasi 0,3 g/ml tidak Pengaruh ekstrak metanol rhizom alang-alang
berbeda dengan 0,2 g/ml dan 0,4 g/ml (Tabel 1). terhadap perkecambahan dan panjang kecambah
gulma maman ungu
Tabel 1. Rerata Panjang Kecambah dan Persentase Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
Perkecambahan Gulma Maman Ungu dengan pemberian ekstrak metanol rhizom alang-alang
Pemberian Ekstrak Metanol rhizom Alang- memberikan pengaruh penghambatan terhadap
alang persentase perkecambahan dan panjang kecambah
Konsentrasi Persentase Panjang gulma maman ungu. Konsentrasi terendah 0,2
No Ekstrak Kecambah (%) Kecambah g/ml ekstrak metanol rhizom alang-alang sudah
(g/ml) (cm)
dapat menghambat persentase perkecambahan
1 0 100±0,00a 5,49±0,40a dengan menurunnya persentase menjadi 60%,
2 0,2 60±b 2,69±0,29b
3 0,3 46,66±5,77 b c 1,94±0,29c sedangkan konsentrasi 0,3 g/ml merupakan
4 0,4 40±10,00c 1,61±0,45c konsentrasi terbaik yang memberikan pengaruh
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf pada persentase perkercambahan, karena
yang tidak sama menunjukkan pengaruh menghasilkan persentase perkecambahan dibawah
berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 5%.
50% yaitu 46,66% (Tabel 1). Riskitavani &
Purwani (2013) menyatakan bahwa senyawa
Pertumbuhan alelokimia yang terdapat dalam ekstrak dengan
Hasil analisis uji Anova menunjukkan bahwa persentase perkecambahan di bawah 50% bekerja
perlakuan ekstrak metanol rhizom alang-alang lebih optimal dalam menghambat perkecambahan
yang diberikan berpengaruh nyata terhadap tinggi gulma.
gulma maman ungu (F3,11 = 7,372, p = 0,011;
Anova) dan panjang akar (F3,11 = 3,261, p = Penghambatan perkecambahan biji gulma maman
0,080; Anova) (Tabel 2). Berat basah (F3,11 = ungu disebabkan adanya senyawa alelokimia
9,443, p = 0,005; Anova), dan berat kering (F3,11 dalam ekstrak metanol rhizom alang-alang yang
= 6,254, p = 0,017; Anova) (Tabel 3). diduga dapat menghambat tekanan osmotik dan
sintesis hormon pemacu perkecambahan gulma
Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman dan Panjang Akar maman ungu. Proses perkecambahan biji
Gulma Maman Ungu dengan Pemberian memerlukan air untuk melunakkan kulit biji
Ekstrak Metanol rhizom Alang-alang sehingga memudahkan biji untuk cepat pecah dan
Konsentrasi Tinggi Panjang
Ekstrak Gulma Akar berkecambah, dengan pemberian ekstrak metanol
(g/ml) (cm) (cm) rhizom alang-alang terhadap biji gulma maman
0 19,83±3,68a 7,16±1,75a ungu yang menggantikan air menyebabkan proses
0,2 10,43±1,69b 5,16±0,76ab perkecambahan menjadi terhambat. Trenggono
0,3 5,53±5,31b 3,00±2,78b
(1990), menyatakan bahwa gangguan tekanan
0,4 5,33±5,50b 2,33±2,51b
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf osmotik menyebabkan terhambatnya proses
yang tidak sama menunjukkan pengaruh penyerapan air oleh biji pada proses
berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf 5%. perkecambahan. Rice (1984) menyatakan bahwa
senyawa alelokimia dapat menganggu proses
perkecambahan dengan sintesis hormon asam
giberelin (GA) dalam menginduksi enzim α
amilase. Air dan enzim α amilase berperan dalam
27
Protobiont (2018) Vol. 7 (1) : 25 – 30
hidrolisis pati menjadi glukosa pada endosperm di dan 0,4 g/ml dalam menghambat tinggi tanaman,
dalam biji sebagai cadangan makanan bagi berat basah, dan berat kering tanaman gulma
embrio. maman ungu. Konsentrasi ekstrak 0,2 g/ml
merupakan konsentrasi terendah yang sudah dapat
Penelitian Nella (2012) menggunakan ekstrak menghambat menghambat pertumbuhan tanaman
yang sama memberikan pengaruh penghambatan gulma maman ungu. Kondisi ini menunjukkan
perkecambahan biji gulma putri malu bahwa senyawa alelokimia pada konsentrasi 0,2
(Mimosa pudica) pada konsentrasi lebih rendah g/ml sudah mampu menghambat proses fisiologi
dibandingkan penelitian ini, yaitu konsentrasi 0,10 pada gulma maman ungu.
