Professional Documents
Culture Documents
Abstract. The purpose of this paper is to know the implementation of regional financial accounting system, the
implementation of accountability of regional financial statements, and the influence of regional financial
accounting system to accountability of local financial statements. The research used descriptive method with
quantitative approach. Data analysis techniques used simple regression correlation, coefficient of determination
analysis and t-student test. The result of the research shows that the correlation coefficient is 0.738, which means
there is positive direction and strong influence level between the regional financial accounting system to the
accountability of the regional financial report. The coefficient of determination (Kd) is 0.5446 or 54.46%, it can
be interpreted that the local financial accounting system affects the accountability of local financial statements of
54.46%, and the rest of 45.54% influenced by other factors . Significant test obtained is t count equal to 8,885,
with dk = 66 at 5% obtained t table equal to 1,998, because> (8,885> 1,998), meaning Ho rejected and Ha
accepted, so there is influence between financial accounting system of area to accountability report Regional
finance.
Keywords: financial accounting system; financial statements.
Abstrak. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah,
pelaksanaan akuntabilitas laporan keuangan daerah, dan pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap
akuntabilitas laporan keuangan daerah. Penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan korelasi regresi sederhana, analisis koefisien determinasi dan uji
t-student. Hasil penelitian menggambarkan bahwa koefisien korelasi adalah sebesar 0,738, yang berarti terdapat
arah positif dan tingkat pengaruh yang kuat antara sistem akuntansi keuangan daerah terhadap akuntabilitas
laporan keuangan daerah. Koefisien determinasi (Kd) adalah sebesar 0,5446 atau 54,46%, hal ini dapat diartikan
bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah sebesar
54,46%, dan sisanya sebesar 45,54% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Uji signifikasi yang didapat adalah t
hitung sebesar 8,885, dengan dk=66 pada 5% diperoleh t tabel sebesar 1,998 , karena t hitung > ttabel (8,885>
1,998), berarti Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat pengaruh antara sistem akuntansi keuangan daerah
terhadap akuntabilitas laporan keuangan daerah.
Kata Kunci: sistem akuntansi keuangan; akuntabilitas laporan keuangan
PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah ini juga merupakan
Pasal 18A ayat (2) UUD RI Tahun
pelaksanaan Pasal 184 ayat (1) dan (3) UU
1945 mengamanatkan agar hubungan
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
keuangan, pelayanan umum, serta
Daerah, yang menyatakan bahwa laporan
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
keuangan pemerintah daerah disusun dan
daya lainnya antara Pemerintah Pusat dan
disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah Daerah diatur dan dilaksanakan
Pemerintahan yang ditetapkan dengan
secara adil dan selaras berdasarkan Undang-
Peraturan Pemerintah.
Undang.
Standar Akuntansi Pemerintahan
Penerbitan UU No.33 tahun 2004
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
tentang Perimbangan Keuangan antara
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
laporan keuangan pemerintah. Sedangkan
dimaksudkan untuk mendukung pendanaan
Sistem Akuntansi Pemerintahan adalah
atas penyerahan urusan kepada Pemerintah
rangkaian sistematik dari prosedur,
Daerah yang diatur dalam Undang-Undang
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain
tentang Pemerintahan Daerah. Dana
untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak
Perimbangan merupakan pendanaan Daerah
analisis transaksi sampai dengan pelaporan
yang bersumber dari APBN yang terdiri atas
keuangan di lingkungan organisasi
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
pemerintah.
Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
Penyusunan Standar Akuntansi
(DAK). Ketiga komponen Dana
Pemerintahan Berbasis Akrual dilakukan
Perimbangan ini merupakan sistem transfer
oleh KSAP melalui proses baku penyusunan
dana dari Pemerintah serta merupakan satu
(due process). Proses baku penyusunan SAP
kesatuan yang utuh.
tersebut merupakan pertanggungjawaban
Dalam rangka meminimalisir
profesional KSAP. Penyusunan PSAP
penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
dilandasi oleh Kerangka Konseptual
negara diperlukan suatu standar akuntansi
Akuntansi Pemerintahan, yang merupakan
pemerintahan yang diatur oleh PP No. 24
konsep dasar penyusunan dan
Tahun 2005 tentang standar akuntansi
pengembangan Standar Akuntansi
pemerintahan. Penerapan PP No. 24 Tahun
Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi
2005 masih bersifat sementara sebagaimana
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan,
diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) UU
penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan
No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
pengguna laporan keuangan dalam mencari
Negara yang menyatakan bahwa selama
pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
belanja berbasis akrual belum dilaksanakan,
Pemerintahan.
