You are on page 1of 8

IMAN KEPADA ALLAH

Untuk memudahkan pemahaman tentang rukun iman, perlu diketahui terlebih dahulu
pengertian iman . menurut bahasa iman berarti pembenaran hati, sedangkan menurut
istilah, iman diartikan :
ِ ‫عـَمٌل بِا اَلْركَا‬
‫ن‬ َ ‫ ًو‬,‫ن‬
ِ ‫سا‬
َ ‫ َو ِا ْقرَا ٌر بِا اّلل‬, ‫ب‬
ِ ‫ق بِا اْلقَْل‬
ٌ ‫صِدْي‬
ْ ‫َتـ‬
Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan
anggota badan. (jumhur ‘ulama’ )
Membenarkan dengan hati maksudnya menerima segala apa yang dibawa Rasul saw.
Mengikrarkan dengan lisan maksudnya , mengucapkan dua kalimah syahadat, syahadat “
la ila ha illallahu wa asyahadu anna muhammadan rasulullah “ ( tidak ada Tuhan selain
Allah dan sesuangguhnya Nabi mUhammad adalah utusan Allah ). Mengamalkan dengan
anggota badan, maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, sedang anggota
badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Di antara rukun iman yang enam itu ialah iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab
Allah, Nabi / Rasul Allah iman kepada qadla’ dan qadar Allah

A. Arti Iman Kepada Allah


Beriman kepada Allah adalah dasar dari iman. Dari ajaran asas ini timbullah bagian-
bagian atau rukun-rukun iman yang lain. Bahwa beriman kepada wujud Allah adalah
beriman kepada yang gaib, dan beriman kepada yang gaib memerlukan dalil-dalil yang
rasional untuk membuktikan kebenaran keimanan itu. Dalam hal ini berbeda dengan
kepercayaan tentang adanya hal-hal yang empiris karena dapat dibuktikan dengan
sentuhan indera . Dalil-dalil tentang wujud Allah ada yang berdasarkan akal dan ada juga
yang berdasarkan wahyu merupakan dalil yang lengkap bagi pengetahuan kita tentang
Allah. Sebab, sesuatu yang ghaib pada dasarnya sangat sukar dapat diliputi oleh akal
manusia yang terbatas, dan karena itu hanya Allah sendiri yang Mahatahu akan diri-Nya.
Dalil-dalil rasional dalam berbagai bentuknya mengenai wujud Allah telah pernah dibuat
orang, terutama para filosof, dan ini merupakan warisan yang sangat berharga bagi umat
beragama. Semua dalil itu menunjukkan kesepakatan mereka bahwa Allah itu ada dan
Dia adalah Pencipta dan Pengendali alam semesta. Namun begitu tidak semua orang
lantas beriman begitu saja dengan setelah mengetahui dan membaca dalil-dalil yang
rasional itu. Betapapun kuat dan logisnya dalil-dalil tersebut, iman hanya diterima orang-
orang yang memiliki kesiapan ruhani dan hidayah Ilahi. Sebab, pada hakikatnya iman itu
merupakan karunia Allah yang diberikan kepada orang-orang yang dikehendaki seperti
halnya rezeki yang hanya diberikan kepda yang dikehendakiNya
Dari pernyataan tersebut di atas arti iman kepada Allah dapat disederhanakan seperti
pengertian berikut ini: ”meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan dan
merealisasikannya dengan perbuatan (ibadah kepada Allah)

