You are on page 1of 94

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS

A. DATA PROYEK

Nama Kegiatan : Pengadaan Pompa, Pembangunan Rumah


Pompa,Rumah Jaga, Ruang Generator Set dan Pintu Air
beserta kelengkapannya.
Paket Kegiatan : Pengadaan Pompa, Pembangunan Rumah Pompa,
Rumah Jaga, Ruang Generator Set Beserta
Kelengkapannya di Boezem Wonorejo
Lokasi : Kota Surabaya.
Pengguna Jasa : Pemerintah Kota Surabaya Dinas Bina Marga dan
Pematusan.
Sumber Dana : APBD II (Pendapatan Daerah)
Tahun Anggaran : 2007

1. LINGKUP PEKERJAAN

- Pengadaan Pompa Beserta Kelengkapannya di Saluran Kebon Agung


• Pekerjaan Persiapan
• Pekerjaan Struktur (Pembuatan Rumah Pompa & Rumah Jaga)
• Pekerjaan Elektrikal dan Mekanikal
• Pembuatan dan pemasangan pintu air elektrik
• Pembuatan ruang genset dan ruang jaga pintu air
• Pengadaan genset ( 650 KVA) dan pembangunan Rumah genset
• Pengadaan dan pemasangan Pompa Banjir (4 unit), Pompa Lumpur
(2 unit) dan perlengkapannya
2. RENCANA KERJA
Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang,
kontraktor harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis
lengkap dengan gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan seperti yang disebutkan dalam dokumen tender,
menjelaskan secara terperinci urusan pekerjaan dan cara melaksanakan
pekerjaan tersebut hal-hal khusus bila diperlukan, persiapan-persiapannya,
peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauhmana hal tersebut mencakup
lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi,
pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan kelangsungan proyek
tersebut di atas.
3. TEMPAT KERJA
Bilamana diperlukan tempat kerja dan tempat kerja tersebut di luar daerah
pengawasan proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi,

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-1
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

maka Kontraktor harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan


pembiayaan tambahan.
4. TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan kontruksi
yang akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan
Perencanaan dan Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul
akibat kelalaian Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan Kontraktor
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pada Keadaan apapun, dimana pekerjaan-
pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat persetujuan Direksi lapangan tidak
berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaan sesuai
dengan isi kontrak.
Pada masa pemeliharaan, Kontraktor harus membuat laporan secara periodik
setiap bulan tentang kondisi hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan dan
diketahui oleh Pengawas.

5. TENAGA KERJA
Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang
ahli/terlatih dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan
pekerjaan dengan baik sesuai dengan ketentuan /petunjuk Direksi Lapangan.
6. SATUAN UKURAN
Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan
di dakam pekerjaan adalah standart meter dan kilogram. Bila disebut satu ton,
yang dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram
7. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN
Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk
memberikan petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh
Kontraktor.
Orang-orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh
Direksi atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan
tersebut.
8. PEKERJAAN DAN BAHAN BAHAN YANG TERMASUK DIDALAM HARGA
SATUAN.
Pekerjaan dan bahan bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya
seperti yang disebutkan artikel artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana
petunjuk tambahan ataupun petunjuk petunjuk Direksi dilapangan harus tercakup
dalam pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak
terduga, keuntungan, biaya biaya penggantian sewa / pemakaian tanah pada
pihak ketiga, atau kerusakan atas milik seseorang, kerja lain yang disebut dalam
spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja dimana tidak ada mata pembiayaan
khusus pengairan air darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan
bahan peledak serta alat alatnya, penempatan bahan bahan sesuai dengan

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-2
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

petunjuk perlindungan, perkuatan pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk


keperluan ini, perumahan dan pembiayaan lainyang biasanya diperlukan guna
menyelesaikan pekerjaan sebaik baiknya.
9. LAPORAN.

a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan


untuk setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan
pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi. Ringkasan laporan tersebut harus
mencantumkan keadaan cuaca jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga
pengawas, dan pelaksana. Alat alat yang dipergunakan, jumlah bahan bahan
bangunan lokasi pekerjaan kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai,
masalah-masalah yang timbul dilapangan serta pemecahannya dan rencan
kerja minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh kontraktor pada setiap
akhir pekan untuk dievaluasi.
c. Laporan lain seperti laporan harian dan lain lain sesuai dengan uraian dalam
syarat syarat umum kontrak.
10. GAMBAR–GAMBAR DAN UKURAN

a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:


− Gambar yang termasuk dalam dokumen tender
− Gambar perubahan yang disetujui Direksi
− Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi
b. Kalkir asli dari gambar-gambar proyek disimpan Laporan kemajuan pekerjaan
harus diserahkan oleh kontraktor pada setiap akhir pekan untuk dievaluasi.
c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set cetak biru dikantor lapangan untuk
dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.
d. Gambar gambar pelaksanaan (shop Drawing) dan detailnya harus mendapat
persetujuan direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
e. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa
pemeliharaan harus disertai Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
f. Semua ukuran dinyatakan dalam system metrik.
g. Kalau terdapat perbedaan dengan.
11. WILAYAH KERJA

a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan


bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja
Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan perstujuan dari Direksi.
b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau
menyimpan bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan
bangunan harus didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap
hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan satu hari.
c. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus berkoordinasi dengan
instansi yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-3
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

12. BAHAN-BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN

a. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan


harus terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-
syarat kualitas bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan
mutu termasuk bahan-bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.
b. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar
peraturan yang berlaku adalah edisi terakhir. Untuk bahan bahan yang
mutunya belum diatur dalam peraturan standar maupun ketentuan dalam
spesifikasi teknis, harus mendapat perstujuan dari Direksi sebelum
dipergunakan.
c. Untuk bahan-bahan yang mutunya mudah berdasarkan standart internasional.
Apabila diperlukan Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan
sertifikat tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi
bahan yang bersangkutan.
d. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah
pembelian (faktur) yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor
pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.
e. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus
menunjukkan contoh dan bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa
dan diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya
dari bahan tersebut.
f. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai
dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun
kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan
mengharuskan Kontraktor untuk menyingkirkannya dan di ganti dengan bahan-
bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
g. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak dapat terjadi kontaminasi atau mengalami
proses lainnya yang dapat mengakibatnya rusaknya atau menurunnya mutu
bahan-bahan tersebut.
h. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kontraktor dilarang menyimpan bahan-
bahan berbahaya seperti minyak, cairan laiinnya yang mudah terbakar, gas
dan bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan
lingkungan sekitarnya dapat dijamin.
i. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti
pedoman atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal
ini merupakan tanggung jawab Kontraktor.
j. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan
yang diajukan oleh Kontraktor, baik di lokasi proyek maupun digudang leverasir
atau di lokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli
tersebut mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan
menilai bahan-bahan yang diajukan Kontraktor.
13. PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM KEADAAN KERING

Apabila pada keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan


pekerjaan pada kondisi tanah yang kering, maka Kontraktor diharuskan membuat
bangunan atau tanggul sementara dan menyediakan pompa air berkapasitas

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-4
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

cukup beserta alat Bantu dan pelengkapnya untuk menjamin agar dasar galian,
dasar pondasi dan permukaan tanah lainnya adalah beban Kontraktor.
Kondisi muka air tanah yang tinggi dan jenis tanah yang kurang kedap air dapat
menyebabkan derasnya rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini
pelaksanaan perkerjaan menuntut kemajuan perkerjaan yang cepat dan Direksi
dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-pompa agar dasar galian tetap
dalam keadaan kering.
Kelalaian kontraktor dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya
yang dapat mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung
jawab kontraktor sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung
Kontraktor.
Air hujan yang mengalir ke dalam galian yang mengakibatkan kerusakan pondasi
yang masih dalam pelaksanaan termasuk resiko kontraktor.
Hujan lebat yang mengakibatkan genangan pada galian tidak dianggap Force
Majeure dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi adalah beban Kontraktor.
Direksi dapat menginstruksikan Kontraktor untuk membuat saluran atau sudetan
sementara untuk mengalirkan air hujan agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan
dalam keadaan kering. Apabila pekerjaan telah dianggap selesai, maka Kontraktor
harus menimbun kembali saluran dan sudetan sementara seperti keadaan semula.
Untuk pembuatan pasangan talud (plengsengan) pada saluran-saluran yang sudah
ada. Kontraktor diharuskan membuat tanggul (kisdam) sepanjang talud dengan
ukuran dan Kontraktor yang disetujui oleh Direksi. Tanggul/kisdam harus dibuat
cukup kuat, tidak mudah rusak akibat kikisan air. Sebelum pelaksanaan
pembuatan tanggul dimulai, Kontraktor harus mengajukan gambar detail talud
beserta spesifikasi bahan yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan
Direksi.
Persetujuan Direksi seperti tersebut pada butir (gambar) tidak mengurangi
tanggung jawab Kontraktor, jika sewaktu-waktu talud mengalami kerusakan.
Perbaikan talud serta akibat menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Perlu koordinasi antar Kontraktor dalam pelaksanaan pekerjaan guna
mengendalikan aliran air di saluran.
14. PEMBONGKARAN STRUKTUR YANG ADA

Pekerjaan ini harus mencakup pembongkaran, baik keseluruhan ataupun sebagian


dan pemindahannya, dari bangunan atau struktur lain yang diperlukan untuk
dibongkar.
Pekerjaan harus juga meliputi pemindahan yang memenuhi syarat dari material
bongkaran dalam pasal ini, yang meliputi baik pembuangan atau penyelamatan
penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan pengamanan terhadap kerusakan
dari material yang ditentukan oleh Direksi.
15. KEWAJIBAN KONTRAKTOR UNTUK MATERIAL YANG DISELAMATKAN DAN
STRUKTURAL YANG ADA

Bila pelebaran, perpanjangan atau peningkatan lain terhadap suatu jembatan,


gorong-gorong memerlukan pembongkaran lantai, gelagar, tembok kepala, pintu
air atau bagian struktur lainnya pembongkaran tersebut harus dilaksanakan tanpa
menimbulkan kerusakan pada bagian struktur yang akan dipertahankan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-5
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Setiap kerusakan atau kehilangan dari bagian yang diselamatkan yang sementara
dibongkar atau setiap kerusakan pada bagian struktur yang akan dipertahankan
yang disebabkan oleh keteledoran Kontraktor, harus dibuat baik kembali atas
biaya Kontraktor.
16. PENGATURAN PEMBUANGAN SISA-SISA

Kontraktor harus melakukan seluruh pengaturan yang diperlukan dengan pemilik


tanah dan memikul seluruh biaya untuk memperoleh lokasi yang sesuai untuk
pembuangan material sisa dan untuk penyimpanan dari material yang
diselamatkan.
17. PROSEDUR PEMBONGKARAN

a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan pembongkaran disini meliputi seluruh pekerjaan pembongkaran
terhadap bahan-bahan yang sudah tidak berfungsi maupun guna
melakukan rehabilitasi terhadap ruang yang bersangkutan.
2. Pembongkaran ini meliputi pembongkaran dinding bata, kusen yang lama
serta bagian-bagian lain yang ditujukan dalam gambar.
b. Syarat-syarat Pelaksanaan
1. Pembongkaran yang dilakukan harus memperhatikan kaidah-kaidah
structural dan arsitektur juga pengaruh suara, debu dll terhadap lingkungan
sekitarnya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bahaya yang
ditimbulkan oleh adanya pembongkaran dan menghindari terjadinya
kerusakan pada bagian-bagian bangunan yang secara arsitektural masih
dipertahankan.
2. Sebelum melakukan pembongkaran, pihak Kontraktor harus menyampaikan
kepada Konsultan Pengawas mengenai metode/ cara pembongkaran yang
akan dilakukan.
3. Jenis peralatan yang digunakan.
4. Pembongkaran diusahakan seminimal mungkin timbulnya suara dan debu
yang dapat mengganggu lengkungan sekitarnya.
5. Jaringan-jaringan listrik, pipa-pipa air harus diamankan terlebih dahulu
sebelum dilakukan pembongkaran, hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya gangguan-gangguan pada jaringan secara keseluruhan.
6. Material hasil bongkaran harus ditempatkan pada tempat yang aman,
dalam arti tidak menggangu aktifitas serta aman terhadap pencurian,
karena material pembongkaran ini merupakan asset negara.
7. Untuk pembongkaran pasangan dinding bata, bahan bongkaran harus
segera dikeluarkan dari ruang dan ditempatkan diluar pada tempat yang
sesuai.
18. PEMINDAHAN DARI MATERIAL BONGKARAN

a. Seluruh material yang diselamatkan tetap merupakan milik dari pemilik


yang sah sebelum pekerjaan pembongkaran dilakukan. Tidak ada material
bongkaran yang menjadi milik Kontraktor. Seluruh material yang
diselamatkan harus disimpan sebagaimana diminta oleh Direksi.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-6
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

b. Seluruh material dan sampah yang tidak ditetapkan untuk dipertahankan


atau diselamatkan dapat dibakar atau jika tidak dibuang seperti yang
disetujui oleh Direksi.

B. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pembersih Lapangan

Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari


pepohonan, semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan
semua material tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan
petunjuk Direksi pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai , serta areal
diratakan dan dirapikan kembali.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan.
2. PENGUKURAN

• Jaringan Titik Tetap


a. Kontraktor harus membuat jaringan patok titik tetap local yang disahkan
Direksi lapangan dan Perencana. Referensi Elevasi ditetapkan berdasarkan
patok BPN atau elevasi yang ditetapkan Direksi lapangan dan perencana.
b. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah
elevasi yang dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang
dijelaskan pada butir di atas.
c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini
tercantum dalam gambar-gambar rencana atau ditunjukkan oleh Direksi di
lapangan.
• Pengukuran Kembali
a. Apabila ada perubahan akan ditentukan/disesuaikan dengan kondisi
lapangan setempat bersama Direksi.
b. Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan
sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus
mendapat persetujuan Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
c. Cara pengukuran ketetapan hasil pengukuran, toleransi salah tutup, dan
pembuatan serta pemasangan patok Bantu akan ditentukan oleh Direksi.
d. Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam
menginterpretasikan angka-angka elevasi dalam gambar, maka hal ini harus
dilaporkan kepada Direksi untuk diminta penjelasannya.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-7
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

e. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar


dengan hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu.
f. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran
ulang menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g. Hasil pengukuran kembali harus sudah diserahkan disetujui oleh Direksi
selambat-lambatnya 10 hari setelah tanggal SPK.
• Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil
teknisnya untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi
fisik lapangan khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat
ketidaksesuaian. Kontraktor bersama-sama dengan Direksi harus secara
bersama-sama mengambil peil permukaan dan sounding areal kerja dan
menyetujui semua kekhususan terhadap mana semua pekerjaan
didasarkan.
b. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan dan harus mebongkarnya setelah pekerjaan
selesai.
c. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka,
bila akan mengadakan leveling pada semua bagian daripada pekerjaan.
d. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang
diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan leveling tersebut.
e. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu
untuk mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian
pekerjaan.
f. Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di
tiap-tiap bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan
dirawat selama berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
g. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung
berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu
setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang.
h. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat
optik dan sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
i. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi. Sudut, koordinat, serta
letak patok-patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi
untuk mendapatkan persetujuan. Kebenaran dari hail laporan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
j. Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk
menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal
Kontraktor tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan
standar yang ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-8
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

lain untuk mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh


biayanya kepada Kontraktor.
3. Pematokan dan Bouwplank

a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan


pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi.
b. Bauwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat selebar
pondasi saluran.
c. Bauwplank bangunan harus dibuat sejajar dengan dinding tepi bangunan
sejarak tertentu diluar galian pondasi.
d. Patok dan bauwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak
bergerak serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan
pekerjaan.
e. Elevasi yang tercantum dalam bauwplank dan patok akan menjadi dasar
pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran
maupun tebal pasangan/konstruksi lainnya.
4. Mobilisasi

a. Kegiatan Mobilisasi
Kegiatan Mobilisasi meliputi hal sebagai berikut :
1. Pembelian atau sewa atas tanah guna keperluan pangkalan Kontraktor dan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Mobilisasi dan pemasangan peralatan yang
didasarkan atas peralatan yang diserahkan dalam penawaran dari suatu
lokasi tertentu atau dari pelabuhan bongkar di Indonesia ke tempat yang
digunakan sesuai ketentuan Kontrak.
2. Pembanguan dan pemeliharaan pangkalan, termasuk Kontraktor, tempat
tinggal, bengkel-bengkel, gudang-gudang dan sebagainya. Bangunan ini
akan tetap menjadi milik Kontraktor setelah pekerjaan pembangunan
proyek selesai.
3. Pengadaan dan pemeliharaan peralatan lapangan seperti tercantum
spesifikasi ini. Peralatan ini akan tetap menjadi milik kontraktor setelah
pekerjaan pembangunan proyek selesai. Pekerjaan harus termasuk pula
pekerjaan demobilisasi dari daerah kerja yang dilaksanakan oleh pihak
Kontraktor pada akhir kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh
instalasi-instalasi, peralatan dari tanah milik Pemerintah, dan pihak
Kontraktor diharuskan untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan dan
penyempurnaan pada daerah kerja, sehingga kondisinya sama dengan
keadaan sebelum pekerjaan dimulai.
b. Waktu Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan diatas harus diselesaikan dalam
jangka waktu pekerjaan. Dalam hal dimana pihak Kontraktor tidak
menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan batas waktu yang ditentukan atau