digunakan pengakuan dan pengukuran
Lingkup pengaturan Peraturan
berbasis kas dilaksanakan paling lambat 5
Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis
(lima) tahun. Oleh karena itu, PP No. 24
Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju
Tahun 2005 telah dirubah dengan PP No.71
Akrual. Selain mengubah basis SAP dari kas
tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
menuju akrual, Peraturan Pemerintah ini
Pemerintahan sebagai pelaksanaan UU No.
mendelegasikan perubahan terhadap PSAP
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam pasal 32 ayat (2) yang menyatakan
Permendagri No. 13 Tahun 2006
bahwa standar akuntansi pemerintahan di
sebagaimana yang telah diubah dengan
susun oleh suatu komite standar yang
Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
independen dan ditetapkan dengan Peraturan
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Pemerintah setelah terlebih dahulu
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
mendapat pertimbangan dari Badan
keseluruhan kegiatan yang meliputi
Pemeriksa Keuangan.
serupa ini dilakukan untuk ekuitas dana dan cukup informasi. Hal ini sesuai dengan PP
pendapatan. No. 24 Tahun 2005 pada lampiran II
paragraf 50, mengatakan: ”Laporan
Triple Entry keuangan menyajikan secara lengkap
Sistem pencatatan triple entry adalah informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.
pelaksanaan pencatatan dengan Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna
menggunakan sistem pencatatan double laporan keuangan dapat ditempatkan pada
entry, ditambah dengan pencatatan pada lembar muka laporan keuangan atau catatan
buku anggaran. Jadi, sementara sistem atas laporan keuangan”; c) Ketaatan
pencatatan double entry dijalankan, satuan terhadap Peraturan Perundang-
pemegang kas pada satuan kerja maupun undangan: Akuntansi dan pelaporan
pada bagian keuangan atau badan/biro keuangan pemerintah harus menunjuk kan
pengelola kekayaan daerah juga mencatat ketaatan terhadap peraturan perundang-
transaksi tersebut pada buku anggaran, undangan, antara lain UUD RI, UU
sehingga pencatatan tersebut akan berefek Perbendaharaan Indonesia, UU APBN,
pada sisa anggaran. Peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pemerintah
Akuntabilitas daerah,Peraturan perundang-undangan yang
Menurut Tim Studi Akuntabilitas mengatur tentang perimbangan keuangan
Kinerja Instansi Pemerintah-BPKP, seperti pusat dan daerah, Ketentuan perundang-
yang dikutip oleh Ihyaul Ulum MD adalah: undangan yang mengatur tentang
”Akuntabilitas adalah perwujudan pelaksanaan APBN/APBD, Peraturan
kewajiban untuk mempertanggung perundang-undangan lainnya yang mengatur
jawabkan keberhasilan atau kegagalan atas tentang keuangan pusat dan daerah.
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah Akuntabilitas Kinerja
ditetapkan melalui suatu media PP 105 tahun 2000 dan PP 108 tahun
pertanggungjawaban secara 2000 telah menyatakan mengenai
periodik”.(2004:40) penyusunan APBD berdasarkan kinerja dan
Menurut Ihyaul Ulum (2004:41) pertanggungjawaban APBD untuk penilaian
mengemukakan dua jenis akuntabilitas kinerja berdasarkan tolak ukur renstra.
yaitu: Demikian pula Inpres No. 7 tahun 1999
tentang akuntabilitas kinerja instansi
Akuntabilitas Keuangan pemerintah, yang mencerminkan adanya
Akuntabilitas keuangan merupakan kemauan politik pemerintah untuk segera
pertanggungjawaban mengenai: a) memperbaiki infra struktur sehingga dapat
Integritas Keuangan : Integritas keuangan diciptakan pemerintah yang baik.
mencermin kan kejujuran penyajian.