B. Fungsi wujud dan keesaan Allah


Dalam upaya menegakkan akidah yang benar, kita menjumpai banyak ayat Al-Qur’an
yang memperlihatkan berbagai dalil yang meyakinkan untuk membuktikan kebenaran
wujud Allah yang berpangkal pada ajaran tauhid. Pembahasan tentang iman kepada Allah
mencakup tiga hal yang sangat esensial, yaitu :
I. Wujud (eksistensi) Allah
II. Keesaan Allah ; dan
III. Sifat-sifat Allah.
Allah adalah nama Tuhan yang berhak disembah. Selain Allah, tidak ada Tuhan yang
patut disembah. Dia adalah Pencipta alam semesta.Beriman kepada Allah adalah
membenarkan dengan yakin akan eksistensi Allah dan keesaan-Nya, baik dalam
perbuatan-Nya, penciptaan alamseluruhnya, maupun dalam penerimaan iadat segenap
hamba-Nya, serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah mempunyai sifat
kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan.
Pernyataan tashdiq atau membenarkan berarti suatu pengetahuan yang didasarkan atas
makrifat, yaitu mengenal Allah Tuhan seru sekalian lam, dengan cara memperhatikan dan
memikirkan segala makhluk Allah dan kejadian dalam alam ini. Dengan cara mengenali
Allah, akan tumbuh rasa cinta, takut dan harap yang pada gilirannya jiwa manusia
menjadi khudlu’ dan khusyu’ (merendahkan diri dan tunduk). Kedudukan iman kepada
Allah adalah sebagai dasar pokok ajaran Islam. Dengan dasar iman tersebut, semua
persoalan dalam ajaran Islam dapat diselesaikan.
Kesimpulan (iman kepada Allah) adalah membenarkan dengan yakin eksistensi Allah dan
keesaan-Nya baik dalam perbuatan-Nya, penciptaan alam seluruhnya, penerimaan ibadah
seluruh hambaNya serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa Allah
mempunyai sifat sempurna terhindar sifat kekurangan.
Tiga hal yang terkait dengan mengimani kepada Allah tersebut adalah dengan
memperhatikan dan menganalisa :
I. Wujud/ Eksistensi Allah dan Ke-EsaanNya
Dalil Al-Qur’an tentang eksistensi Allah: Keyakinan tentang eksistensi Allah adalah
pembawaan asali/fitrahnya , tetapi pembawaan fitrah tersebut sering dipengaruhi oleh
berbagai faktor, sehingga perlu dibangkitkan kembali dengan suatu keadaan yang tidak
disenangi, seperti firman Allah QS. Yunus(10);12 :

”Apabila seseorang mengalami suatu penderitaan ia mengadu kepada Kami, baik dalam
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah penderitaannya itu telah Kami hilangkan, ia
(kembali) melakukan jalan yang sesat, seolah-olah belum pernah mengadu kepada Kami,
tentang sesuatu yang telah dialaminya”

Al-Qur’an juga menempuh cara lain yang lebih singkat, yaitu dengan menggugah akal
pikiran manusia agar memikirkan kejadian dirinya dan alam sekitarnya yang menjadi
bukti nyata tentang eksistensi Tuhan. Sebagai contoh, dalam surat Al-Mukminun (40):
12-16, dikemukakan proses kejadian manusia