g/ml, sedangkan pada penelitian ini penghambatan
perkecambahan biji gulma maman ungu pada
Ekstrak metanol rhizom alang-alang mengandung
konsentrasi 0,2 g/ml. Penghambatan
senyawa alelokimia yang dapat menghambat
perkecambahan gulma maman ungu konsentrasi
pertumbuhan tinggi gulma maman ungu. Menurut
yang lebih tinggi didugaterdapat perbedaan kulit
Rice (1984) senyawa alelokimia berupa fenol dan
struktur biji dan lapisan pelindung endosperm
flavonoid akan mengaktifkan enzim Indol Acetic
serta embrio, sehingga terjadi perbedaan
Acid (IAA) oksidase untuk menghambat hormon
penyerapan air yang mengandung alelokimia
auksin dalam merangsang pemanjangan sel.
kedalam biji. Hal ini dipengaruhi oleh struktur
Kefeli & Kadyrov (1971) dan Sharma, et al.
anatomi biji seperti adanya lapisan pelindung
(1986) menyatakan bahwa senyawa fenol dapat
yang mempengaruhi aktivitas senyawa alelokimia
menghambat pertumbuhan tanaman. Gangguan
dalam menghambat perkecambahan biji (Pebriani
terhadap aktivitas pemanjangan sel
et al. 2013). Salisbury & Ross (1992) menegaskan
mengakibatkan pertumbuhan tinggi gulma maman
bahwa kulit biji merupakan salah satu faktor yang
ungu menjadi terhambat dan mempengaruhi
mempengaruhi penyerapan air secara imbibisi
panjang akar, serta penurunan berat basah dan
oleh biji selama proses perkecambahan.
berat kering.
Perkecambahan gulma maman ungu yang
terhambat disebabkan oleh senyawa alelokimia Pemberian konsentrasi 0,3 g/ml merupakan
yang terdapat didalam ekstrak metanol rhizom konsentrasi rendah yang menghambat
alang-alang. Menurut Inderjit & Dakshini (1999) pertumbuhan panjang akar, tidak berbeda nyata
rhizom alang-alang mengandung senyawa fenol dengan konsentrasi tertingi 0,4 g/ml (Tabel 2).
yang mampu menghambat perkecambahan biji. Senyawa alelokimia seperti fenol dapat
Senyawa fenol juga dapat menyebabkan dormansi menyebabkan gangguan pada transportasi auksin
pada biji (Bewley & Black, 1982). dari pucuk keakar dan gangguan sintesis sitokinin
di bagian akar. Sitokinin diketahui berfungsi
Senyawa alelokimia yang terdapat dalam ekstrak untuk pembelahan dan diferensiasiselakardan
metanol rhizom alang-alang juga dapat auksin merupakan senyawa yang memacu
menghambat pertumbuhan panjang kecambah perpanjangan akar (Gardner et al. 1991).
gulma maman ungu (Tabel 1). Senyawa
alelokimia menghambat aktivitas hormon yang Pemberian ekstrak metanol rhizom alang-alang
berperan dalam proses pembelahan dan selain berpengaruh pada tinggi gulma dan panjang
perpanjangan sel pada daerah meristem apikal akar gulma, juga memberikan pengaruh pada
pucuk dan akar. Sastroutomo (1990) menyatakan berat basah dan berat kering gulma maman ungu
bahwa senyawa alelokimia menghambat (Tabel 3). Pengaruh berat basah pada konsentrasi
pertumbuhan panjang kecambah dengan 0,2 g/ml, 0,3 g/ml dan 0,4 g/ml menunjukkan
menghambat aktivitas auksin dalam proses bahwa proses pertumbuhan gulma maman ungu
pembelahan dan perpanjangan sel. Menurut mengalami penghambatan. Hal ini terjadi karena
Wattimena (1988) senyawa fenol merusak terganggunya proses penyerapan air yang
benang-benang spindel pada saat proses mitosis, berkaitan dengan pertumbuhan panjang akar dan
akibatnya jumlah sel menjadi tidak bertambah. terhambatnya proses fotosintesis, yang
mengakibatkan daya serap air pada gulma
Pengaruh ekstrak metanol rhizom alang-alang berkurang, sehingga mempengaruhi berat basah
terhadap pertumbuhan gulma maman ungu gulma maman ungu. Sastroutomo (1990)
Berdasarkan hasil penelitian pemberian ekstrak menyatakan bahwa senyawa alelokimia dapat
rhizom alang-alang dengan konsentrasi 0,2 g/ml menyebabkan hambatan penyerapan air dan
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 0,3 g/ml penghambatan proses fotosintesis.