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-9
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

kalau menurut pendapat Direksi, ternyata pelaksanaan mobilisasi tidak


lancar sesuai program mobilisasi yan telah disepakati bersama, maka dalam
hal ini Direksi Teknik berhak untuk menempuh kebijaksanaan yaitu
mengeluarkan berita acara pembayaran pendahuluan, dengan nilai
pembayaran untuk mobilisasi diambil setingi-tingginya 70 % dari ketentuan
di atas.
Sisanya akan ditahan dan berita acara pembayarannya baru dikeluarkan
setelah Pihak Kontraktor berhasil menyelesaikan sisa bagian pekerjaan
mobilisasi dalam jangka waktu Masa Pelaksanaan.
5. Kantor Lapangan/ Ruangan Direksi
a. Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh
Direksi selama pelaksanaan pekerjaan, transportasi, alat komunikasi serta
gudang untuk menyimpan bahan dan peralatannya.
b. Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh
Direksi.
c. Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapnnya. Atas
petunjuk yang diberikan, Kontraktor harus menyiapkan gambar rencana dari
gudang dan kantor lapangan tersebut.
d. Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan
kantor lapagan adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan
listrik, alat pemadam api dan kota pertolongan pertama.
e. Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan
merupakan tanggung jawab Kontraktor.
f. Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar
kantor lapangan.
g. Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor
lapangan harus diongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua
peralatan dan perlengkapan tetap menjadi milik Kontraktor.
h. Penyediaan dan pengerjaan hal-hal yang tersebut pada artikel ini tidak akan
mendapat pembiayaan tersendiri tetapi kesemuanya harus sudah termasuk
dalam pembiayaan menurut Kontrak pada mata pembiayaan sewa Direksi
Keet.
i. Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal diatas akan dibayar
secara harga unit price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa
pembayaran dilaksanakan secara penuh baik untuk pekerjaan pembangunan,
pengadaan, pelayanan, pembersihan maupun pekerjaan pembongkaran
bangunan setelah selesai penanganan pekerjaan.
j. Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain
yang dapat merusak pelaksanaan pekerjaan.
k. Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya,
guna kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan.
l. Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut
pada butir a dan b.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-10
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

m. Kontraktor harus membuat bangunan Direksi keet serta gudang bahan yang
luas dan bentuknya akan ditentukan kemudian.
n. Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar didalamnya bebas dari air hujan
dan sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan.
o. Kontraktor wajib membuat urinoir dan WC termasuk instalasi, untuk keperluan
pekerja selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus membuat septictank
berikut resapannya untuk membuang air kotor dari urionir dan WC. Lokasinya
akan ditentukan kemudian oleh Direksi, langsung di lapangan.
p. Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain di ruang Direksi
keet atas usulan Kontraktor dan persetujuan Direksi.
6. Pengaturan Lalu Lintas

a. Lalu Lintas Proyek


1. Dalam melaksanakan pekerjaannya Kontraktor diharuskan mematuhi
dan mentaati ketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku,
sejauh pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam
hal ini Kontraktor diharuskan mendapatkan pengarahan dan pedoman
dari instansi setempat yang berwenang yaitu polisi lalu lintas dan Dinas
Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.
2. Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa
agar gangguan lalu lintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya
dijaga sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, jembatan,
gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan pada
Kontraktor dan harus disetujui Direksi.
b. Pengalihan Arus Lalu Lintas Umum dan Pembuatan Jalan Darurat
Kontraktor diharuskan membuat rencana khusus untuk setiap sub proyek
sehubungan dengan pengaturan lalu lintas dalam menunjang kelangsungan
pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan yang menuntut dialihkannya arus lalu
lintas umum untuk sementara waktu harus mendapat persetujuan Direksi
dan dengan seijin polisi lalu lintas dan Dinas Lalu Lintas Angkutan dan
Jalan Raya.
c. Pengaturan Pengangkutan Alat-alat Bantu dan Bahan Konstruksi
1. Pengakutan alat-alat berat ke lokasi proyek harus diatur sedemikian rupa
agar beban total dari kendaraan yang mengangkut alat-alat berat
tersebut tidak melampaui kapasitas jalan/jembatan yang dilalui. Untuk itu
alat-alat serta yang dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian
untuk kemudian diangkut beberapa kali. Ketentuan yang sama juga
berlaku untuk pengangkutan bahan-bahan konstruksi.
2. Apabila Direksi memandang perlu, maka Kontraktor diharuskan meminta
pengawalan dari instansi yang berwenang.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-11
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

d. Rambu-rambu Sementara
Kontraktor diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan
menempatkan rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi
penting termasuk rintangan-rintangan di sekitar lokasi proyek.
Penempatannya yang harus dengan persetujuan polisi lalu lintas atau
instansi lain yang berwenang. Bentuk dan ukuran huruf serta susunan
kalimat pada rambu dan rintangan harus jelas, mudah dimengerti oleh
setiap pengendara kendaraan dan pada setiap cuaca gelap dan malam hari
harus diberi penerangan. Apabila pekerjaan telah dinyatakan selesai oleh
Direksi, Kontraktor diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan
rintangan-rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi yang selama
pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi
proyek.
e. Pengaturan Pemindahan Jaringan Pipa dan Kabel
1. Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel adalah pipa distribusi air
bersih PDAM, pipa gas, kabel listrik, dan kabel TELKOM yang
pemasangan jaringannya di atas maupun tertanam dan di bawah
permukaan tanah.
2. Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori (d) diatas dan
yang sudah tidak berfungsi lagi serta jalurnya melintasi dan menghalangi
aliran air dalam saluran harus disingkirkan atau dipotong sesuai petunjuk
Direksi.
3. Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa dan
kabel yang masih berfungsi sebagai akibat dari kelalaian Kontraktor
dalam melaksanakan pekerjaannya adalah menjadi beban Kontraktor
sepenuhnya.
4. Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau
penggantian memperdalam dasar saluran lama ditemui lintasan pipa dan
kabel yang masih berfungsi, maka Direksi dan Kontraktor menghubungi
instansi yang mengelola jaringan tersebut untuk menentukan biaya
pemindahan jalur pipa dan kabel yang dimaksud untuk dialihkan di
bawah dasar saluran rencana.
5. Direksi berhak menunjuk seorang ahli yang akan memberi pengarahan
dan mengawasi semua pekerjaan instansi dalam rangka pemindahan
dan pengalihan jalur atau lintasan pipa dan kabel.
7. Papan Nama Proyek

Kontraktor harus membuat dan memasang papan nama proyek di lokasi


yang ditunjuk Direksi, Ukuran, bentuk dan susunan kata-kata dan warna
akan ditentukan Direksi.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-12
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

8. Gambar-gambar yang harus Dipersiapkan oleh Kontraktor.

• Umum
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak
diterimanya Surat Perintah Mulai Kerja dari Pemilik pekerjaan, dimaksud
untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan
dengan gambar yang diterima oleh Kontraktor dan Pemilik Pekerjaan.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan
disetujui oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar
pembuatan gambar-gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai
pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan
dasar pokok kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pemilik pekerjaan
untuk menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus
dan telah dilaksanakan oleh Kontraktor, serta yang harus dibayar oleh Pemilik
pekerjaan.
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor, harus bisa memberikan
secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan
yang meliputi antara lain :
ƒ Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
ƒ Elevasi muka tanah asli dan masing-masing dikerjakan
ƒ Dimensi bangunan pelengkap
ƒ Jenis serta komposisi material yang dipergunakan
ƒ Rencana garis galian pondasi
ƒ Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi
antara lain :
ƒ Construction Drawing atau Working Drawing
ƒ Shop Drawing
ƒ As Built Drawing
Semua gambar tersebut di atas, baru bias dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan
sesungguhnya, apabila sudah mendapat persetujuan dan disyahkan oleh
Pemilik pekerjaan.

• Contruction Drawing atau Working Drawing


Contruction Drawing atau Working Drawing adalah gambar rencana
bangunan yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya
dan telah disetujui dan disyahkan oleh Pemilik pekerjaan.

Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana
elevasi posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-13
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

tergambar pada Contruction Drawing atau Working Drawing harus mengacu


dan didasarkan pada Design Drawing yang diberikan oleh Pemilik pekerjaan.

Apabila karena kondisi dan situasi lapangan yang sesungguhnya, sehingga


mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan
kedudukan bangunan, maka Kontraktor harus konsultasi dan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Pemilik proyek. Atas dasar persetujuan
pemilik pekerjaan, jika ada penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan
kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun yang telah
disepakati bersama, disetujui dan disyahkan Pemilik pekerjaan adalah yang
mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar
serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan pekerjaan.

“Construction Drawing” atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh


Kontraktor tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun
yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan
harus dicantumkan antara lain :
ƒ Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
ƒ Dimensi rencana bangunan
ƒ Elevasi posisi dan kedudukan bangunan
Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain
“Construction Drawing” atau “Working Drawing” yang disyahkan oleh Pemilik
pekerjaan, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat
akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau “Mutual Check” pada kondisi
pelaksanaan 0%.
Kontraktor wajib membuat copy “Construction Drawing” atau “Working
Drawing” sebanyak minimal 5 (lima) copy dengan distribusi dua copy untuk
Direksi pekerjaan dan pengawasa, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu
copy serta gambar lainnya harus diserahkan kepada Pemilik pekerjaan.
Pembuatan Working Drawing dan Perhitungan Mutual Check harus sudah
selesai dan disetujui oleh Direksi dan Pemilik selambat-lambatnya 2 minggu
setelah tanggal SPK. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke
waktu, dimungkinkan adanya penyesuaian pelaksanaan karena kondisi
lapangan “Engineering Adjustment” atau perubahan desain “Revised Design”
semuanya bisa mengalkibatkan perubahan volume pelaksanaan pekerjaan
menjadi bertambah atau kurang.
Untuk kondisi “Engineering Adjustment”, tidak diperlukan adanya gambar
baru yang disyahkan oleh Pemilik Pekerjaan, namun Kontraktor wajib
memberikan laporan tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan dan tembusan kepada Pemilik pekerjaan.
Sedang pada kondisi perubahan desain “Revised Design”, Pemilik Pekerjaan
secara resmi akan memberikan gambar perubahan desain yang telah
disyahkan oleh Pemilik Pekerjaan kepada Kontraktor secara administratif
dalam bentuk “Variation Order”.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-14
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Construction


Drawing” atau Working Drawing” termasuk penggandaannya sebanyak 5
(lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor,
serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

• “Shop Drawing”
Kontraktor harus membuat shop Drawing untuk setiap bangunan yang akan
dikerjakan; Shop Drawing harus dilengkapi gambar detail meliputi ukuran
lahan dan lain-lain.
“Shop Drawing” yang disiapkan oleh Kontraktor tersebut, harus diserahkan
kepada Pemilik Pekerjaan, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk
selanjutnya disyahkan oleh Pemilik Proyek.
Gambar unit bangunan atau “Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap
memuat :
ƒ Bentuk unit bangunan serta dimensinya
ƒ Material yang akan dipakai serta spesifikasinya
ƒ List komponen unit bangunan yang memuat :
a. Panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. Berat persatuan komponen unit bangunan dan lain-lain
c. Jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.
Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi
termasuk dalam kategori “Shop Drawing”. Kontraktor wajib membuat copy
“Shop Drawing” sebanyak minimum 5 (lima) copy, dengan distribusi dua copy
untuk Direksi Pekerjaan dan pengawas, satu copy dipasang di barak kerja,
satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus
diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing”
termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungan
termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

• As Built Drawing
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan,
berikut pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variasi Order” yang
diberikan oleh Pemilik Pekerjaan, dan Kontraktor telah melakukan
pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan membuat
gambar purna bangun atau “As Built Drawing”.
Gambar purna bangun atau “As Built Drawing” tersebut, harus lengkap berisi
antara lain :
ƒ Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-15
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

ƒ Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan


ƒ Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah
dikerjakan
ƒ Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan
Kontraktor kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui,
selanjutnya diserahkan kepada Pemilik pekerjaan guna mendapatkan
pengesahan dari Pemilik Pekerjaan.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh
Kontraktor atau yang “mutual check” volume pekerjaan 100 %. Semua
mengacu dan didasarkan pada gambar purna bangun yang telah disyahkan
oleh Pemilik Pekerjaan, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh
Pemilik pekerjaan kepada Kontraktor.
Kontraktor wajib membuat copy “As Built Drawing” sebanyak 5 (lima) copy,
dengan distribusi dua copy untuk Direksi Pekerjaan dan pengawas, 3 (tiga)
serta gambar aslinya harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan termasuk
data dan perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Built Drawing”
termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Kontraktor, sudah harus diperhitungkan termasuk
“Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan. As Built Drawing harus
sudah diserahkan dan disetujui oleh Direksi selambat-lambatnya bersamaan
dengan STT-1.

• Administrasi Proyek
Kontraktor wajib menyediakan dan membuat kelengkapan administrasi
lapangan berupa buku tamu, buku lapangan bahan, material, alat dan
perkerja, catatan harian cuaca dan lain-lain yang diperlukan untuk
kelengkapan administrasi. Kontraktor wajib membuat harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan lengkap dengan data penunjangnya dan foto
dokumentasi sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-
syarat Proyek.
Sebelum memulai aktifitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal atau
schedule, rencana kerja, metode kerja, kebutuhan material, kebutuhan
sumberdaya dan peralatan dan harus mendapat persetujuan dari Pengawas
dan Direksi.