‫هو الذى خـلـكم من تـراب ثم مـن نطـفة ثم مـن عـلقة ثم يـخـر جكم‬
‫طـفل ثم لـتبـلغـوا أ شـد كم ثم لـتكونوا شـيو خا و منـكم من‬
‫يـتو فى مـن قـبل و لـتبـلغـوا أ جل مـسمى و لعـلكم تـعـقـلو ن‬.
“Dialah yang telah menjadikan kamu berasal dari tanah, kemudian dari setetes air mani,
kemudian dari gumpalan darah, kemudian kamu dikeluarkan sebagai bayi, untuk menjadi
dewasa, kemudian menjadi tua, di antara kamu ada yang meninggal sebelum tua,
akhirnya sampailah waktu ajal yang ditentukan agar kamu memahaminya”
Perintah memikirkan segenap ciptaan Allah yang berbagai ragam itu diharapkan agar
manusia dapat mengenal Penciptanya yang memiliki sifat kesempurnaan. Sebaliknya
manusia dilarang memikirkan hakikat dzat-Nya. Dalam suatu hadis Nabi besabda:
‫تـفـكروا فى خـلـق ال ول تـفـكروا فى ذا ته‬
”Pikirkan olehmu sifat-sifat Allah dan jangan sekali-kali kamu mencoba memikirkan
dzat-nya Yang Maha Suci”
Untuk memahami wujud dan eksistensi Allah adalah :
1.) Allah memperkenalkan Diri-Nya
Tuhan memperkenalkan diriNya bahwa Dia memang ada dengan cara yang pantas sesuai
dengan kesucianNya. (Hamzah Ya’kub;1984;126) menjelaskan bahwa cara Tuhan
memperkenalkan diriNya ditempuh melalui:
a. Wahyu, Tuhan mengirim utusan (rasul) yang membawa pesan dariNya untuk
disampaikan kepada seluruh umat manusia (ditulis dalam Al-Kitab)
b. Hikmah, Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada
manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan perbuatan Tuhan Yang
Maha Kuasa serba teratur, cermat dan berhati-hati sebagai bukti.
c. Fitrah, Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang Maha
Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan dan umurnya. Kesadaran akan
kelemahan ini menginformasikan adanya sesuatu yang membatasinya itu, yaitu Tuhan.
Al-Qur’an mengajarkan adanya Tuhan lewat akal pikiran dan memberi bimbingan
tentang metoda berpikir sistematis untuk mengenal Tuhan. Al-Qur’an menggunakan
sistem dengan menggunakan unsur-unsur dan dasar, antara lain cosmologi, astronomi,
antropologi dan psikologi.
2.) Dalil Cosmologi.
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar cosmologi,
sebagaimana diisayaratkan Al-Qur’an Al-Qur’an surat Al-Baqarah;164:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di lautan yang memberi manfaat bagi manusia, air hujan yang
Allah turunkan dari langit, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sudah mati dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh semua itu menjadi bukti (keesaan dan
kebenaran Allah) bagi orang yang memikirkan(nya)
Tuhan menyuruh manusia mempelajari cosmos dan kekuatannya yang merupakan
kumpulan alam semesta yang menggambarkan adanya kesatuan di balik penampilan yang
beragam sehingga dapat dipergunakan sebai-baiknya dalam menyimpulkan adanya Tuhan
Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Untuk memudahkan manusia menarik
kesimpulan, maka Al-Qur’an mengungkapkannya dengan cara yang komunikatif dan
dialogis. Perhatikan QS.Asy-syura;23-24 dan an-naml;60 berikut ini:

”Fir’aun berkata:”Siapa Tuhan semesta alam itu?” Musa menjawab:”Tuhan Pencipta


langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya (itulah Tuhanmu), jika kamu
sekalian mempercayaiNya”.

”Atau siapakah yang menciptakan langit dan bumi serta yang menurunkan air untukmu
dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan
indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di
samping Allah ada Tuhan lain? Bahkan sebenarnya...
Al-Qur’an memberikan dasar-dasar dan membimbing dasar-dasar dan membimbing
metode berpikir. Dalam usaha berpikir untuk mendapatkan kepastian kebenaran Tuhan,
khusunya di bidang cosmologi adalah menyelediki sebab (causa) terjadinya kosmos yang
mengharuskan akal kita mengambil keputusan, bahwa pasti ada penyebab yang
menyebabkan terjadinya cosmos itu.

3). Dalil Astronomi


Tuhan memperkenalkan diriNya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk planet-planet
yang terdiri atas bintang, bulan dan matahari yang masing-masing beredar tetap pada
garis orbitnya. Tidak mungkin yang satu akan melampui yang lainnya dan tidak akan
keluar pula dari garis ukuran yang telah ditentukan untuknya. Semua itu sebagai bukti
adanya perhitungan yang sangat rapi.
Sebagaimana ditemukan Taufiq al-Hakim (intelektual terkemuka) tentang teori al-
Ta’adduliyah (keserasian), bahwa ”bumi merupakan bola (globe) yang hidup dengan
seimbang dan tawazun dengan bola terbesar di alam ini, yaitu matahari” (Yusuf
Qardlawi,1995,143). Fenomena tersebut sebagai hasil dan kecermatan ciptaan-Nya.
Dalam QS Ath-tahriq;1-3 dan asy-syams;1 dan 2 Allah menegaskan:

” Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada
malam hari?, yaitu bintang yang cahanyanya menembus”

”Demi matahari dan cahaya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya”
Semua penegasan tersebut mendapat jawaban yang jelas dan selaras dengan teori-teori
ilmu pengetahuan dan prinsip-prinsip kebenaran yang berdasarkan pada logika yaitu
bahwa alam yang luas dan indah ini pasti ada pengaturnya yang memiliki kepandaian
agung, dan penjaganya mestilah Maha Kuat dan Maha Kuasa yang memiliki sifat-sifat
kesempurnaan.