Kejujuran penyajian adalah bahwa harus ada
METODOLOGI PENELITIAN
hubungan atau kecocokan antara angka dan
deskripsi akuntansi dan sumber-sumbernya. Penulis menggunakan metode
Integritas keuangan pun harus dapat pendekatan deskriptif serta penulis
menyajikan informasi secara terbuka memperoleh data dengan menggunakan
mengenai laporan keuangan daerah; b) kuesioner tertutup yang telah diberi skor,
Pengungkapan : Konsep full disclosure dimana data tersebut nantinya akan dihitung
(pengungkapan lengkap) mewajibkan agar secara statistik.
laporan keuangan didesain dan disajikan
sebagai kumpulan potret dari kejadian Populasi dan Sampel
ekonomi yang mempengaruhi instansi Populasi yang diambil adalah pegawai
pemerintah untuk suatu periode dan berisi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Jika thitung > ttabel, berarti H1 diterima, H0 karena ke tiga sub variabel yang membentuk
ditolak akuntabilitas laporan keuangan daerah yaitu
(1) integritas keuangan,(2) pengungkapan
HASIL DAN PEMBAHASAN memperoleh kategori sangat baik dan (3)
ketaatan memperoleh kategori baik.
Hasil Penelitian
Analisis Pengaruh Sistem Akuntansi
Pelaksanaan Sistem Akuntansi Keuangan
Keuangan Daerah Terhadap
Daerah Pada DPPK Pemerintah
Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah
Kabupaten Bandung
Hasil scoring menunjukkan bahwa
Pengujian hipotesis ini adalah sebagai
secara total pelaksanaan sistem akuntansi
berikut:
keuangan daerah pada DPPK Kabupaten
1. Uji Korelasi Korelasi
Bandung berada dalam skor 5288 termasuk
Koefisien korelasi diperoleh hasil sebesar
kedalam kategori baik, ini berada pada
0,738 yang berarti terdapat arah positif dan
rentang kriteria klasifikasi antara 4392,80 –
tingkat pengaruh yang kuat antara sistem
5426,39 atau dengan tingkat persentase
akuntansi keuangan daerah terhadap
sebesar 81,86%, karena ke dua sub variabel
akuntabilitas laporan keuangan daerah
yang membentuk sistem akuntansi keuangan
daerah yaitu (1) sistem akuntansi 2. Koefisien Determinan ( k d )
memperoleh kategori sangat baik dengan Dari Hasil koefisien determinasi
memperoleh skor 2575, skor ini berada pada menunjukkan bahwa pengaruh variabel
rentang kriteria klasifikasi antara 2570,40 – sistem akuntansi keuangan daerah terhadap
3060 atau dengan tingkat persentase sebesar variabel akuntabilitas laporan keuangan
84,15%, karena ke tiga sub variabel yang daerah sebesar 54,46 % dan sisanya sebesar
membentuk sistem akuntansi yaitu (a) 45,54 % dipengaruhi faktor lain seperti
pencatatan memperoleh kategori baik, (b) mentalitas pejabat berwenang, prosedur
penggolongan & pengikhitasaran,(c) yang ditetapkan oleh pihak manajerial,
pelaporan memperoleh kategori sangat baik tujuan awal dari sistem itu sendiri,
dan (2) sistem informasi memperoleh pertanggungjawaban kualitas laporan
kategori baik dengan memperoleh hasil keuangan, serta kebijakan lainnya yang
scoring secara total pelaksanaan sistem diambil pemerintah selain kebijakan sistem
informasi pada DPPK Kabupaten Bandung itu sendiri.
berada dalam skor 2713 termasuk kedalam 3. Uji Hipotesis
kategori baik, ini berada pada rentang Berdasarkan perhitungan di peroleh hasil
kriteria klasifikasi antara 2176 – 2720 atau thitung 8,885 > ttabel 1,998, maka Ho ditolak
dengan tingkat persentase sebesar 79,79%, atau Ha diterima., artinya bahwa terdapat
karena ke tiga sub variabel yang membentuk pengaruh antara sistem akuntansi keuangan
sistem informasi yaitu (1) software, (2) daerah terhadap akuntabilitas laporan
hardware dan (3) brainware memperoleh keuangan daerah, dengan demikian bahwa
kategori baik. hipotesis yang dikemukakan yaitu terdapat
pengaruh positif dan signifikan antara sistem
Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah akuntansi keuangan daerah terhadap
Hasil scoring menunjukkan bahwa akuntabilitas laporan keuangan daerah
secara total pelaksanaan akuntabilitas adalah terbukti.
laporan keuangan daerah pada DPPK
Kabupaten Bandung berada dalam skor Pembahasan
2333 termasuk kedalam kategori sangat Penerapan Sistem Akuntansi
baik, ini berada pada rentang kriteria Keuangan Daerah (SAKD) merupakan
klasifikasi antara 2284,80 – 2720 atau keharusan bagi pemerintah daerah, apalagi
dengan tingkat persentase sebesar 85,77%, setelah pemerintah pusat sudah
DAFTAR PUSTAKA
1. Untuk pelaksanaan Sistem Akuntansi
Bastian, I. (2007). Akuntansi sektor Publik.