C. SARANA PENUNJANG PEKERJAAN

1. Photo Dokumentasi

Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan


pekerjaan dan pada akibat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-16
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

membuat dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam


bentuk photo dokumentasi. Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan
tersebut, harus bisa memberikan gambaran secara lengkap dan menyeluruh
mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal sampai akhir
pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa merupakan satu
gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.
Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda
atau sesuai dengan pengarahaan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa
memberikan gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh
pekerjaan.
Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi
tahap kegiatan pelaksanaan pekerjaan :
ƒ Saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 %
ƒ Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25 %
ƒ Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %
ƒ Saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75 %
ƒ Saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %
Photo dokumetasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos masing-
masing rangkap 5 (lima) dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang di barak kerja
dan 4 (empat) copy lainnya ditata rapi pada album photo dan diserahkan kepada
Pemilik pekerjaan. Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan
pekerjaan, disamping cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy,
Kontraktor juga diwajibkan menyerahkan tambahan 3 (tiga) copy ukuran 11 R,
diberi bingkai, sedangkan pengambilan photo dokumentasinya dari 1 (satu) titik
lain yang berbeda lokasi, dan akan ditentukan oleh Direksi pekerjaan.
Di samping dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan
Kontraktor bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai
nilai penting untuk didokumentasikan. Pada saat penyerahan photo dokumentasi,
Kontraktor juga harus menyerahkan negatif film, ditata menurut urutan photo
dokumentasi yang diserahkan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumemntasi tersebut
sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor, serta sudah harus
diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
2. Jalan Kerja

Untuk menuu ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai,
dan transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi
pekerjaan, dan pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau Pemberi Pekerjaan
serta keperluan lainnya. Kontraktor diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan
kerja yang layak guna kegiatan tersebut diatas untuk menunjang dan
memperlancar pelaksanaan pekerjaan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-17
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor berkewajiban


memelihara jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan
dampak lingkungan negatif pada masyarakat di sekitarnya maupun masyarakat
lain yang juga memerlukan dan melewati jalan kerja tersebut.
Kelancaran fungsi drainase lingkungan di sepanjang jalan kerja, juga yang secara
langsung terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab
Kontraktor dari segi pemeliharaannya.
Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan
tidak diperlukan adanya jalan kerja khusus maka semua biaya yang timbul akibat
pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analiasa
harga satuan pekerjaan.
3. Pengeringan atau “Coffering dan Dewatering”

Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal


pekerjaan kedang-kasang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air.
Pada keadaan ini, Kontraktor diwajibkan menmgeringkan atau membebaskan
areal pekerjaan yang akan dipakai sebagai kedudukan konstruksi dari genangan
air atau pengaruh air, karena bisa menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan
akibat pengaruh air tersebut. Pada prinsipnya selama amsa pelaksanaan
pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai sebagai kedudukan bangunan harus
dijaga agar tetap kering, bebas dari genangan ataupun rembesan air.
Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase
lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama
pada masyarakat dan lingkungan setempat.
Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan
tidak diperlukan adanya sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang
timbul akibat pekerjaan pengeringan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban ker, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada analisa
harga satuan pekerjaan.
Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya
konstruksi pengertian sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri,
maka perhitugan volume dan pembayaran untuk pelakasannaan pekerjaan
pengeringan tersebut diatas, diperhitungkan dalam satuan (unit) M’ untuk
pekerjaan “coferring” atau “kisdam” dan Lump sum untuk pekerjaan “dewatering”,
sedangkan harga satuan pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah
tenaga, bahan material yang dipakai peralatan yang dipergunakan, “Overhead”
dan keuntungan Kontraktor.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-18
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

D. PEKERJAAN TANAH
1. Umum

Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan


lapangan, galian semua jenis material apapun yang ditemui penanganan,
penghamparan dan pemadatan material timbunan yang diperlukan, pembuangan
semua material sisa galian, pengeringan (bila diperlukan), perlindungan terhadap
daerah di sekitarnya, urugan kembali, pengupasan muka tanah, timbunan tanah
pada alur dan elevasi sesuai yang ditunjukkan pada gambar.
Seluruh area yang termasuk dalam batas batas pekerjaan tanah akan dikerjakan
dalam jalur, tingkatan dan elevasi, kemiringan, potongan melintang yang sesuai
dalam gambar dengan tambahan yang diijinkan untuk ketebalan plesteran dan
pasangan batu dimana perlu kemiringan dan bentuk saluran drainase sedemikian
rupa sehingga mempunyai penampilan seragam yang rapi pada penyelesaiannya
dan harus disetujui oleh Direksi. Material galian untuk memenuhi kebutuhan bahan
tambahan disimpan untuk penggunaan berikutnya atau ditempatkan sebagai
bahan timbunan segera setelah penggaliannya dengan persetujuan Direksi.
Bila tidak langsung digunakan penyimpangan bahan galian yang akan digunakan
tidak diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk
material timbunan dapat disimpan/dicadangkan bagi keperluan pasang batu,
sesuai dengan spesifikasi. Penggunaan semua material galian untuk keperluan
tertentu ditentukan oleh Direksi. Kontraktor tidak diperkenankan menghamburkan
atau dengan kata lain membuang material galian yang berguna. Semua galian
akan dilaksanakan dengan batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada
pasal-pasal dari spesifikasi ini berkenaan dengan masalah pengendalian air. Tidak
diperbolehkan menebang pohon tanpa ijin dari Direksi dan Instansi yang terkait.
Pekerjaan urugan dan galian harus benar-benar rata menurut gambar-gambar
potongan memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan
yang rapi dan benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua
rumput tanaman dan semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum
bahan urugan diletakkan pada tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau
mudah rusak harus diganti denga bahan-bahan yang baik seperti syarat yang
ditetapkan oleh Direksi.
Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak menckupi bagi keperluan
penimbunan maka dapt diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain
yang telah disetujui Direksi. Lokasi bahan galian yang telah digali harus diperbaiki
sedemikian rupa untuk menghilangkan kemiringan tanah yang tajam dan tidak
stabil atau hal lain yang kurang baik dan berbahaya. Luas dan kedalaman galiam
masih dalam batas area yang telah disetujui Direksi. Kontraktor bertanggung jawab
terhadap pengaturan dan pembayaran semua bahan galian termasuk bahan
lempung dan bahan yang dipilih sesuai persetujuan Direksi.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-19
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

2. Penyelidikan Lapangan

Data penyelidikan tanah yang relevan (jika ada), pada Direksi dapat digunakan
sebagai panduan/patokan bagi kondisi permukaan dan di bawah permukaan tanah
dalam proyek ini. Data pengeboran dan informasi yang berkaitan (jika tersedia)
memberi gambaran kondisi di bawah permukaan tanah hanya pada lokasi dan
waktu tertentu.
Kondisi tanah pada lokasi lainnya mungkin berbeda dengan kondisi pada lokasi
pengeboran. Juga waktu berpengaruh terhadap perubahan lapisan bawah tanah
atau muka air pada lokasi pengeboran. Direksi tidak menjamin pernyataan, pikiran
atau kesimpulan yang dimaksud dalam laporan penyelidikan tanah yang tersedia.
Kontraktor harus memperbaiki semua tanggung jawab bagi pengurangan dan
kesimpulan yang dibuat olehnya yang menyangkut kondisi material/bahan yang
akan digali, kesulitan yang dihadapi, pengeringan, menjaga galian yang diperlukan
dan pekerjaan akibat kondisi lapisan di bawah tanah di lokasi pekerjaan. Direksi
tidak akan bertanggung jawab atas kehilangan/kerugian yang diderita Kontraktor
sebagai akibat perbedaan-perbedaan kondisi yang digambarkan oleh kesimpulan
Kontraktor tersebut, contoh-contoh, percobaan atau laporan-laporan dan kondisi
nyata yang ditemui selama pelaksanaan pekerjaan.
3. Ijin Kerja

Sebelum pekerjaan yang diperlukan untuk semua pekerjaan galian yang akan
dilaksanakan harus mendapat ijin kerja dari Direksi maupun instansi terkait.
4. Penurapan dan Perlindungan

Galian yang terlampau curam dan diperkirakan tidak stabil sehingga


membahayakan para pekerja atau untuk menghindari kerusakan pekerjaan dari
longsoran tanah, perlu dilakukan penurapan. Bila diperlukan, lebar galian dapat
diperbesar untuk memberi tempat bagi pelaksanaan penurapan, pelindungan dan
peralatannya. Kontraktor harus melengkapi, meletakkan dan meindahkan kembali
peralatan penurapan, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi.
Kontraktor harus melengkapi gambar yang memperlihatkan detail dari penurapan
yang diusulkan akan digunakan bersama dengan smua perhitungan dilakukan oleh
tenaga ahli yang mampu sebelum pekerjaan penggalian dimulai. Gambar yang
telah disetujui dan perusahannya yang menurut pendapat Direksi dianggap perlu
demi keamanan personil dan atau pekerjaan akan dikembalikan pada Kontraktor
untuk dilaksanakan. Pekerjaan penggalian tidak boleh dimulai tanpa seijin Direksi.
Ijin yang diberikan tidak berarti membebaskan Kontraktor dari kewajiban dan
tanggung jawab sesuai kontrak.
5. Pengendalian Air

Kontraktor harus menydiakan, memasang dan mengoperasikan semua peralatan


yang diperlukan untuk menjaga galian bebas dari air/genangan selama
pelaksanaan kosntruksi dan harus membuang air hingga tidak menimbulkan
kerusakan terhadap benda-benda di sekitarnya, atau menyebabkan gangguan

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-20
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

atau mengancam umum. “Interceptor Drain” perlu untuk menjaga air permukaan
jangan sampai masuk ke lubang galian konstruksi. Untuk penggalian di bawah air,
Kontraktor harus mengusahakan melaksanakan pengeringan di sekitar lokasi
galian dengan metoda yang harus diusulkan oleh Kontraktor dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Tanggul akan sangat baik digunakan mencegah kerusakan akibat erosi selama
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kerusakan yang ditimbulakn diperbaiki atas
biaya Kontraktor.
6. Pekerjaan Galian

a. Uraian
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau
meterial lain bila ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu untuk
penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diiperlukan untuk pembuatan pondasi,
pembuangan material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk
pembentukan secara umum dari tempat kerja sesuai dengan spesifikasi ini
dan yang memenuhi garis, ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam
gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi
dari yang ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin drainase yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi ganguan.
c. Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan
Pekerjaan galian yang tidak memnuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki
oleh Kontraktor sebagai berikut :
1. Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut
2. Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau lepas, harus dirug
kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang
diperintahkan oleh Direksi.
d. Pelaporan dan Pencatatan
1. Untuk setiap pekerjaan galian, Kontraktor harus menyerahkan kepada
direksi, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan melintang
atau memanjang yang menunjukkan kondisi awal daripada tanah sebelum
operasi pembabatan dan pengarukan dilakukan.
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar perincian dari
seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan
untuk digunakan seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-21
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

harus memperoleh persetujuan direksi sebelum melaksanakan pekerjaan


galian yang dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang diusulkan
tersebut.
3. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi
selesai, Kontraktor harus memberitahu direksi. Bahan landasan atau
material lain tidak boleh dipasang sebelum kedalaman galian disetujui oleh
direksi.
e. Prosedur Penggalian
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang
ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup
pembuangan seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk
tanah, padas, batu bata, batu, beton dan lain-lain. Pekerjaan galian harus
dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap material dibawah
dan di luar batas galian.
f. Kondisi Tempat Kerja
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Kontraktor harus
menyediakan seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk
pengeringan, penggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara,
tembok ujung dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat
untuk menjamin tak ada gangguan dalam prosedur pengeringan dengan
pompa.
g. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian
1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin
keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian.
2. Selama masa pekerjaan galian, Kontraktor harus menjaga setiap saat suatu
lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila
diperlukan, Kontraktor harus menahan atau menyangga struktur di
sekitarnya yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak
oleh pekerjaan galian itu.
3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas
kepala, Kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat
kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada
setiap saat peralatan galian cadangan serta perlengkapan P3K harus
tersedia di tempat kerja galian.
4. Seluruh tepi galian terbuka harus diiberi penghalang yang cukup
untukmencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya dan setiap
galian terbuka pada badan malam hari dengan drum dicat putih atau lampu
kuning sesuai dengan ketentuan direksi.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-22
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

h. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian


Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan
cakupan proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk
formasi timbunan atau urugan kembali maupun lime treatment.
Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar
atau benda tertumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut
Direksi akan menyulitkan pemadatan dari material atau yang mengakibatkan
kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki harus diklasifikasikan tidak
memenuhi untuk digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap
material yang tidak disetujui oleh direksi teknik sebagai bahan timbunan harus
dibuang dan diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor di luar tempat
kerja sesuai petunjuk direksi. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
seluruh pengaturan dan biaya untuk pembuangan material yang berlebih atau
tidak memenuhi syarat, termasuk pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik
tanah di mana pembuangan dilakukan.
i. Pembuangan Material Pekerjaan Sementara dan Perapian Tempat Bekas
Galian
1. Terkecuali diperintahkan oleh Direksi, seluruh struktur sementara seperti
cofferdam atau skor dan turap harus dibongkor oleh Kontraktor setelah
selesai pekerjaan struktur permanen atau pekerjaan lain untuk mana galian
telah dilakukan. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak
mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
2. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.
7. Urugan dan Timbunan Tanah

a. Umum
Semua pengurugan dan timbunan tanah, harus dilakukan di tempat kering yang
disetujui direksi. Penggunaan peralatan bagi pelaksanaan penimbunan dan
pengurugan kembali sehingga dapat memperoleh hasil pemadatan sesuai
dengan spesifikasi, jenis dan kapasitas sesuai dengan yang diminta dan telah
disetujui Direksi.
Melindungi semua daerah kerja dari kerusakan yang diakibatkan oleh air atau
dengan cara lain membuat sistem drainase yang baik untuk menjaga jangan
sampai air berada di atas tanah urugan dan daerah pengurugan. Alat berat
tidak boleh beroperasi dalam jarak 1 m dari bangunan dan “vibrating rollers”
dalam jarak 1,5 m dari bangunan.
b. Timbunan/Urugan
Timbunan tidak boleh diletakkan hingga galian yang telah dilakukan dan
pekerjaan pondasi yang telah diselesaikan diperiksa disetujui Direksi.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-23
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Penimbunan diletakkan mendatar lapis demi lapis yang dipadatkan dengan


menggunakan peralatan tetapi dengan ketebalan lepada maksimum 200 mm.
Pemadatan timbunan dengan tenaga manusia dan juga dengan tenaga mesin
harus dengan ketebalan lepada maksimum 200 mm.
Distribusi bahan di seluruh bagian lapisan harus seragam dan penimbunan
harus bebas dari tonjolan, cekungan dan alur-alur atau lapisan material yang
berbeda susunan atau gradasi dengan material di sekitarnya.
Bila permukaan lapisan menjadi terlalu keras atau halus, untuk pemadatan
dengan lapisan berikutnya perlu dilakukan torehan sejajar sumbu penimbunan
hingga kedalaman tidak kurang dari 75 mm sebelum dilapisi dengan lapisan
selanjutnya.
Pada muka dipuncak semua timbunan tanah harus diberi kemiringan tidak
kurang dari 2% untuk mendapatkan drainase yang efektif, walau tidak
diperlihatkan/ditunjukkan dalam gambar. Permukaan dari timbunan tanah harus
dengan kemiringan 2 % hingga dapat berfungsi sebagai drainase.
c. Pemadatan
Pelaksanaan semua penimbunan tidak kurang 90 % dari maksimum dry density.
Semua timbunan harus dilembabkan sebesar 2 % dari angka aotimum dan
kemudian dipadatkan. Distribusi kelembaban yang seragam dapat diperoleh
dengan metode yang telah disetujui olehh Direksi bagi pemadatan lapisan. Bila
lapiasan teratas (dari lapisan sebelumnya) dan timbunan yang dipadatkan atau
tanah pondasi menjadi kering atau basah untuk memperoleh ikatan yang baik
perlu dilakukan penorehan dan pelembaban dengan menggunakan pencaran
air untuk memperoleh kadar air yang baik bagi peletakan lapisan selanjutnya.
d. Prosedur Pengujian Pemadatan
Metode percobaan untuk timbunan tanah yang akan dipadatkan harus
mempunyai kepadatan kering lebih besar atau sama dengan persentase yang
ditentukan oleh ASTM D1557. Metode C. Metode ini akan digunakan pada
urugan yang dipadatkan, urugan dengan timbunan tanah dan untuk mengatur
pemadatan relative (Relative Compaction) pada kadar air yang optimum dari
tanah urugan yang dipadatkan, urugan dengan timbunan tanah dan tanah
dasar. Alternatif lain percobaan 11 dari BS 1377 dapat digunakan sebagai
pengganti ASTM 1557
Selama pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor di bawah pengawasan Direksi, akan
melaksanakan beberapa percobaan sesuai yang diperlukan untuk meneliti
material, untuk menentukan karakteristik pemadatan, menentukan kadar air dan
menentukan kerapatan urugan di tempat. Test ini dilakukan Kontraktor dan akan
digunakan untuk menguji urugan sesuai kebutuhan spesifikasi.
Pengujian dilakukan oleh Kontraktor atau laboratorium menyelidikan yang
diusulkan Kontraktor dan telah disetujui kapan, dimana, sesuai yang
diperintahkan Direksi. Biaya semua percobaan pemadatan dan percobaan
lainnya yang disebutkan di atas di tanggung Kontraktor.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-24
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

8. Pengurugan kembali Pada Bangunan-bangunan dan Pada Pekerjaan Pasangan


Batu
Apabila tidak disebutkan pada gambar atau tidak disyaratkan khusus, semua
urugan pada jarak 2 m dari tembok dan pangkal box culvert, atau gorong-gorong
harus terdiri dari bahan kerikil yang halus bebas dari lumpur. Bahan-bahan ini juga
yang berada di tempat lainnya, bila tidak praktis dipadatkan dengan roller, harus
dilakukan dengan penyiraman air untuk kemudian dipadatkan dengan lapis demi
lapis tidak boleh dari 200 mm tebal, berat dari alat pemadatan tidak boleh kurang
dari 20 kg dan tidak boleh lebih dari 150 gr/cm2 luas permukaan alat pemadat.
Material untuk pengurugan dibawah dalam keadaan mempunyai kelembaban 2 %
dari kondisi optimum. Menggenangi dengan air atau menggunakan pancaran air
tidak boleh dilakukan kecuali bila telah disetujui Direksi. Pemadatan urugan tidak
boleh kurang dari 90% maksimum dry density.
9. Kelebihan Galian dan Pembuangan Sisa Galian
Semua bahan hasil dari galian yang berlebihan yang dianggap perlu oleh Direksi
harus dipindahkan/dibuang dari lokasi pekerjaan dan biaya untuk itu ditanggung
oleh kontraktor. Kontraktor harus menyediakan lokasi buangan akhir untuk sisa
tanah hasil galian yang tidak terpakai, diluar lokasi pekerjaan atau sesuai petunjuk
Direksi.

E. PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

1. Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan meliputi pengadaan alat, bahan dan tenaga kerja keperluan


pekerjaan ini.
b. Pekerjaan ini meliputi pemasangan pondasi batu kali dengan bahan yang
tersebut dalam persyaratan ini.
2. Syarat-Syarat Bahan

a. Bahan berupa batu kali yang mempunyai kualitas baik, tidak porus, dan tidak
mudah pecah.
b. Bahan seperti semen, pasir dan air sebagaimana yang disyaratkan pada
pekerjaan beton.
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Dasar galian bebas dari lumpur.


b. Apabila muka air tanah cukup tinggi, sehingga dasar galian selalu terendam
oleh air. Maka harus dibuat dewatering dengan jalan membuat lubang
pemompaan.
c. Aanstamping segera dipasang setelah dilakukan galian tanpa menunggu
galian selesai seluruhnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari dasar galian
menjadi lumpur akibat dari injakan-injakan para pekerja.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-25
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

d. Aanstamping dipasang dalam posisi berdiri rapat dan ditumbuk padat.


e. Agar pasangan aanstampeng mempunyai ikatan yang baik tidak goyah, maka
celah-celah kecil harus diisi dengan pasir dengan cara pasir-pasir yang
disebar diatas pasangan aanstampeng disiram dengan air agar pasir dapat
masuk kecelah-celah batu.
f. Ukuran pondasi batu kali harus sesuai dengan gambar, baik itu ukuran lebar
dengan dasar, tinggi pondasi yang mana dari ukuran yang salah akan
mempengaruhi kemampuan daya dukung pondasi tersebut.
g. Pemasangan pondasi batu kali mengunakan campuran 1Pc : 5 Ps. Dalam
pemasangannya antara batu kali tidak boleh ada yang bersentuhan satu sama
lain, sehingga ikatan antara batu kali menjadi baik.
h. Pemasangan harus baik, lurus dan pada bagian luar diusahakan
menggunakan penampang yang baik hingga menghasilkan tampak pondasi
yang rapi.
4. Pembuatan lubang suling-suling

a. Bila lubang suling-suling diperlukan untuk membentuk suatu tembok atau


tembok bangunan lainnya, maka metode pembentukan lubang suling-suling
harus didasarkan atas persetujuan dari Direksi.
b. Lubang suling-suling yang pertama harus dipasang 400 mm dari atas dasar
saluran. Pada setiap jarak 2,00 m pada arah dipasang 1 suling-suling sedang
pada arah vertikal dipasang 2 suling-suling. Pemasangannya dipasang secara
zig-zag.
c. Lubang suling-suling harus dibentuk agar miring terkecuali diperintahkan lain
oleh Direksi.
d. Terkecuali disyaratkan atau diperintahkan oleh Direksi, lubang suling-suling
berdiameter 50mm harus ditempatkan pada jarak antara bak horizontal
maupun vertikal tidak lebih dari masing-masing 1000 mm dan 500 mm.
e. Di belakang pipa-pipa suling harus diberi serat/filter dari ijuk atau serabut
kelapa untuk mencegah agar tanah/pasar tidak masuk ke dalam pipa-pipa
suling.
5. Pekerjaan Akhir Pasangan Batu

a. Sambungan dari sisi muka batu harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak menutupi batu sewaktu pekerjaan
dilaksanakan.
b. Terkecuali disyaratkan lain, bagian puncak horizontal dari seluruh pasangan
batu harus dikerjakan akhir dengan tambahan dari lapis aduk setebal 15mm
yang dikerjakan ke permukaan yang merata dengan kemiringan yang akan
menjamin perlindungan terhadap air hujan dan dengan sudut yang dibulatkan.
Lapisan tersebut harus dimasukkan kedalam dimensi yang disyaratkan dari
struktur.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-26
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

c. Bilamana ditunjukkan dalam gambar rencana, semua permukaan pasangan


batu yang dialiri air difinishing dengan plesteran semen sesuai dengan gambar
bestek yang ada.
6. Pekerjaan trucuk kayu gelam

a. Bahan material gelam


Dalam hal penyediaan kayu gelam, kontraktor harus memberikan contoh
kepada pengawas atau Direksi untuk mendapatkan persetujuan. Bahan
berkualitas baik, dalam keadaan masih segar, lurus dan tidak lapuk dengan
ukuran diameter ujung 10 cm dan 12 cm bagian pangkalnya serta panjang
2.50 m. Yang diukir pada diameter gelam adalah diameter gelam pada bagian
yang keras.
b. Pelaksanaan pemancangan
Alat pemancang termasuk alat pemukul tiang pancang disiapkan oleh
kontraktor. Kontraktor harus membuat gambar metode pelaksanaan
pemancangan berserta peralatan dan kapasitasnya. Gambar tersebut diajukan
ke Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuaan. Apabila
kontraktor tidak menggunakan alat pemancang dengan hammer, maka
kontraktor mengajukan alat pemancang dan metode pelaksanaannya untuk
mendapat persetujuan pengawas dan Direksi. Apabila dari hasil pemancangan
tersebut di atas menurut Direksi hasilnya meragukan misalnya tiang trucuk
miring, pecah dan sebagainya maka kontraktor harus mencabut ting trucuk
tersebut dan diharuskan melakukan pemancangan ulang. Segala kerugian
yang ditimbulkan akibat hal tersebut di atas adalah menjadi tanggung jawab
kontraktor sepenuhnya.

F. PEKERJAAN BETON

1. Umum

a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan semua struktur beton termasuk beton tak
bertulang, beton bertulang dan bagian beton dari struktur yang tercantum
dalam gambar rencana atau sebagaimana diperintahkan oleh Direksi.
b. Standar-standar yang dipakai
Pada setiap tahapan pekerjaan beton, yakni perencanaan, pelaksanaan dan
pemeliharaannya berlaku ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
peraturan beton bertulang indonesia, yang selanjutnya disingkat dengan PBI.
Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
PBI, maka dipakai standar SKSNI-T15.ACI, ASTM dan AASHTO.
c. Mutu beton
Jenis mutu beton yang akan digunakan pada masing-masing bagian pekerjaan
yang tercantum dalam gambar rencana harus sesuai dengan uraian dalam

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-27
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

spesidfikasi teknis ini atau sesuai dengan petunjuk Direksi. Jika tidak
ditentukan, maka mutu beton yang dipakai adalah sebagai berikut:
K.225 Digunakan untuk bangunan rumah jaga dan rumah pompa,
bangunan kolam olak/ folder, dan konstruksi rumah genset dan pondasi genset.
Untuk menjaga mutu beton yang dibuat, maka harus ada keterlibatan dari pihak
terkait lain yang menangani pekerjaan Quality Assurance (QA) dan Quality
Control (QC) di lapangan beban biaya kontraktor.
Tabel 5.6.1. Ukuran Nominal Agregat
Mutu Ukuran Karakteristik dalam
beton nominal kg/cm2 pengujian pada
struktur fc’ agregat (mm) saat pelaksanaan
(Mpa)
K 350 20 350
K 225 20 225

d. Pengajuan
1. Kontraktor harus mengajukan contoh semua bahan yang hendak digunakan
dengan data pengujian yang harus memenuhi spesifikasi.
2. Kontraktor harus mengajukan desain campurannya untuk setiap jenis
pekerjaan pengecoran beton.
3. Kontraktor harus mengajukan secara tertulis hasil seluruh pengajian
pengendalian kualitas yang terinci dengan segera setelah tersedia atau ia di
minta oleh Direksi. Hasil pengujian kuat tekan 3 hari, 7 hari dan 28 hari
berturut-turut setelah tanggal pencampurannya.
4. Kontraktor harus mengajukan gambar dari semua perancah yang akan
digunakan, mendiskusikan metode kontruksi dan program kerjanya serta
memperoleh persetujuan sebelum memasang setiap perancah atau
memulai pekerjaan beton lainnya. Persetujuan tersebut tidak akan
membebaskan kontraktor dari tanggung jawabnya pada setiap struktur.
5. Kontraktor harus memberitahu Direksi secara tertulis paling tidak 24 jam
sebelum memulai untuk mencampur atau mengecor beton.
e. Kondisi Pekerjaan
Kontraktor harus menjaga suhu dari semua bahan-bahan terutama agregat
kasar pada tingkatan yang serendah mungkin dan harus menjaga suhu dari
beton di bawah 30C pada waktu pengecoran.
Sebagai tambahan, maka Kontraktor tidak akan mengecor beton apabila :
a. Kecepatan penguapan melebihi 1,0 kg/m2/jam
b. Lengas nisbi dari udara kurang dari 40 %
c. Hujan atau bila udara penuh debu (tercemar)
d. Kondisi lapangan yang tidak memungkinkan atau tidak ada persetujuan
Direksi untuk mengecor.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-28
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

f. Pembetulan pekerjaan yang kurang memuaskan


1. Pembetulan dari pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi
yang dirinci dalam spesifikasi, atau hasil akhir permukaan yang tidak
memuaskan, atau tidak memenuhi persyaratan sifat campuran yang dirinci
dalam spesifikasi, harus meminta petunjuk Direksi yang meliputi :
- Perubahan dalam perbandingan campuran untuk sisa pekerjaan.
- Penguatan atau pembuangan seluruh dan penggantian bagian
pekerjaan yang dianggap kurang memuaskan
- Tambahan pada cacat-cacat kecil
2. Dalam hal adanya perselisihan mengenai kualitas pekerjaan beton atau
setiap keraguan mengenai kelayakan data pengujian yang tersedia, maka
Direksi dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan pengujian tambahan
yang diperlukan untuk menjamin bahwa suatu penilaian yang cukup baik
mengenai kualitas pekerjaan dapat dibuat. Pengujian tambahan tersebut
harus atas biaya sendiri dari Kontraktor.
2. Persyaratan Bahan

Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini, semua
bahan yang dipakai untuk pekerjaan beton harus memenuhi ketentuan yang
tercantum pada bagian 2 bab 3 dari PEDOMAN BETON 1988 (SKBI-1.453.1988).
a. Semen
1. Semua semen yang boleh digunakan adalah Semen Portland type-1 yang
ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standart Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1986 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam standart tersebut.
2. Kecuali diijinkan lain oleh Direksi, maka hanya produk dari satu pabrik (Satu
merk) untuk setiap jenis semen Portland yang boleh digunakan untuk
pekerjaan beton.
3. Semen yang diterima dalam kantong-kantong yang masih tersegel dan
tidak pecah.
4. Kecuali jika diperintahkan lain oleh Direksi, keterangan hasil pengujian dari
pabrik harus disertakan bersama setiap pengiriman semen untuk menjamin
mutu semen sesuai standart.
5. Kontraktor harus menyediakan contoh dari setiap pengiriman semen yang
telah diserahkan ke tempat kerja kepada Direksi yang diperlukan untuk
pengujian. Bila menurut penilaian Direksi semen tersebut berbungkah atau
berbongkol, Direkksi harus menolak semen tersebut dan Kontraktor harus
segera menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.
6. Semen yang telah disimpan lebih dari 40 (empat puluh) hari dan semen
yang menurut penilaian Direksi kualitasnya meragukan tidak boleh
digunakan dalam pekerjaan. Bahan yang ditolak harus segera dikeluarkan
dari lapangan paling lambat dalam waktu 1 x 24 jam.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-29
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

7. Jenis semen yang berbeda harus disimpan di tempat yang terpisah dan
diberi tanda yang jelas. Semen yang dikirimkan ke lokasi pekerjaan dalam
drum atau kantong oleh pemasok (supplier) atau pabrik harus disimpan di
dalam drum atau kantong tersebut telah dibuka, semen tersebut harus
segera digunakan. Bila ada keterbatasan ruang untuk penyimpanan semen
dilokasi pekerjaan, semen harus disimpan di pusat lokasi proyek dan dapat
didistribusikan sesuai kebutuhan masing-masing pekerjaan.
b. Agregat
1. Secara umum, agregat harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII
00520-80 dan persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi ini. Bila tidak
tercakup dalam SII 00520-80 maka agregat harus memenuhi ketentuan
ASTM C33
2. Gradasi agregat kasar dan halus sesuai dengan persyaratan yang diberikan
dalam tabel berikut :
Tabel 5.6.2. Spesifikasi Analisa Saringan Agregat
Ukuran ayakan
Persentase berat yang lolos
standar
Agregat
Mm Inch Agregat Pilihan Agregat Kasar
Halus
50 2 - 100 - - -
37 1½ - 95 –100 100 - -
25 1 - - 90 –100 100 -
19 ¾ - 35 –70 - 90–100 100
13 ½ - 10 –30 25 –60 - 90–100
10 3/8 100 0–5 - 20 –55 40–70
4.75 4 95 –100 - 0 – 10 0 – 10 0 – 15
2.36 8 - - 0–5 0–5 0–5
1.18 16 45 –80 - - - –
0.3 50 10 –30 - - - -
1.15 100 2 -10 - - - -
3. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa seingga ukuran partikel
terbesar tidak lebih besar daripada ¾ dari jarak minimum antara batang
tulangan atau perbatasan lainnya dalam jarak di mana pekerjaan beton
harus ditempatkan.
4. Jumlah total lempung dan lumpur di dalam pasair alam tidak boleh melebihi
ketentuan yang ada dalam ACI dan ASTM.
5. Agregat harus bebas dari bahan-bahan organic seperti dirinci dalam
AASHTO
6. Pengambilan contoh dan pengujian agregat harus dilakukan memenuhi
ketentuan yang sesuai dengan bagian-bagian dalam ASTM. Kontraktor
harus memberi jaminan kepada Direksi, bahwa agregat yang akan dipasok
tidak akan meningkatkan reaksi alkali dengan semen.
7. Sebelum pekerjaan adukan contoh dimulai, Kontraktor harus menyerahkan
contoh sebanyak 50 kg, dari masing-masing agregat yang diusulkan akan