4). Dalil antropologi


Keistimewaan manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah terletak pada akal, ilmu
pengetahuan dan ruhnya. Bukti antropologi ini dibuktikan dalam Al-Qur’an surat at-
thariq;5-7 dan ar-rum;20 berikut ini:

”maka manusia hendaknya memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan
dari air yang terpancar”.

”Di antara tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-
tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.
Manusia itu sebagai makhluk berkemauan, karena Allah menghendakinya. Inilah realisasi
dari makna la- haula walaa quwwata illa billah, atau, manusia itu mempunyai daya dan
kekuatan untuk mengambil manfaat dan menolak bahaya. Namun daya dan kekuatannya
itu bukan dari diri dan dengan dirinya sendiri, melainkan dengan dan dari Allah (Yusuf
Qardlawi, 1995;63)
5.)Dalil Psikologi
Dibandingkan makhluk lain , manusia memiliki dua keistimewaan. Pertama, bentuk
tubuh yang indah, sempurna dan praktis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua,
jiwa yang memiliki perasaan dan kepandaian, untuk menyelesaikan persoalan yang
dihadapkan kepadanya dengan berpikir dan memelihara ketahanan mental (sabar).
Perhatikan QS.Ar-Rum;21 berikut ini:

” Di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari


jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikanNya di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-
benar tedapat tanda-tanda bagi orang yang berpikir”

II. Bukti Keesaan Allah


Keesaan Allah atau tauhid merupakan konsep revolusioner yang merupakan inti ajaran
Islam. Di dalamnya terkandung pengertian bahwa hanya ada satu Tuhan penguasa alam
semesta ini. Ia Maha Kuasa, Maha Sempurna, dan Maha Mencukupi keperluan makhluk
seisi alam.
Untuk memperkokoh ajaran tauhid ini, ada dua dalil yaitu (1) dalil yang berasal dari
alam, (2) dalil yang berdasarkan pengalaman batin dan (3) dalil yang berasal dari wahyu.
1. Dalil yang berasal dari alam (dalil kauni), yaitu dalil yang bedasar wujudnya alam ini
yang menunjukkan adanya Allah. Beberapa hal yang terkait dengan alam ini (penciptaan,
pemeliharaan, pengendalian , ketentuan serta hukum-hukum alam) disebut dengan
sunnatullah. Semua benda di alam ini tunduk pada aturan-aturan yang telah ditetapkan
Allah, dan karena itu dalam Al-Quran disebut dengan rabbul’alamain, seperti firman
Allah dalam surat al-alaq;1-2. Allah juga menjadikannya segala sesuatu di dunia ini
berpasang-pasangan. Kesimpulan apa yang ada dalam dalil kauni adalah semua yang di
alam ini manusia sangat dianjurkan untuk mencermaninya bahkan studi karyawisata
tentang kejadian alam ini bahkan kejadian diri manusia itu sendiri, seperti firman
Allah;QSAl-Ankabut;20,adz-dzariyat 21.
2. Dalil pengalaman batin, dalil yang terkait dengan jiwa atau pengalaman batin manusia
terdapat kesadaran tentang adanya Allah, sehingga ia merasa lebih dekat kepada-nya
terutama pada saat-saat tertentu, seperti orang yang telah ”mati suri” atau orang –orang
yang maqamnya ma’rifat . Orang-orang merasa ”dekat ” kepada Allah misalnya disaat
ada musibah bencana yang ia tak kuasa menolaknya (sakit, gempa alam dll) dan
sebaliknya orang yang ”jauh” kepada Allah disaat berada dalam kemewahan. Periksa QS.
Fussilat; 51, Arrum;33, Yunus; 12. Dengan kata lain nur-iman dalam hati ibarat bintang
di malam hari yang gelap gulita, ia akan datang meneranginya dan Allah selalu
mengingatkan hambanya yang melupakan Allah seperti adanya musibah,bencana
alam/gempa dll (bisa disebut peringatan/ujian dari Allah).
3. Dalil wahyu, melalui wahyu Allah, manusia tidak hanya dapat mengetahui wujud
Allah, tetapi juga sifat-sifatNya yang Maha sempurna. Allah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang kepada makhlukNya, maka orang beriman kepada Allah akan senantiasa
memberi kasih sayangnya kepada sesama manusia. Dia tidak berbuat dzalim kepada
orang lain dan tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang. Allah Maha Pengampun
dosa hambaNya yang bertobat, maka orang beriman kepadaNya akan senantiasa dan
dengan senag hati akan mengampun atau memaafkan kesalahan orang lain. Dia tidak
dendam dan dengki terhadap orang lain. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, maka
orang yang beriman kepada Allah akan senantiasa mencari dan mencintai ilmu
pengetahuan. Demikian halnya dengan sifat-sifat Allah yang lain yang patut dijadikan
tuntunan dan pedoman bagi kehidupan akhlak atau moral. Nabi bersabda
‫ ( تـخـلقوا بأ خل ق ال‬berakhlak-lah kalian dengan akhlak (sifat-sifat) Allah.
Dan sesungguhnyalah iman itu merupakan sumber akhlak dan moral yang mulia dan juga
merupakan daya ruhani yang kuat yang dapat membuat orang beriman lebih mampu
mengahadapi berbagai macam tantangan dalam kehidupannya. Dan hanya dengan iman
yang kuat, manusia dapat hidup dengan tenang dan bahagia di dunia dan akhirat
C. Sifat dan Perbuatan Allah