28
Protobiont (2018) Vol. 7 (1) : 25 – 30
Berat kering gulma maman ungu mengalami rutidosperma D.C.), Protobiont,vol. 6 no.2
penurunan dengan pemberian ekstrak metanol hal. 22 - 28
rhizom alang-alang, berat kering berkaitkan Gardner, FP, Pearce, RB & Mitchell, RL, 1991.
dengan tinggi gulma maman ungu. Tinggi gulma Fisiologi Tanaman Budidaya,Penerbit
berhubungan dengan jumlah nodus tempat Universitas Indonesia, Jakarta
tumbuhnya daun gulma maman ungu. (Tabel 3). Inderjit & Dakshini, KKM. 1999, Bioassays for
Gardner et al. (1991) menyatakan berkurangnya allelopathy: interactions of soil organic and
jumlah daun juga akan mengurangi terjadinya inorganic constituents. In Inderjit, K.K.M.
fotosintesis sehingga hasil fotosintesis yang Dakshini, and C.L. Foy (eds). Principles and
diakumulasi tumbuhan ikut berkurang akibatnya Practices in Plant Ecology Allelochemical
terjadi penurunan berat kering tumbuhan. Interactions. Boca Raton. CRC Press
Senyawa alelokimia yang ada dalam ekstrak Kefeli, VL & Kadyrov, CS, 1971, Natural growth
metanol rhizom alang-alang diduga dapat inhibitors, their chemical and physiological
menurunkan berat kering dengan cara properties. Annual Review of Plant Physiology
menghambat struktur klorofil, penyerapan air dan vol. 22, hal. 185-196.
menghambat aktivitas enzim-enzim yang
Kristanto, BA, 2006, Perubahan Karakter Tanaman
diperlukan dalam proses fotosintesis. Kristanto Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati dan
(2006), senyawa alelokimia menyebabkan Persaingan Teki (Cyperus rotundus L.) Jurnal
menurunnya kemampuan fotosintesis dan Indonesia, vol.31, no. 3, hal. 189-194
menurunnya laju pembentukan bahan organik,
Nella, E, 2012, Pengaruh Ekstrak Rhizom Alang-alang
sehingga pertumbuhan tumbuhan menjadi
(Imperata cylindrical (L.) Beauv) Terhadap
terhambat dan terjadi penurunan berat kering. Pertumbuhan Gulma Putri Malu (Mimosa
pudica (L.) Skripsi, Universitas Tanjungpura,
Ekstrak metanol rhizom alang-alang pada Pontianak
penelitian ini efektif bekerja pada gulma
pascatumbuh diandingkan pratumbuh. Kondisi ini Nursal, WS & Juwita, WS, 2006, Bioaktifitas Ekstrak
dibuktikan dari perbedaan konsentrasi yang Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam
menghambat Koloni Bakteri Escheria coli dan
diperlukan untuk menghambat perkecambahan 0,3
Basillus subtilis, Biogenesis vol. 2, no. 2, hal
g/ml lebih tinggi dibandingkan konsentrasi untuk 64-66
menghambat pertumbuhan 0,2 g/ml. Menurut
Sjahril & Syam’un (2011) bahwa herbisida Olayele, MT, 2007, ‘Cytotoxicity and Antibacterial
berdasarkan aplikasinya terbagi menjadi herbisida Activity of Methanolic Ekstract of Hibiscus
sabdariffa’, Journal of Medicinal Plants
pratumbuh dan pascatumbuh. Herbisida
Research, vol. 1, no. 1, hal. 9-13
pratumbuh diberikan pada gulma yang sedang
tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam, Palapa, TM, 2009, ‘Senyawa Alelopati Teki (Cyperus
sedangkan pascatumbuh aplikasi herbisidanya rotundus) dan Alang-alang (Imperata
dilakukan pada gulma dan tanaman yang sudah cylindrica) sebagai Penghambat Tumbuhan
tumbuh. Berbeda dengan penelitian Gani et al. Bayam Duri (Amaranthus spinosus)’. Jurnal
Aggritek, vol. 17, no. 6, hal. 1155-1162
(2017) terhadap gulma uji yang sama yaitu gulma
maman ungu, bahwa ekstrak metanol daun Pebriani, 2013, ‘Potensi Ekstrak Daun Sembung
Terminalia catappa efektif bekerja pada gulma Rambat (Mikania micrantha H.B.K) Sebagai
pratumbuh konsentrasi 0,1 g/ml, sedangkan pada Bioherbisida Terhadap Gulma Maman Ungu
pascatumbuh tidak ada konsentrasi yang dapat (Cleome rutidosperma D.C) dan Rumput
Bahia (Paspalum conjugatum Flugge),
digunakan untuk mengendalikan gulma maman
Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu
ungu. Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura
Pontianak
DAFTAR PUSTAKA
Pranasari, 2012, Pengendalian Gulma dengan
Pengaturan Jarak Tanam dan Cara Penyiangan
Bewley, JD & Black. M, 1982, Physiology and pada Pertanaman Kedelai, Prosiding
Biochemistry of Seends in Relations to Konferensi Himpunan Ilmu Gulma Indonesia,
Germination. Spinger Verlag. New York Ujung Pandang, hal. 247
Gani, AA, Mukarlina, & Wardoyo, ERP, Profil GC- Rice, EL, 1984, Allelopathy, Second Edition,
MS dan Potensi Bioherbisida Ekstrak metanol Academic Press Inc., London.
daun ketapang (Terminalia catappa L.)
terhadap gulma maman ungu (Cleome
29
Protobiont (2018) Vol. 7 (1) : 25 – 30
30