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-30
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

digunakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi dan harus disimpan di


lapangan untuk digunakan sebagai patokan (acuan)
8. Kontraktor harus menyiapkan cara-cara penimbunan agregat pada setiap
tempat dimana pekerjaan pembetonan dilakukan sedemikian :
- Ukuran nominal dan agregat kasar dan agregat halus harus
ditempatkan terpisah setiap waktu
- Pengotoran terhadap agregat yang disebabkan oleh tanah dan
benda-benda lainnya dapat dihindarkan setiap waktu
- Setiap timbunan agregat harus mampu mengalirkan air (lolos air)
9. Kontraktor harus memastikan bahwa agregat kasar dicurahkan, disimpan
dan dipindahkan dari tempat penyimpanan dengan cara sedemikian
sehingga tidak menyebabkan pemisahan. Agregat kasar harus berupa
koral/batu pecah yang mempunyai susunan gradasi yang baik, keras
porous, tajam dan bentuknya relatif kubus.
10. Agregat kasar mempunyai ukuran butir di antara 5 sampai dengan 20 mm,
ukuran yang lebih besar dari 38 mm untuk penggunaannya harus mendapat
persetujuan dari Direksi, sesuai dengan dimensi struktur dan kerapatan
tulangan dimana adukan akan dicor.
11. Gradasi dari agregat kasar secara keseluruhan harus dapat menghasilkan
mutu beton yang dikehendaki, padat dan mempunyai daya kerja yang baik
dengan semen dan air dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
12. Pasir yang digunakan harus benar-benar pasir cor bukan pasir laut.
13. Agregat kasar dan agregat halus harus selalu bersih dari gumpalan tanah
liat, lumpur, minyak dan bahan organis yang merugikan.
14. Agregat halus mempunyai modulus kehalusan butir antara 2 sampai
dengan 32 jika diselidiki dengan saringan standar, berbentuk tajam dan
keras.
15. Gradasi dari agregat halus harus menghasilkan mutu beton yang
dikehendaki.
16. Semua agregat harus disimpan di tempat bersih yang keras permukannya
dan dicegah supaya tidak terjadi percampuran dengan material/bahan lain
dan terkotori.
17. Direksi dapat meminta pada Kontraktor untuk mengadakan test kualitas dari
agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang ditunjuk oleh
Direksi, setiap saat dalam laboratorium yang diakui. Dalam hal adanya
perubahan sumber darimana agregat tersebut disuplai, maka Kontraktor
diwajibkan untuk memberitahu kepada Direksi.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-31
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Tabel 5.6.3. Sifat Agregat Beton


Pengujian Batas
Sifat AASHTO Maksimum
yang diijinkan
- Kehilangan akibat abrasi pada 500 T96 40 %
putaran dengan Mesin Los
Angeles
- Kehilangan akibat penentuan T104 10% 12%
kualitas dengan Sodium Sulfat
setelah 5 putran
- Persentase gumpalan tanah liat T112 0,5 % 0,25%
dan partikel yang dapat pecah
dalam agregat
- Bahan-bahan yang lolos ayakan T11 3% 1%
200
18. Agregat halus basah tidak boleh digunakan sampai menurut pendapat
Direksi agregat tersebut telah kering hingga memenuhi kadar air yang tetap
dan seragam. Bila diperlukan untuk memenuhi ketentuan dalam pasal ini,
Kontraktor harus melindungi gundukan/timbunan dari pengaruh cuaca
buruk. Bila keadaan tempat/lokasi kerja terbatas bagi penyimpanan
agregat, agregat harus disimpan di pusat lokasi kerja dan akan
didistribusikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis
pekerjaan denga cara sedemikian rupa sehingga terhindar dari pengotoran
dan pemisahan terhadap agregat.
c. Air
1. Air yang digunakan dalam mencampur, merawat, atau penggunakan lain
yang direncanakan harus bersih dan bebas dari setiap zat-zat yang
merugikan seperti minyak, garam, asam alkali, basa, gula atau zat organic
yang dapat memenuhi persyaratan ASTM atau PBI.
2. Air dengan kualitas sebagai air nimum dapat digunakan tanpa pengujian
3. Direksi berhak mengharuskan Kontraktor memeriksa air yang dipakai di
laboratorium bahan yang diakui dan sah, atas biaya Kontraktor.
d. Agregat
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan/dicampur bersama bahan
beton selama pengadukan dengan maksud memperbaiki sifat-sifat campuran
beton. Kecuali diijinkan atau diperintahkan oleh Direksi, Kontraktor tidak
diperkenankan mempergunakan admixture. Metode penggunaan dan jumlah
bahan tambahan yang digunakan harus seijin dan disetujui Direksi. Tetapi
persetujuan ini tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor untuk
menghasilkan beton dengan kekuatan dan “kemudahan pengerjaan” sesuai
dengan ketentuan. Beton yang meliputi berbagai kelas/mutu yang
menggunakan bahan tambahan harus direncanakan dan dibuat adukan contoh
tersendiri dan disetujui Direksi, demikian pula bila beton dengan kelas

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-32
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

tersendiri. Bahan tambahan yang mengandung calcium khlorida tidak boleh


digunakan denga alasan apapun.
3. Pencampuran Bahan

Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini,
persyaratan mengenai campuran beton baik mengenai perencanaan campuran
dan pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada bagian 3
bab 4 dari PEDOMAN BETON 1988 (SKBI – 1.4.53.1988)
4. Rencana Campuran Beton

Pada saat dimulainya pekerjaan Kontraktor harus membuat adukan untuk setiap
mutu beton yang tercantum pada tabel 6.1.1 yang akan digunakan dalam
pelaksanaan pembangunan dan detail rencana campuran harus dimasukkan untuk
disetujui Direksi. Setiap rencana campuran harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1. Agregat terdiri dari “fine aggregate”/butiran halus dan “coarse
aggregate”/butiran kasar dengan ukuran maksimum ditentukan dalam tanel
6.1.2. Kombinasi mutu agregat harus menerus. Agregat harus dihitung
berdasarkan berat.
2. Campuran harus dibuat agar dapat menghasilkan silinder beton dengan
karakteristik kekuatan pada umur 28 hari setelah pengecoran tidak lebih kecil
dari kekuatan yang ditentukan pada tabel 6.1.1. Untuk beton yang
menggunakan semen yang berbeda dengan Portland Cement atau bahan
tambahan yang diakui, kekuatannya tidak boleh kurang dari pada yang
tercantum dalam tabel 6.1.1. Tetapi campuran tersebut harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi.
5. Workability (Kelecakan Beton)

Kemudahan pengerjaan setiap mutu beton harus sedemikian rupa sehingga


pemadatan dengan hasil yang memuaskan dapat diperoleh bila beton dicor dan
divibrasi dan tidak memisah bila ditangani, diangkut dan dipadatkan dengan
metode yang diusulkan akan digunakan Kontraktor dalam penanganan,
transportasi dan pemadatan beton yang bersangkutan dalam pekerjaan. Untuk
beton bertulang, pemadatan ditentukan dengan metode yang diuraikan dalam ACI
dan ASTM harus tidak kurang dari 0,85 dan tidak lebih besar dari 0,92.
Kekentalan (konsistensi) adukan beton harus disesuaikan dengan cara transport,
cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan.
Kekentalan tersebut dapat tergantung pada berbagai hal, antara lain jumlah dan
jenis semen, nilai faktor air semen, jenis ukuran butir dari agregat serta
penggunaan bahan-bahan pembantu.
6. Contoh Campuran Beton

Segera setelah Direksi menyetujui rencana campuran beton untuk setiap jenis
mutu beton struktur dan selama atau setelah pelaksanaan tes pendahuluan,

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-33
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Kontraktor harus menyiapkan suatu percobaan campuran dari setiap mutu beton
dengan dihadiri/diketahui oleh Direksi. Percobaan campuran akan dicampur dalam
waktu yang bersamaan dan ditangani oleh alat yang sama seperti yang diusulkan
Kontraktor untuk digunakan dalam pekerjaan. Setiap campuran tidak boleh kurang
dari 0,5 M3 beton. Proporsi dari semen, agreget dan air ditentukan dengan teliti
berdasarkan berat sesuai dengan campuran/adukan yang disetujui Direkksi (atau
adukan yang diperbaiki setelah tes pendahuluan) dan analisa ayakan harus dibuat
dengan metode yang diuraikan dalam ASTM dan atau ACI, bagi agregat halus dan
dari setiap ukuran nominal agregat kasar. Faktor pemadatan dari setiap kelompok
contoh adukan, harus ditentukan dengan segera setelah pengadukan dengan
menggunakan metode yang diuraikan dalam ASTM dan atau ACI dan tidak boleh
melebihi dari batas yang tercantum dalam butir spesofikasi ini. Kontraktor harus
membuat 3 kelompok contoh adukan secara terpisah untuk setiap adukan dan 3
(tiga) “silinder uji tekan” (150 x 300 mm) akan dibuat dari setiap adukan dengan
disaksikan oleh Direksi.
Silinder harus dibuat, disiram, disimpan dan diuji 28 hari setelah pembuatan sesuai
dengan metode yang diuraikan dalam ASTM dan atau ACI. Jika nilai rata-rata
kekuatan dari 9 siliner diuji setelah berumur 28 hari kurang adari kekuatan contoh
adukan yang tertera pada tabel 6.1.1 Kontraktor harus merubah adukan serta
membuat contoh adukan dan silinder selanjutnya.
Selanjutnya, untuk kemudahan dalam pekerjaan pengecoran maka Kontraktor
harus mengajukan metode pelaksanaan pengecoran yang dianggap paling efisien
menurut Kontraktor berkaitan dengan besarnya volume beton dan berkaitan
dengan luas areal yang tersedia di lapangan. Metode pelaksanaan tersebut harus
diajukan paling lambat 3 hari sebelum pengecoran untuk mendapatkan
persetujuan Direksi.
7. Batasan Rasio Campuran Air/Semen

Dalam merencanakan dan menentukan adukan beton untuk digunakan dalam


pekerjaan, Kontraktor harus memperhatikan ketentuan terdahulu dan juga
memperhatikan batasan-batasan lain pada rasio air/semen yang diperlihatkan
pada gambar atau yang dinyatakan/disebutkan sesuai penggunaan beton
pada bagian tertentu pekerjaan.
8. Pengadukan Beton

a. Pengadukan Beton
Beton harus diaduk dalam alat pengaduk mekanis atau beton molen yang
mampu mengkombinasikan agregat, semen dan air (termasuk bahan
campuran tambahan, jika ada) ke dalam suatu campuran yang berwarna
seragam dan melepaskan campuran tanpa pemisahan. Pada permulaan
pekerjaan, dengan pengaduk yang bersih, pengadukan pertama hanya terdiri
dari setengah bagian dari jumlah normal agregat kasar untuk mengganti
pelekatan bahan lain pada drum. Keadaan kadar air asli agregat harus

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-34
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

ditentukan sebelum dimulainya pengadukan setiap harinya dan pada periode


tertentu dalam 1 hari pengadukan bila diperlukan.
Kontraktor harus memperhitungkan kandungan air dalam angregat bila
menentukan jumlah air yang ditambhakan ke setiap campuran, dan akan
mengatur jumlah air yang ditambahkan ke setiap adukan untuk menjaga rasio
air/semen dari adukan selalu tetap.
b. Pengawasan Mutu Beton
1. Pengawas berhak meminta setiap saat pada Kontraktor untuk membuat
benda uji berupa silinder dari adukan beton yang dibuat. Pengambilan
contoh beton harus sesuai dengan ketentuan dari PBI 89 dan ASTM C172.
pembuatan dan perawatan benda uji harus sesuai ketentuan ASTM C31
dan diuji berdasarkan ASTM C39 di laboratorium yang berwenang dan
disetujui oleh Direksi.
2. Yang dimaksud dengan kekuatan beton disyaratkan (fc’) adalah hasil test
tekan silinder φ 150 mm x H 300 mm pada umur beton 28 hari.
3. Jumlah pengambilan dari setiap mutu beton yang dituang dalam satu hari
harus diambil tidak kurang dari satu kali. Satu pengambilan contoh mewakili
suatu volume rata-rata yang tidak lebih dari 20 m3 atau 5 truk mixer atau 1
batch (dipilih yang volumenya terkecil). Pada setiap kali pengambilan
contoh beton harus dibuat empat pasang spesimen silinder yang dites
sebagai berikut :
- 1 pasang dites pada umur 3 hari
- 1 pasang dites pada umur 7 hari
- 2 pasang dites pada umur 28 hari
4. Laporan uji tekan harus diserahkan kepada pengawas satu hari sesudah
selesai pengujian. Evaluasi hasil uji tekan umur 28 hari dilakukan
berdasarkan ketentuan sebagai berikut :
- Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji berturut-turut yang masing-
masing terdiri dari tempat hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ +
0,82S)
- Tidak satu pun sari hasil uji tekan mempunyai nilai rata-rata kuat tekan 2
buah spesimen silinder dari contoh beton yang sama (atau 1 pasang
spesimen).
5. Apabila dalam pelaksanaan nanti kedapatan bahwa hasil uji tekan gagal
memenuhi syarat spesifikasi dan telah pula dilakukan penyelidikan lain dan
hasilnya gagal pula, maka bagian pekerjaan tersebut harus diperkuat
dengan suatu metode yang mana seluruh biaya untuk itu, baik untuk
perencanaan maupun pelaksanaannya ditanggung oleh Kontraktor
sepenuhnya.
6. Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, pengawas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti
berikut :

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-35
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

- Konstruksi beton kropos


- Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau
posisinya tidak sesuai dengan gambar.
- Konstruksi yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang
direncanakan
- Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lain
Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus
dibongkar dan diganti dengan yang baru, kecuali Direksi menyetujui untuk
diadakan perbaikan atau perkuatan dan cacat yang ditimbulkan tersebut.
7. Pengujian tambahan yang diminta oleh pengawas mengenai mutu beton
dengan metode Destructive test atau pub non-destrucctive test, biaya
ditanggung oleh Kontraktor pelaksana.
9. Persyaratan Pelaksanaan

Secara umum, kecuali ditentukan lain secara khusus dalam spesifikasi ini,
persyaratan mengenai pelaksanaan pembetonan yang meliputi pengadukan,
pengangkutan, penanganan, pengecoran, perawatan, bekeisting, penulangan,
siar konstruksi, sparing dan lain-lain harus memenuhi ketentuan yang
tercantum pada bagian 1 bab 5 dan bab 6 dari PEDOMAN BETON 1988
(SKBI 1.4.53.1988).
a. Siar-siar Konstruksi

1. Semua siar-siar konstruksi dalam beton harus dibentuk rata harizontal


atau vertikal. siar-siar tersebut harus berakhir pada bekisting yang
kokoh dan tunjang dengan baik, jika perlu bekisting dibor guna
melewati penulangan.
2. Bila pekerjaan pengecoran ditunda sampai beton yang sudah dicor
mulai mengeras, maka dianggap terdapat siar kontruksi. Kontraktor
harus menyerahkan kepada Direksi jadwal secara detil rencana
pembetonan semua bagian pekerjaan.
3. Jika diperlukan siar kontruksi di tempat yang lain dari pada yang telah
disetujui, karena adanya kerusakan alat atau alasan lain yang tak
terduga, harus disediakan penopang tegak lurus pada garis tegangan-
tegangan utama tetapi jika lokasinya dekat tumpuan suatu plat atau
balok, atau di tempat lain yang dianggap berbahaya oleh Direrksi,
maka beton yang sudah dicor harus di pecah kembali dan disingkirkan
sehingga dicapai lokasi yang cocok untuk siar kontruksi sebagaimana
yang disetujui oleh Direksi.
4. Pengecoran beton harus dilaksanakan secara terus menerus dari satu
siar ke siar berikutnya, tanpa memperhatikan jam-jam makan.
5. Permukaan siar beton yang sudah dicor harus dibersihkan seliruhnya
dari benda-benda asing atau serpihan-serpihan. Jika beton kurang dari
3 hari umurnya, permukan tersebut harus disiapkan dengan pencucian

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-36
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

dan penyikatan seluruhnya. Jika umurnya lebih dari 3 hari atau sudah
terlalu keras, permukaan tersebut harus di-sand blasted untuk
memperlihatkan agregat.
6. Kontraktor harus memperhatikan bahwa permukaan telah disiapkan
dan dibersihkan sebelum pengecoran disetujui oleh Direksi. Bekisting
harus diperiksa lagi dan dikencangkan. Pemadatan dan penggetaran
harus dilakukan pada permukaan lama dan ke sudut-sudut cetakan
beton.
b. Pembuatan Bekisting