Keuangan Daerah yang baik dan benar,
Jakarta: Salemba Empat.
perlu kiranya dipertahankan dalam
Halim, A. (2004). Akuntansi Sektor Publik:
pencatatan yang dilakukan oleh DPPK
Akuntansi Keuangan Daerah.
Pemerintah Kabupaten Bandung dengan
Jakarta: Salemba Empat.
menggunakan sistem pencatatan double
Hasanah, N. (2016). Akuntansi
entry dan menggunakan cash basis selama
Pemerintahan. Bogor: In Media.
tahun anggaran dan melakukan penyesuaian
Kadir, A. (2003). Pengenalan Sistem
pada akhir tahun anggaran berdasarkan
Akuntansi. Yogyakarta: Andi.
accrual basis untuk pengakuan asset,
Krismiaji. (2005). Sistem Informasi
kewajiban dan ekuitas pemerintah,
Akuntansi. Yogyakarta: Akademi
komponen-komponen penggolongan dan
Manajemen Perusahaan YPKN.
pengikhtisaran meliputi: adanya penjurnalan
Midjan, L. (2001). Sistem Informasi
dan posting ke buku besar sesuai dengan
Akuntansi 1. Bandung: Lingga Jaya.
nomor perkiraan yang telah ditetapkan dan
Mahmudi. (2005). Manajemen Sektor Publik
untuk sistem informasi perlu kiranya kinerja
(Revisi). Yogyakarta: UPP STIE
Sistem SIMDA ditingkatkan lagi sehingga
YKPN.
dapat meminimalisir ganguan sistem
Mardiasmo. (2004). Akuntansi Sektor
informasi sehingga proses pekerjaan akan
Publik. Yogyakarta: Andi.
lebih cepat, tepat dan baik, serta perlunya
Rasul, S. (2003). Pengintegrasian Sistem
tambahan unit komputer. Peneliti juga
Akuntabilitas Kinerja dan Anggaran
menyarankan agar pemahaman pegawai
dalam Perspektif UU NO. 17/2003
terhadap sistem akuntansi keuangan daerah
Tentang Keuangan Negara. Jakarta:
ditingkatkan, salah satunya dengan cara
PNRI.
adanya pengarahan dari kepala bagian
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Bisnis.
kepada pegawai pelaksana sistem akuntansi
Bandung: CV. Alfabeta.
keuangan daerah agar pelaksanaan sistem
Susanto, A. (2004). Sistem Akuntansi dan
akuntansi keuangan daerah pada DPPK
Konsep Pengembangan Berbasis
Pemerintah Kabupaten Bandung yang sudah
Komputer. Bandung: Lingga Jaya.
berjalan dengan baik dapat dipertahankan
Sutabri, T. (2004). Sistem Informasi
dan ditingkatkan; 2. Untuk pelaksanaan
Akuntansi. Yogyakarta: Andi.
Akuntabilitas Laporan Keuangan Daerah
Ulum, I. (2004). Sebuah Pengantar
pada DPPK Pemerintah Kabupaten
Akuntansi Sektor Publik. Malang:
Bandung, hendaknya keterbukaan laporan
UMM Press.
keuangan DPPK Pemerintahan Kabupaten
Keputusan Mendagri Nomor. 29 Tahun
Bandung ke masyarakat perlu ditingkatkan
2002 tentang Pengurusan Per
dengan menggunakan media elektronik
tanggungjawaban Keuangan Daerah
maupun media massa, kebenaran transaksi
Serta Tata Cara Pengawasan,
serta peristiwa lainnya sehingga laporan
Penyusunan dan Perhitungan APBD.
keuangan tersebut dapat disajikan secara
Keputusan Presiden RI No. 103 Tahun 2001
wajar. Adanya pengawasan yang lebih ketat
Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
lagi dalam pelaksanaan akuntabilitas laporan
Kewenangan, Susunan Organisasi,
keuangan daerah agar dalam pengungkapan
Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
laporan keuangan dapat membuat pemakai
Non Departemen.
laporan keuangan paham dan tidak salah
Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 59
tafsir terhadap laporan keuangan yang
Tahun 2007 tentang Pedoman
disajikan oleh Pemerintah Kabupaten
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Bandung.