Sifat-sifat Allah
Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti tanpa adanya dzat.
Sifat Allah yang terkandung dalam asmaNya sebagimana tercantum dalam Al-Qur’an
atau yang disifatkan oleh RasulNya, secara keseluruhan menggambarkan kesempurnaan
mutlak bagi Allah dan tidak satu pun yang menyamaiNya. Karena itu, selain Allah, tidak
ada yang boleh dilekati sifat-sifat ke-Tuhanan. Firman Allah surat Asy-syura;11 : ...
Tidak ada sesuatupun menyamai Dia”
Penyebutan sifat Allah dalam Al-Qur’an erat kaitannya dengan kandungan ayat, sehingga
benar-benar dirasakan oleh yang membaca atau mendengarnya. Misalnya disebutkan
dalam surat Ibrahim;8 , bahwa andaikan seluruh umat manusia di atas bumi ini
mengingkari nikmat Allah, hal itu tidak akan mempengaruhi sedikitpun sifat Tuhan yang
Maha Kuasa dan Maha Terpuji

“Musa menyatakan : jika kamu dan semua orang di atas bumi ini mengingkari nikmat
Allah, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha Terpuji”
Beriman kepada Allah berarti manusia wajib beritikad dengan penuh yakin akan sifat-
sifat yang wajib, sifat-sifat yang mustahil serta sifat-sifat yang harus bagiNya. Adapun
sifat-sifat yang wajib bagi Allah (sifat-sifat yang merupakan kesempurnaan uluhiyyah
Nya dan kebesaran rububiyyahNya ada tiga belas. Demikian pula jumlah sifat-sifat yang
mustahil bagiNya. Sedangkan yang harus bagi Allah hanya satu sifat saja (Allah harus
atau boleh berbuat sesuatu yang mungkin menurut kehendak dan kuasaNya). Misalnya
Allah boleh menghidupkan, mematikan dst . Penjelasan masing-masing sifat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Al-wujud (ada), lawannya tidak ada
2. Al-Qidam (tidak ada), lawannya baru
3. Al-Baqa’ (kekal) lawannya binasa
4. Qiyamuhu Binafsihi (berdiri sendiri) lawannya berdiri dengan lainnya
5. Mukhalafatul lilhawaditsi (berbeda dengan makhluk, lawannya serupa
6. Al-Wahdaniyyah (Esa) lawannya banyak
7. Al-’Ilmu ( mengetahui) lawannya tidak mengetahui
8. Al-Iradah (berkehendak), lawannya tidak berkehendak
9. Al-Qudrah(kuasa) lawannya lemah
10. Al-Hayah (hidup) lawannya mati
11. As-sama’ (mendengar) lawannya tuli
12. Al-Bashar (melihat) lawannya buta
13. Al-Kalam (berbicara) lawannya bisu
Dengan mengenal sifat Allah, seseorang akan dapat lebih mengerti Allah, Tuhan yang
Maha Esa dan hanya Dia yang boleh disembah.