7. Semua cetakan beton dan penopang-penopangnya harus didisain oleh


kontraktor dan diserahkan kepada Direksi berupa gambar dan
perhitungan untuk mendapat persetujuan. Gambar dan perhitungan
tersebut hendaknya diserahkan minimal 7 (tujuh) hari sebelum
bekisting mulai dikerjakan.
8. Cetakan harus benar-benar lurus, rata dan kokoh sehingga cukup
untuk menahan defleksi, gerakan-gerakan dan getaran yang
membahayakan akibat tekanan dan adukan beton cair atau padat.
9. Semua sambungan harus ditutup rapat untuk menghindari kebocoran
air semen dan dibuat sedemikian sehingga permukaan beton yang
kelihatan (exposed surface) lurus, rata dan kokoh.
10. Bila ada bagian beton yang sempit dan mempunyai kedalaman yang
sangat besar, harus dibuat lubang-lubang pada sisi-sisi cetakan di
posisi yang disetujui Direksi untuk memungkinkan penuangan dan
pemadatan beton yang memadai.
11. Penggunaan pengikat (batang tarik) yang ditanam dalam betan
diperkenakan setelah mendapat persetujuan dari Direksi.
Penampatannya harus didisain sehingga tidak ada bagian yang
tertanam lebih dekat dengan permukaan beton dari pada selimut
betonnya untuk melindungi baja tulangan di lokasi tersebut.
12. Semua lubang bekas batang pengikat harus diisi dengan beton atau
spesi dengan cara yang disetujui Direksi dan harus tidak berbekas
pada permukaan beton.
13. Cetakan harus mempunyai lubang-lubang sementara yang
kegunaannya untuk membuang kotoran. Lubang-lubang ini harus
ditutup dengan rapi sebelum pengecoran.
14. Bekisting harus dibuat sedemikian sehingga pembongkarannya dapat
mudah dilakukan tanpa membahayakan konstruksi.
15. Jarak maksimum tiang-tiang penyangga harus diatur oleh kontraktor
demi keamanan struktur yang akan dicor. Semua tiang-tiang
penyangga tidak boleh ditempatkan langsung diatas tanah, tetapi
berpijak diatas balok kayu rata atau lantai kerja dengan kokoh.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-37
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

16. Apabila pemasangan bekeisting tidak sesuai dengan ketentuan atau


dianggap kurang baik maka Direksi berhak menyuruh membongkar
dan memperbaiki dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
17. Kontraktor diwajibkan untuk memasang beton deking agar tulangan
tidak menempel pada permukaan bekisting, ketebalan dari beton
deking tersebut harus disesuaikan dengan selimut beton yang
diperlukan yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
18. Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua permukaan cetakan harus
bersih dari segala sesuatu yang dapat mengurangi mutu beton dan
kekuatannya, terutama kotoran-kotoran yang menempel, ataupun
serpiham-serpihan kayu, kawat sisa pemotongan, dan lain-lainnya.
Permukaan dalam cetakan harus disemprot dengan menggunakan air
bertekanan serta udara (kompressor) untukdikumpulkan di suatu
tempat dan selanjutnya diambil dan dibuang.
19. Minyak untuk cetakan dapat dipakai tetapi hatus diperhatikan cara
pelaksanaan harus benar-benar rapi untuk menghindari percikan pada
permukaan siar konstruksi atau baja tulangan.
20. Semua bahan cetakan harus dirawat dengan baik. Bahan yang rusak
tidak diijinkan digunakan. Sebelum digunakan lagi semua cetakan
harus dibersihkan.
c. Pembongkaran Bekisting

21. Pembongkaran dilakukan dimana bahan konstruksi bagian tersebut


harus dapat memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan, atau
pembongkaran dapat dilaksanakan sesuai kekuatan beton
berdasarkan hasil pengujian. Tidak ada cetakan yang boleh dibuka
sebelum disetujui oleh Direksi. Persetujuan ini tidak membebaskan
Kontraktor dari tanggung jawabnya.
22. Pembongkaran bekisting dilaksanakan dengan hati-hati, jangan sampai
merusak betonnya sendiri, Kontraktor wajib memperbaiki dengan
biayanya sendiri, setiap kerusakan yang timbul akibat pembongkaran
dan pemukulan cetakan dan penopangnya. Kerusakan-kerusakan kecil
mungkin dapat diperbaiki dengan mengisi plester/spesi sesuai
kebijaksanaan Direksi. Semua permukaan beton harus benar-benar
halus. Setiap permukaan yang bersisik harus dibersihkan dan lubang-
lubang udara di permukaan diisi dengan campuran spesi 1 : 1 ½.
d. Kerusakan pada Permukaan Bekisting

Pembuatan bekisting dan pembetonan harus sedemikian sehingga tidak


diperlukan lagi perbaikan, permukaan harus rata/halus dan padat. Jika
noda timbul setelah pembongkaran bekisting, keputusan Direksi dalam hal
perpaikan yang diperlukan harus dilakukan segera.
Tindakan tersebut termasuk (tetapi tidak dibatasi) dalam:

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-38
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

1. Sirip, lubang gelembung, pelunturan warna permukaan dari kerusakan


kecil lain dapat disikat dengan karung/kain kasar segera setelah
bekisting dilepas:
2. Permukaan beton yang tidak rata dan ketidak teraturan yang lambat
laun harus digosok dengan Carbo rundum dan air setelah beton
dipelihara dengan baik.
Kerusakan yang seperti ini dan kerusakan lain harus diperbaiki dengan
cara yang disetujui Direksi yang mungkin termasuk penggunaan
“epoxyt resin” yang cocok, dimana perlu, dipotong membentuk
“devetail” yang teratur paling sedikit dengan kedalaman 75 mm dan
diisi kembali dengan beton diatas tulangan kawat baja dan mengikat
pada “dovetail”
e. Pengecoran Beton

1. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran


dan letak baja tulangan sesuai dengan gambar pelaksanaan,
pemasangan instalasi-instalasi yang harus ditanam, penopang dan
pengikat dan lain-lain selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai
permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus
disetujui oleh Direksi.
2. Segera sebelum pengecoran beton, semua permukaan cetakan harus
bersih dari air yang tergenang, reruntuhan atau bahan lepas yang
lainya. Permukaan bekisting dan bahan-bahan yang menyerap pada
tempat-tempat yang akan dicor harus dibasahi dengan merata namun
tidak berlebihan. Baja tulangan harus bersih dari semua kotoran atau
zat pelapis yang dapat mengurangi lekatan dengan beton.
3. Kontraktor harus memperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap
penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem
struktur/penulangan yang ada.
4. Kontraktor harus memperhatikan sebelum pengecoran, dikordinasikan
dengan pekerjaan instalasi listrik dan drainase, terutama yang
menyangkut pipa-pipa sparing yang tertanam dalam beton. Tempat
penempatan sparing-sparing sesuai dengan gambar kerja dan bila
tidak disebutkan, maka kontraktor harus mengusulkan dalam waktu 7
hari sebelum pelaksanaan melalui gambar shop drawing. Untuk
pemasangan sparing-sparing harus dihindari pemotong pembesian.
Jika pemasangan sparing ini dirasa akan menimbulkan masalah.
Kontraktor harus melaporkan dan meminta petunjuk dari Direksi.
Sparing-sparing harus dipasang kuat sehingga tidak bergeser/
berubah kedudukannya selama pengecoran. Sparing pipa harus
dilindungi sehingga tidak terisi adukan beton.
5. Beton hanya boleh dicor pada waktu Direksi atau Wakilnya yang
ditunjuk serta pengawas kontraktor yang setara ada ditempat kerja,

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-39
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

dan persiapan betul-betul telah memadai. Sebelum pengecoran


dimulai, kontraktor wajib meminta ijin tertulis dan pihak Direksi untuk
memulai pengecoran tersebut.
6. Paling lama 2 jam setelah waktu pengadukan pertama kali, beton
harus sudah dituang seluruhnya. Beton yang akan dicor harus
diusahakan agar pengangkutannya ke tempat posisi terahkir sependek
mungkin dan dengan alat yang dapat melindungi dari pengaruh
kontaminasi atau segregasi. Segregasi dalam beton yang disebabkan
jatuh bebas dari tempat yang cukup tinggi, atau sudut yang terlalu
besar, atau bertumpuk dengan baja tulangan-tulangan, tidak dapat
diterima. Kalau diperkirakan segregasi mungkin terjadi, kontraktor
harus mempersiapkan tremie atau alat lain yang cocok untuk
mengontrol jatuhnya campuran beton
7. Pengguaan concrete pump dapat dilakukan degan seijin Direksi.
Kontraktor wajib mengatur campuran beton yang sesuai dan
kecepatan penuangan beton untuk menghindari segregasi, kerusakan
pada baja tulangan, cetakan dan sebagainya.
8. Dalam pemadatan setiap lapisan pada beton, kepala vibrator harus
dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas
dari lapisan yang terletak di bawahnya. Lamanya penggetaran tidak
boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya.
9. Tukang besi harus selalu berada di lokasi pengecoran untuk sewaktu-
waktu membetulkan posisi dari baja tulangan.
10. Jadwal waktu pengecoran harus diatur sedemikian sehingga tidak ada
permukaan beton yang dibiarkan lebih dari 30 menit sebelum
pengecoran berikutnya.
11. Pengecoran beton tidak diperkenakan selama hujan deras, kecuali
dilakukan dalam tempat yang terlindung.
12. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian
beton yang kropos atau cacat lainya maka perbaikan hanya dilakukan
setelah mendapat persetujuan dari Direksi mengenai cara pengisian
atau penambahan dan penutupan lainnya.
13. Jika ketidak sempurnaan tersebut tidak dapat diperbaiki untuk
menghasilkan permukaan beton yang diharapkan, maka harus
dibongkar atau diganti dengan pembetonan kembali. Semua resiko
yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya perbaikan
kembali merupakan tanggung jawab kontraktor.
14. Beton hanya boleh dicor dalam air dengan ijin tertulis dari Direksi dan
dimana menurut anggapan Direksi tidak praktis untuk mengecor di
tempat kering. Jumlah semen pada adukan rasio semen/air dalam
adukan tidak melebihi 0,45. beton tidak boleh dicor dalam air yang
mengalir dan juga tidak boleh jatuh melalui air. Beton hanya dapat

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-40
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

dicor dengan menggunakan kotak kedap air dengan dasar yang


terbuka atau corong pipa cor (tremie) dari jenis yang disetujui Direksi.
Dasar kotak tidak boleh dibuka sampai kotak tersebut terletak dengan
baik di atas tempat pengecoran, dan ujung corong pipa cor harus
selalu tetap di bawah permukaan adukan beton yang baru dicor.
15. Toleransi Dimensional
a. Toleransi kelurusan dan selimut beton
- Toleransi menurut ukuran
Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m + 5 mm
Panjang keseluruhan melebihi 6 m + 15 mm
Panjang balok, pelat lantai atas, kolom + 10 mm
Kolom dinding atau antara tembok kepala
- Toleransi menurut bentuk :
Siku-siku (perbedaan panjang/diagonal) 10 mm
Kelurusan atau busur (penyimpangan dari 12 mm
Garis yang dimaksud) untuk panjang sampai 13m
Kelurusan atau busur untuk panjang 3m-6m 15 mm
Kelurusan atau busur untuk panjang lebih 20 mm
Besar dari 6 m
- Toleransi menurut posisi (dari titik rujukan) :
Posisi rencana dari kolom pracetak +10 mm
Posisi rencana dari permukaan horizontal +10 mm
Posisi rencana dari permukaan vertical +10 mm
- Toleransi menurut kedudukan tegak :
Penyimpangan ketegangan untuk kolom dan +10 mm
dan dinding
- Toleransi menurut ketinggian :
Puncak beton penutup dibawah pondasi +10 mm
Puncak beton penutup dibawah pelat injak +10 mm
Puncak kolom, tembok kepala dan balok +10 mm
melintang
Puncak pelat lantai +10 mm
- Toleransi menurut Kedudukan dasar :
10 mm dalam ukuran panjang horizontal 4 m
- Toleransi untuk selimut beton di atas baja tulangan :
Selimut beton sampai dengan 3 cm + 5 mm
Selimut beton dari 3 cm – 5 cm + 10 mm
Selimut beton dari 5 cm – 10 cm + 10 mm
16. Macam Finishing Permukaan Beton tanpa Cetakan
Finishing pada permukaan beton tanpa bekisting dikategorikan atas
U1, U2,U3, “Spaded” atau “bonded concrete” atau finishing khusus
lainnya yang mungkin ditentukan secara khusus. Bila mutu finishing
tidak ditentukan beton dianggap termasuk finishing kelas U2. finishing
kelas U1 merupakan finishing kelas pertama bagi finishing kelas U2

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-41
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

dan U3 dan untuk muka beton yang halus. Finishing kelas U2 harus
terus menerus seragam atau sisi yang tajam, yang mana (kecuali jika
telah diganti menjadi kelas U2, U3 atau bonded Concrete) tidak boleh
terganggu dengan cara apapun setelah mulai terjadi perkerasan dan
selama periode pemeliharaan, beton yang berlebih segera disingkirkan
setelah pemadatan.
Dimana permukaan beton yang halus ditentukan, lapis buih beton
harus dihilangkan dari permukaan beton kelas U1 dan agregat
diperlihatkan ketika beton masih berwarna hijau. Pada pembetonan
dengan singkup permukaan harus bebas dari lubang/celah dan harus
diusahakan seragam bentuknya dengan menggunakan singkup seperti
halnya pada waktu pengecoran. Dimana “broom finish” diperlukan,
permukaan beton harus diratakan kemudian disapu dengan arah yang
sama dengan menggunakan sapu yang kaku. Finishing kelas U2
dilakukan dengan menggunakan penggaci kayu. Pengaci harus
dilakukan setelah beton mulai keras atau telah cukup keras. Beton
dikerjakan tidak lebih dari keperluan untuk menghasilkan permukaan
yang seragam bebas bekas perataan.

Tabel 5.6.4. Toleransi Maximum Finishing Permukaan Beton tanpa Cetakan


Toleransi Maximum (mm)
Mutu finishing Jalur dan
ketinggian

U1 +12 6 +6 ----
U2 Pasal +6 3 +3 +12
3.5.1.e.16 +6 3 +3 -6
U3 +12 6 +6 +12
F1 +6 6 +6 -6
F2 +3 3 +3 +6
F3

Finising kelas U3 harus dilakukan dengan alat pengaci dari besi.


Pengacian dengan cara ini belum boleh dilakukan sampai lapiasan air
telah hilang dan beton cukup keras untuk mencegah timbulnya lapis
buih beton ke permukaan, sebagai hasil dari pekerjaan yang dilakukan.
Permukaan harus diaci dengan tekanan yangsama dan tidak
meninggalkan bekas alat pengaci. Lihat detail untuk finising permukaan
beton dengan bekisting.

17. Bahan dan Mutu Finishing Untuk Beton dengan Cetakan


- Finishing untuk permukaan beton yang dicetak diklasifikasikan
sebagai F1, F2, dan F3 atau jenis finishing lainnya yang ditentukan.
Bila mutu finishing tidak ditentukan semua bagian luar beton

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-42
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

(external concrete) harus difinishing dengan mutu F2, bagian luar


beton yang berada dalam tanah difinishing dengan mutu F2.
bekisting untuk finishing F3, harus dilapis dengan menggunakan
panel dari material/bahan yang tidak berkarat dengan permukaan
yang harus tanpa cacat seperti plywood yang diamplas papan fiber
(“hard compressed fibre board”) disusun dalam pola yang telah
disetujui dan dipakukan ke bagian bekisting. Besi yang ditempa dan
panel besi tidak boleh digunakan. Bekisting untuk finishing F2,
harus diberi permukaan plat besi tempa, papan atau plywood ataui
panel dari metal yang diatur dalam pola yang seragam yang telah
disetujui, bebas dari kerusakan yang dapat dilihat dari bentuk
permukaannya. Bekisting untuk finishing F1 harus dibuat dari kayu,
lembaran metal atau bahan lain yang sesuai untuk mencegah
hilangnya adukanencer semen bila divibrasi.
- Untuk bahan cetakan beton adalah dari jenis kayu
lembaran/multiplek dengan tebal 18 mm dari kualitas terbaik. Untuk
bahan rangka penguat dan tiang penyangga dari kayu Borneo
super dengan ukuran disesuaikan menurut keperluan. Dapat juga
menggunakan scaffolding dari baja.
- Bahan release agent/mould oil dapat dipakai merk Trikosal produk
Gruneau atau lainnya yang sejenis dengan kegunaan untuk
memudahkan pelepasan/pembongkaran cetakan.
f. Beton Ready Mix

1. Beton Ready Mix harus berasal dari suatu sumber yang disetujui oleh
Direksi dan harus memenuhi persyaratan yang diuraikan pada bagian
ini. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengusahakan agar beton
memenuhi persyaratan dari spesifikasi ini termasuk pengendalian
mutu.
2. Jika salah satu dari persyaratan dalam spesifikasi ini tidak dipenuhi
oleh pemasok, Direksi dapat menarik kembali persetujuannya dan
mengharuskan kontraktor mengganti pemasok
3. Beton harus diangkut dengan truk mixer yang terus menerus berputar
dengan kecepatan sesuai ketentuan dari pabrik.
4. Kontraktor harus meyediakan di lapangan satu mixer drum dengan
kapasitas minimum 12m3 dan menjaganya agar tetap dalam kondisi
jalan untuk dipakai bila terjadi gangguan dalam pemasokan ready mix.
Kontraktor juga harus meyediakan juga material yang memadai untuk
dipakai dengan mixer cadangan tersebut.
5. Kontraktor harus mengatur agar Direksi dapat memeriksa alat pembuat
beton ready mix bilamana diperlukan.
6. Kontraktor harus memiliki data-data dari pemasok ready mix yang
menunjukkan bahwa ketentuan-ketentuan dalam spesifikasi ini telah

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-43
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

dipenuhi oleh pem,asok yang bersangkutan. Proporsi campuran


bahan-bahan dari setiap mixer harus terus didata.
7. Pada dokumen pengiriman harus dicantumkan wakyu pengadukan
dan penambahan air, dikirim bersama pengemudi truk dan diparaf oleh
pencatat waktu yang bertanggung jawab ditempat pengadukan
(batching plant). Penambahan air setelah keluar dari tempat
pengadukan harus di bawah pengawasan Direksi. Sama sekali tidak
diperkenankan penambahan air pada waktu pengecoran.
8. Di lapangan harus dibuat catatan meliputi hal-hal berikut ini:
- Waktu kedatangan truk mixer
- Waktu pengadukan dan penambahan air di batching plant
- Waktu ketika beton dicorkan
- Mutu beton atau kekuatan yang ditentukan dan ukuran agregat
maksimum
- Posisi di mana beton dicor
- Identifikasi silinder uji yang diambil dari truk tersebut
- Slump (faktor kompaksi)
9. Beton harus sudah dituang dan dipadatkan pada posisi akhirnya dalam
waktu 2 jam setelah semen bercampur dengan air kecuali disetujui
oleh Direksi.
10. Hal lain diluar ketentuan di atas kasus mengikuti ketentuan yang ada
dalam PBI 1971 NI-2 atau SKBJ-1.4.53.1988.
g. Perawatan (Curing)

1. Seluruh permukaan beton harus dilindungi selama proses pengerasan


terhadap sinar matahari dan hembusan angin kering.
2. Semua permukaan beton yang terlihat harus diambil tindakan sebagai
berikut:
Sebelum beton mulai mengeras, maka beton setelah pengecoran pada
hari-hari pertama harus disiram, ditutuip dengan karung basah atau
digenangi dengan air selama paling sedikit 2 minggu secara terus
menerus.
Tidak diperkenakan menaruh bahan-bahan diatas kontruksi beton yang
baru dicor (dalam tahap pengeringan) atau mempergunakannya
sebagai jalan mengangkut bahan-bahan.

G. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan pasangan batu bata ini meliputi pekerjaan dinding bangunan dan
seluruh detail yang disebutkan dalam gambar dan sesuai petunjuk Konsultan
Pengawas.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-44
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

2. PERSYARATAN BAHAN

Bata harus baya biasa dari tanah liat, dengan ukuran nominal 6 cm x 11 cm x 24
cm yang dibakar dengan baik, bersudut runcing dan rata, tanpa cacat atau
mengandung kotoran.
Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah mungkin berbeda
dengan ukuran tersebut di atas harus diusahakan supaya tidak terlalu
menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut.
Bata yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
- Kualitas baik.
- Pembakaran matang/dibakar dengan kayu
- Warna merata (merah merata)
- Sisi dengan permukaan rata, tegak lurus, runcing.
- Keras dan tidak mudah patah.
- Harus satu ukuran dan satu kualitas (kalau ada perbedaan tidak boleh lebih
besar dari 3mm)
- Penyerahan di tempat pekerjaan hanya diijinkan maksimum 5% yang patah.
Kualitas bata yang disyaratkan harus mempunyai tekan ultimate min 100 kg/cm2
sesuai dengan ketentuaan pasal 81 dari AV 1984. (secara laboratoris) Apabila
bata yang didatangkan tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, maka
pihak pemborong wajib mengeluarkan material tersebut dari site minimal 1 x 24
jam.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Adukan
Semua dinding mulai dari ujung atas balok pondasi beton sampai 20 cm di
atas lantai dasar yang harus dibuat dari adukan trasram 1 Pc : 3 Ps. Untuk
dinding toilet memakai adukan trasram 1 Pc : 3 Ps sampai ketinggian 150 cm
dari lantai. Untuk dinding-dinding lain dipakai adukan jenis 1 Pc :5 Ps.
b. Pelaksanaan
1. Dinding harus dipasang (uitzet) dan didirikan menurut masing-masing
ukuran ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti yang
ditunjukkan pada gambar, dan pemborong harus memasang piket
(uitzet), lubang-lubang dan sebagainya dengan alat uitzet yang
disetujui.
2. Blok-blok atau bata dipasang dengan adukan pengikat sambungan 10
mm didasari dengan baik dan sambungan-sambungan yang terus lurus
dan rata sehingga terjadi lubang-lubang pada pasangan yang dapat
mempengaruhi kekuatan dinding. Pencampuran spesi harus
menggunakan beton molen.
3. Sebelum digunakan batu bata harus direndam air hingga jenuh.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-45
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

4. Dalam pemasangan tembok tidak boleh meneruskan di suatu bagian


lebih dari satu meter tingginya, serta diikuti dengan cor kolom praktis.
Bidang dinding batu bata tebal ½ batu yang luasnya maksimal 9 m2
harus ditambahkan kolom praktis 12/12 dan balok praktis 12/15
dengan tulangan 4 ф 10, begel ф 6 – 20. Adapun Syarat-syarat bahan
dan pelaksanaannya seperti pada pasal beton.
5. Setelah terpasang, naat / siar-siar harus dikeruk sedalam 1 cm dan
dibersihkan dengan sapu lidi dan setelah kering permukaan pasangan
disiram air.
6. Pelubangan akibat pemasangan perancah pada pasangan bata sama
sekali tidak diperkenankan.
7. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah lebih dari dua
secara berurutan.
8. Sambungan antara pasangan dinding dengan kolam yang telah dicor
sebelumnya harus menggunakan key system ukuran reng 2/3. (tidak
dengan anchorage system)
c. Tahap perawatan
1. Dalam mendirikan dinding yang kena udara luar, harus diberi
perlindungan dengan penutup bagian atas tembok bila sewaktu-waktu
turun hujan
2. Dinding tembok yang dipasang dalam cuaca yang panas harus
dibasahi terus menerus selama paling sedikit 7 hari setelah didirikan.

H. PEKERJAAN PLESTERAN

1. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan meliputi plesteran pada semua dinding batu bata bagian luar
maupun bagian dalam bangunanan serta seluruh detail yang ditunjukkan dalam
gambar termasuk plesteran beton.
2. PERSYARATAN BAHAN

Bahan plesteran berupa portland cement, pasir dan air yang sesuai dengan pasal
pekerjaan Beton.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Semua pasangan yang dilaksanakan dengan adukan 1 Pc : 3 Ps harus


diplester dengan plesteran 1 Pc : 5 Ps. Semua plesteran pada beton harus
menggunakan 1 Pc :3 Ps.
2. Pasir pasang harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti yang
disyaratkan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-46
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

3. Pasangan dinding bata yang akan diplester harus bersih dari kotoran dan harus
dibasahi dahulu agar air semen dalam adukan spesi tidak terserap oleh
pasangan yang mengakibatkan plesteran tersebut tidak dapat melekat dengan
baik.
4. Tebal plesteran 1.5 cm dengan hasil ketebalan dinding 15 cm atau sesuai yang
ditunjukkan dalam detail gambar. Ketebalan plesteran yang melebihi 2 cm
harus diberi kawat ayam untuk membantu dan memperkuat daya lekat
plesteran.
5. Pertemuan plesteran yang bertemu dengan jenis pekerjaan lain (kosen dan lain
sebagainya), dibuat naat (tali air) dengan lebar minimal 7 mm dalam 5 mm,
kecuali ditentukan lain.
6. Plesteran halus (acian) digunakan campuran air dengan semen sampai
mendapat campuran yang homogen. Acian dilaksanakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering betul).
7. Kelembaban plesteran haraus tetap dijaga sehingga pengringan berlangsung
wajar tidak terlalu tiba-tiba, dengan jalan membasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan mnelindungi dari terik matahari secara langsung
dengan bahan penutup yang bisa mencegah penyerapan air secara cepat.
8. Khusus untuk permukaan beton yang akan diplester:
• Seluruh bagian permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar
• Permukaan beton yang akan diplester harus bebas dari kotoran, minyak,
dll
• Plesteran beton menggunakan adukan kedap air 1 Pc : 3 Ps.
• Pasir pasang harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan yang
disyaratkan.

I. PEKERJAAN RABAT BETON

1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pekerjaan ini meliputi pengadaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan


alat-alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini, hingga dapat
tercapai hasil pekerjaan yang bermutu baik.
b. Pekerjaan rabat beton pada pondasi terucuk, di bawah apron saluran dan
kolam rolak serta detail yang disambutkan dalam gambar.
2. PERSYARATAN BAHAN

Bahan-bahan yang disyaratkan disini seperti semen, pasir, kerikil dan air yang
merupakan bahan dasar pembuatan rabat seperti yang disyaratkan pada
pekerjaan beton.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-47
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

1. Bahan-bahan yang akan dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus


diserahkan contoh-contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari konsultan
pengawas.
2. Pekerjaan rabat beton dilakukan langsung diatas tanah, maka sebelum
pasangan dilaksanakan terlebih dahulu lapisan dibawahnya harus sudah
dikerjakan dengan sempurna (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata
permukaannya dan mempunyai daya dukung yang maksimal.
3. Pekerjaan rabat beton ini terdiri dari campuran 1 Pc : 2 1/2 Ps : 5 kr.
4. Tebal lapisan rabat beton ini dibuat sesuai yang disebutkan dalam gambar.
5. Permukaan rabat ini dibuat rata/waterpass, kecuali pada rabat beton keliling
bangunan dibuat dengan kemiringan tertentu sesuai yang ditunjukakan pada
gambar.
6. Permukaan rabat beton dibuat alur-alur supaya tidak terjadi retak akibat
penyusutan beton (shrinkage), dengan jarak lebih kurang 5 cm dengan
kedalaman 0.5 cm.

J. PEKERJAAN CAT DINDING DAN LANGIT-LANGIT BETON EXPOSED

1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, penyediaan tenaga


kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapai hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
b. Pengecatan dinding dilakukan pada bagian luar dalam serta seluruh detail
yang disebutkan/ditunjukan dalam gambar.
2. SYARAT-SYARAT BAHAN
a. Semua bahan yang digunakan adalah cat cathylac atau yang setara.
b. Pengendalian seluruh pekerjaan ini, harus memenuhi ketentuan-ketentuan
dari pabrik yang bersangkutan.
c. Warna cat yang digunakan akan ditentukan kemudian.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Plesteran harus betul-betul kering bila akan dilakukan pekerjaan pengecatan
b. Permukaan bidang yang akan dicat harus betul-betul rata, tidak terdapat
cacat-cacat seperti retak-retak, lubang dan pecah-pecah.
c. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan kotoran-
kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu pengecatan.
d. Seluruh bidang pengecatan diplamur dahulu sebelum dilapisi dengan cat
dasar, bahan plamur dari produk yang sama dengan cat yang digunakan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-48
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

e. Pengecatan dilakukan setelah mendapat persetujuan dari konsultan


pengawas serta pekerjaan intalasi yang tertanam didalam dinding sudah
selesai dengan sempurna.
f. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan lebel pabrik
pembuatnya.
g. Contoh bahan yang telah disetujui, dipakai sebagai standar untuk
pemeriksaan/penerimaan bahan yang dikirim oleh kontraktor ketempat
pekerjaan.
h. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh kontraktor
untuk mendapat persetujuan dari konsultan pengawasan sebelum pekerjaan
dimulai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan oleh pabrik
pembuatnya.
i. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata, tidak terdapat
noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindari terjadinya
kerusakan akibat pekerjaan lain.
j. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam mengerjakan
dan perawatan / keberhasilan pekerjaan sampai penyerahan pekerjaan.
k. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, kontraktor memperbaiki
tanpa adanya biaya tambahan.
l. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang terampil /
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, sehingga cat yang
dihasilkan tercapai mutu yang sempurna.

K. PEKERJAAN PENGECATAN

1. LINGKUP PEKERJAAN
a. Termasuk dalam pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, penyediaan tenaga
kerja, peralatan dan alat-alat bantu lainnya yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan ini, sehingga dapat tercapainya hasil pekerjaan yang
bermutu baik.
b. Pekerjaan pengecatan ini dilakukan pada permukaan kayu, seperti list
plafond, kusen pintu dan jendela, daun pintu, serta seluruh detail yang
disebutkan / ditunjukan dalam gambar.
c. Pekerjaan pengecatan rilling dan tangga besi.
2. PERSYARATAN BAHAN
a. Semua bahan cat yang digunakan adalah cat produk EMCO atau produk lain
yang setara.
b. Cat dasar menggunakan meni cap pedang untuk kayu dan zing cromate
untuk bahan besi atau produk lain yang setara.
c. Warna cat untuk masing-masing pekerjaan akan ditentukan kemudian.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-49
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

a. Pekerjaan Cat-catan Kayu


1. Permukaan bidang yang akan dicat harus betul-betul rata, tidak
terdapat cacat-cacat seperti retak-retak, lubang dan pecah-pecah.
2. Bidang pengecatan harus bebas dari debu, lemak, minyak dan
kotoran-kotoran lain yang dapat merusak atau mengurangi mutu
pengecatan.
3. Bidang pegecatan dilapis dengan cat dasar kemudian diplamur dan
digosok sampai permukaannya menjadi halus dan rata.
4. Pengecatan selanjutnya dapat dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari konsultan pengawas.
5. Contoh bahan yang digunakan harus lengkap dengan lebel pabrik
pembuatnya.
6. Contoh bahan yang disetujui, dipakai sebagai dasar sebagai
pemeriksaan / penerimaan bahan yang dikirim oleh kontraktor
ketempat pekerjaan.
7. Percobaan-percobaan bahan dan warna harus dilakukan oleh
kontraktor untuk mendapat persetujuan dari konsultan pengawasan
sebelum pekerjaan dimulai dengan ketentuan-ketentuan yang
disyaratkan oleh pabrik pembuatnya.
8. Hasil pengerjaan harus baik, warna dan pola textur merata , tidak
terdapat noda-noda pada permukaan pengecatan. Harus dihindari
terjadinya kerusakan akibat pekerjaanlain.
9. Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesempurnaan dalam
mengerjakan dan perawatan / keberhasilan pekerjaan sampai
penyerahan pekerjaan.
10. Bila terjadi ketidak sempurnaan dalam pengerjaan, kontraktor
memperbaiki tanpa adanya biaya tambahan.
11. Kontraktor harus menggunakan tenaga-tenaga yang terampil/
berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, sehingga cat
yang dihasilkan tercapai mutu yang sempurna.
b. Pekerjaan Cat-catan Besi
1. Bagian permukaan besi yang akan dicat harus bebas dari karat /
kotoran.
2. Pembersihan karat dengan amplas atau sikat baja sampai betul-betul
bersih.
3. Setelah seluruh permukaan bersih / bebas dari karat, dicat dengan cat
dasar dari bahan Zinkchromate.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-50
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