Perbuatan Allah
Perbuatan Allah berdasarkan ilmu dan iradat (kehendak) Nya. Allah menciptakan alam
semesta mempunyai tujuan yang jelas dan tidak sia-sia. Adanya ketertiban, keteraturan
dan keserasian ciptaan itu dikehendaki oleh Allah.
Statemen kaum Mu’tazilah (aliran ilmu kalam) bahwa Tuhan mempunyai kewajiban
terhadap manusia adalah sebagai konsekuensi konsepnya tentang keadilan Tuhan, yang
bagi golongan Asy’ari menolaknya karena bertentangan dengan faham kekuasaan dan
kehendak Allah. Yang perlu digaris bawahi bahwa pro dan kontra pemikiran aliran kalam
mencakup kedudukan akal dan kemampuan akal. Sedangkan Allah mempunyai sifat
berkehendak apabila Allah mengatakan kun (terjadi) fayakuun (maka terjadilah).

D. Hal-hal yang merusak potensi untuk merusak iman


Yang dapat merusak iman seseorang adalah syirik yaitu menyekutukan Allah SWT
dengan makhlukNya, baik dalam dimensi rububiyyah, mulkiyyah maupun ilahiyyah,
secara langsung atau tidak langsung, secara nyata ataupun terselubung.(Yunahar
Ilyas,1992,74).
Dalam dimensi rububiyyah misalnya meyakini bahwa ada makhluk yang mampu
menolak segala kemadlaratan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan
berkah.
Dalam dimensi mulkiyyah misalnya mematuhi sepenuhnya para penguasa non muslim-
bukan terpaksa- di samping menyatakan patuh kepada Allah, padahal pemimpin non
muslim itu menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan sebaliknya mengharamkan apa
yang dihalalkan Allah atau mengajaknya melakukan kemaksiatan.
Dalam dimensi ilahiyyah misalnya berdo’a kepada selain Allah. Esensi ajaran tauhid
adalah membebaskan manusia dari penyembahan sesama makhluk , menuju
penyembahan Allah SWT semata.

“ Bahwa sesungguhnya syirikitu adalah aniaya yang besar”QS.Luqkam;13.

... ‫فـمن يكفر با الطا غو ت و يؤ من با ال فـقد استمسك با العر وة الو ثقى ل ا نفصا م لها‬...
”Barang siapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan
putus”.
Ada tiga macam bentuk syirik
1. Penyembahan selain Allah (batu , berhala, pohon dll)
2. Menyekutukan sesuatu dengan Allah, yaitu meyakini bahwa benda-beda atau manusia
mempunyai sifat ke Tuhanan
3. Menjadikan orang lain sebagai tuhan-tuhan mereka
Syirik merupakan suatu jalan yang akan memerosotkan nilai kemanusiaan, sebab
manusia adalah makhluk yang dimuliakan Allah dan hanya dibenarkan menundukkan
dirinya dan ber-Tuhan kepada Allah saja.
(Judulnya Iman kepada Allah, jadi bisa di improvisasi dari artikel2 di google tentang
Iman kepada Allah. ini dirangkum/dicari inti2nya aja dan ditambah2in kata2 lo)

You might also like