4. Cat finisihing besi dipakai merk EMCO atau setara dengan pengecatan
sebanyak 3 kali.
5. Cat finishing untuk pekerjaan screen/ bar screen dan pintu air harus
menggunakan cat anti karat merk Hample atau setara sebanyak 3 kali.
L. PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA, PERLENGKAPAN KUNCI DAN
PENGGANTUNG

1. HAL-HAL UMUM

1. Pekerjaan yang dimaksud disini adalah penyediaan bahan-bahan, tenaga dan


peralatan-peralatan yang diperlukan agar seluruh bahan-bahan finishing dapat
dipasang, diuji dan siap dipakai dengan kualitas bahan dan kualitas pekerjaan
dan pemasangan yang terbaik sesuai dengan gambar-gambar dan spesifikasi
yang telah ditentukan dalam perencanaan ini.
2. Kontraktor harus mempelajari dan memahami kondisi tempat yang ada, agar
dapat mengetahui apabila ada hal-hal yang mungkin mengganggu bila timbul
sebelum bagian pekerjaan itu dilaksanakan.
3. Apabila Pemborong menjumpai adanya ketidak jelasan, kekurangan dan pula
kesalahan pada gambar rencana, detail maupun penjelasan teknisnya, maka
Pemborong wajib menanyakan/mengkonsultasikan masalah tersebut dengan
Pengawas/Direksi.
4. Pemborong wajib menyerahkan contoh bahan dan peralatan bantu yang akan
dipasang disetujui oleh Pengawas/Direksi atau ahli yang ditunjuk sebelum
bagian pekerjaan tersebut dilaksanakan.
5. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas bahan dan perlengkapan
bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan. kerusakan dan
kekurangan sempurnaan dalam tanggung jawab Pemborong.
6. Bahan atau peralatan yang akan digunakan dan tidak disebutkan dalam
spesifikasi ini hanya diperbolehkan apabila disetujui secara tertulis oleh
Pengawas/Direksi.
2. LINGKUP PEKERJAAN
a. Meliputi penyediaan secara lengkap akan tenaga, alat-alat dan bahan-bahan
yang berhubungan dengan pekerjaan kayu (kasar dan halus) dalam
hubungannya dengan gambar dan spesifikasi.
b. Pekerjaan yang berhubungan :
1. Pekerjaan kosen, pintu & jendela kayu
2. Pekerjaan pengunci dan penggantung (finish hardwere)
3. KUALITAS DAN JENIS KAYU

a. Kualitas
Semua kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, tidak
ada getah, celah, mata kayu yang lepas atau mati, susut pinggir-pinggirnya,
bekas dimakan bubuk dan cacat-cacat lainnya.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-51
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

b. Kelembaban
Kelembaban kayu yang dipakai pada pekerjaan kayu halus, kelembabannya
harus kurang dari 15 % dan untuk pekerjaan kayu kasar kelembabannya
harus kurang dari 20 %. Kelembaban tersebut harus konstan sampai dengan
bangunan selesai.
c. Jenis Kayu
Jenis kayu yang dipakai sesuai dengan macam-macam pekerjaan yang
dimaksud. Contoh-contoh harus dikirimkan terlebih dahulu untuk
mendapatkan persetujuan Pengawas lapangan. Untuk pemakaian-pemakaian
khusus yang tidak tercantum dalam daftar, harus digunakan jenis yang
ditentukan untuk pekerjaan yang sebanding.
4. UKURAN
Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran kayu dipasaran dengan ukuran jadi
(finish) maksimum diserut 5 mm, yaitu ukuran kayu setelah selesai dikerjakan dan
terpasang.
Kayu kasar diketam, dibor, atau jika tidak, dikerjakan dengan mesin menurut
ukuran-ukuran dan bentuk yang tertera dalam gambar.
Ukuran-ukuran nominal telah disebutkan untuk kayu yang sudah dikerjakan, maka
potongan pengurangan (kekurangan) sebanyak 3 mm diperbolehkan untuk tiap
permukaan yang sudah dikerjakan.
5. PERMUKAAN LUAR
a. Semua permukaan kayu yang akan kelihatan permukaannya harus dikerjakan
dengan halus kecuali jika ada penentuan lain.
b. Semua kayu untuk pekerjaan kayu kasar dibiarkan bekas gergajiannya
kecuali ditentukan untuk dihaluskan.
c. Jika terdapat mata kayu yang mulut dan keras pada salah satu permukaan
yang akan dicat dan mata kayu tersebut diameternya tidak lebih dari 4 mm
(empat milimeter) serta tidak memenuhi lebih dari setengah permukaan kayu,
maka kayu itu dapat dipakai.
d. Untuk permukaan yang akan dipelitur/Teak oil, hanya mata kayu yang kecil
(tidak lebih dari dua milimeter), mulus dan keras yang dapat dipakai.
6. PENGAWETAN/PERLINDUNGAN KAYU
Untuk kusen pintu/jendela dan lisplank kayu pengawetan dengan meni kemudian
di cat finish.
7. PEMBUATAN
a. Pemborong harus melaksanakan semua pekerjaan-pekerjaan seperti :
mempasak, membuat, menyetal (memasang), membuat lidah-lidah, lubang
pasak, sponing dan lain-lain pekerjaan yang dipergunakan untuk
penyambungan kayu dengan baik.
b. Pemborong juga harus melakukan segala pekerjaan-pekerjaan
yangdiperlukan untuk konstruksi semua rangka-rangka, lapis-lapis dan
sebagainya dan pasangan-pasangan serta penyangga pada bangunan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-52
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

M. PEKERJAAN DAUN PINTU PANEL

1. PENGENDALIAN PEKERJAAN
NI – 3 – 1970
NI – 5 – 1961
SII – 0404 – 80
Persyaratan teknis dan gambar-gambar
2. SYARAT-SYARAT BAHAN
a. Bahan dari kayu jati tebal tidak kurang dari 4 cm kering ukuran slimar 4/12
cm dengan kwalitas terbaik.
b. Bahan perekat digunakan lem kayu yang bermutu baik merk Aica Aibon atau
merk lain yang setara.
c. Engsel pintu menggunakan engsel kupu-kupu dengan peredam nilon merk
ARCH Japan warna kuning emas.
d. Kunci pintu (lockcase, cylinder, handle, back plat) dengan 2 kali putaran merk
SES.
3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Semua kunci tanam terpasang kuat dalam rangka daun pintu dipasang
setinggi 90 cm dari muka lantai.
b. Engsel pintu dipasang minimum sebanyak 3 buah
c. Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari atas pintu
d. Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 35 cm (as) dari muka pintu
e. Engsel antara dipasang ditengah kedua engsel atas dan bawah
f. Semua kayu yang dipakai harus rata, lurus dan diserut halus, berbentuk siku-
siku satu sama lain sisi-sisinya.
g. Harus diperhatikan semua sambungan siku/sudut untuk rangka kayu dan
penguatnya dengan memperhatikan/menjaga kerapian terutama untuk
bidang-bidang yang tampak tidak ada lubang-lubang atau cacat-cacat bekas
penyetelan.

N. PEKERJAAN KUSEN

1. PERSYARATAN UMUM
a. Kosen kayu tersebut dari bahan kayu kamper kualitas baik ukuran 6/15 tanpa
ada cacat pada empat bagian sisi permukaannya.
b. Kosen-kosen yang kokoh harus dibuat dari rangka-rangka dengan pasak dan
1 lubang sedemikian rupa hingga diperoleh rangka yang mulus dan kaku.
c. Kosen-kosen tersebut harus diberi angker-angker baja 12 mm minimal 6
(enam) buah tiap pemasangan kosen pintu dan 4 (empat) untuk kosen
jendela.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-53
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

2. PENYEMPURNAAN (FINISHING)
a. Pintu-pintu, jendela-jendela, dan kosen-kosen harus betul-betul persegi dan
datar. Permukaan-permukaan yang kelihatan harus lurus, tidak ada bekas-
bekas mesin dan selesai siap untuk dicat atau penyelesaian lainnya.
b. Permukaan yang bersentuhan dengan adukan tembok harus dicat meni alkali
atau cat meni besi.
3. MEMASANG DAN MENGGANTUNG PINTU DAN JENDELA
a. Tiap daun jendela harus berukuran pas sekali dengan kosennya dengan
diperhitungkan untuk tebal cat dan kemungkinan pengembangan atau
mengkerut kayu.
b. Kunci-kunci, engsel-engsel dan sebagainya harus tepat pada kedudukannya,
rongga pada rangka vertikal, pada kunci dan kunci penggantung dan diatas
rel tidak boleh melebihi 5 mm.

O. PEKERJAAN PEMASANGAN KACA

1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan, pengadaan bahan, alat dan tenaga kerja untuk pemasangan
kaca-kaca jendela.
2. SYARAT-SYARAT BAHAN
a. Kaca dari pabrik yang disetujui dan yang tebalnya seperti disebut dalam
gambar atau syarat dan spesifikasi khusus.
b. Dempul untuk memasang kaca ke kosen-kosen kayu menggunakan merk
pedang atau yang setara.
3. PEMASANGAN KACA PADA KUSEN KAYU
a. Alur kayu harus dibersihkan dan dicat dengan lapis cat minyak sebelum
kacanya dipasang.
b. Kaca harus dipotong menurut ukuran kosen, dengan kelonggaran sedikit, lalu
dipasang dan dikukuhkan memakai dempul kaca dan alat –alat kayu dan
dipaku dengan sekrup kuningan. Kaca harus dipotong menurut panjang yang
dikehendaki dengan memberi longgar sedikit lalu dimasukkan ke dalam jalur
kosen yang sebelumnya sudah di beri dempul kaca.
c. Daun-daun kaca tersebut harus dipasang dengan kokoh memakai list kayu
yang keras.
d. Setelah selesai dipasang, kaca diersihkan. Dan yang retak, pecah atau gores-
gores harus diganti.
e. Semua pekerjaan terpasang harus dilindungi dari pengaruh pekerjaan lain
seperti cipratan cat, plesteran, roda waktu memoles atau percikan las.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-54
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

P. PEKERJAAN KUNCI-KUNCI DAN ALAT PENGGANTUNG

1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan bahan, alat dan tenaga kerja untuk
pekerjaan ini. Pekerjaan meliputi pemasangan kunci, engsel, hak angin, door
stop, door closer, grendel dan grendel tanam termasuk perlengkapan lain yang
berhubungan dengan pekerjaan ini.
2. BAHAN
a. Kunci tanam
Merk : SES dua kali putar atau setara
Warna : Gold
b. Engsel pintu/jendela
Merk : Arch atau setara
Warna : Gold

c. Hak Angin
Merk : Alpha atau setara
Warna : Natural
d. Grendel Tanam
Merk : Alpha atau setara
Warna : Natural

Q. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK

1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan lantai keramik dan plint keramik ini dilakukan pada seluruh finishing
lantai sesuai yang disebutkan / ditunjukan dalam detail gambar.

2. PERSYARATAN BAHAN
a. Bahan yang digunakan merk Roman atau setara. Untuk lantai menggunakan
keramik ukuran 30 x 30 cm.
b. Warna akan ditentukan kemudian, untuk masing-masing warna harus
seragam. Warna yang tidak seragam akan ditolak.

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
a. Pemasangan lantai keramik dilakukan setelah pekerjaan lantai dasar selesai
dengan baik dan sempurna serta disetujui oleh konsultan pengawas.
b. Membasahi permukaan lantai dasar sampai tidak menuntut adanya
penyerapan air lagi.
c. Keramik yang dipasang harus dalam keadaan baik, tidak retak, tidak cacat dan
tidak bernoda serta mempunyai warna yang seragam.
d. Meletakan ukuran pemasangan sesuai pola pada gambar dengan cara
mengambil garis-garis yang menyeluruh. Meletakan ukuran ini harus

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-55
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

mendapatkan persetujuan dari Direksi / pengawas sebelum mulai


pemasangan.
e. Pembasahan bahan keramik yang akan digunakan dengan meredam seluruh
bidang keramik, sedikitnya dalam waktu 15 menit atau baru diangkat sesaat
akan dapasang.
f. Keramik dipasang pada adaukan perekat dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
Adapun syarat-syarat semen, pasir, dan air harus memenuhi ketentuan ada
pekerjaan beton.
g. Tebal adukan perekat rata-rata 2 cm dan tidak kurang dari 1 cm. Adukan
perekat harus merata seluruh permukaan keramik. Hal ini untuk menghindari
adanya udara yang terperangkap didalam spesi.
h. Sambungan-sambungan antara keramik/naat harus lurus dan mempunyai
lebar 3mm.
i. Sambungan / naat diisi adukan PC dan air dengan warna yang sesuai dengan
warna keramik yang dipasang, dimasukkan ke dalam naat tersebut begitu rupa
hingga seluruh naat terisi penuh dengan baik.
j. Pemotongan unit-unit keramik harus menggunakan alat pemotong khusus.

4. PEKERJAAN WATERPROOFING
a. LINGKUP PEKERJAAN DAN KETENTUAN UMUM
1. Menyediakan bahan, tenaga dan peralatan untuk pekerjaan waterproofing.
2. Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh tenaga yang telah berpengalaman
untuk pekerjaan waterproofing, dan dilaksanakan sesuai dengan
rekomendasi dari produsen dan perlu memperoleh persetujuan tertulis dari
konsultan pengawas.
3. Pekerjaan waterproofing di laksanakan pada atap beton.

b. BAHAN
Jenis Bahan kedap air yang dipakai adalah water proofing type komponen
polymer modified membranes. Merek diajukan atas persetujuan Direksi.

c. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN
1. Permukaan beton yang akan di waterproofing (coating) harus bebas dari
kotoran, air serta bahan-bahan lain yang dapat mempengaruhi kelekatan
coating terhadap beton.
2. Pelaksanaan waterprooting baru dimulai pada tahap paling akhir dari
pekerjaan paket ini, yaitu setelah pekerjaan – pekerjaan lain yang
berkaitan selesai.
3. Pemasangan lapisan kedap air ini hanya boleh dilakukan setelah
mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas. Dan harus mengikuti
petunjuk pabrik pembuatnya.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-56
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

4. Setelah dilakukan coating khususnya pada bagian atap, coating tersebut


harus dilindungi dengan screed tebal 3 cm dengan campuran spesi 1 Pc :
5 Ps. Screed yang dibuat harus rata dan kemiringannya harus
memperhatikan arah pembuangan air hujan yang menuju ketalang
pembuangan.

d. PENGUJIAN
1. Pengujian dilakukan dengan cara menggenangi air pada bagian yang di
waterproofing tersebut setinggi minimal 10 cm, selama 24 jam secara terus
menerus.
2. Ketinggian air pada waktu akhir pengujian tidak boleh kurang dari
ketinggian daripada saat awal pengujian.
3. Pemeriksaan dilakukan juga pada bagian bawah dan samping yang diberi
waterproofing. Yaitu harus tidak boleh ada tanda-tanda adanya kebocoran
pada bagian yang diuji tersebut.
4. Apabila tanda-tanda kebocoran masih terlihat pekerjaan pelapisan harus
dilindungi pada tempat yang diidentifikasikan sebagai sumber kebocoran.
5. Pekerjaan pengulangan / perbaikan, harus tetap dilakukan, sampai hasil
pengujian tidak menujukkan adanya tanda-tanda kebocoran.
6. Tanda pengujian harus dibuktikan secara tertulis dan disetujui oleh Direksi
/ Konsultan pengawas.

R. SPESIFIKASI PEKERJAAN PLUMBING

1. SPESIFIKASI UMUM
a. Standard
Standard yang dipergunakan adalah edisi terakhir dari pada :
1. PPI Pedoman Plambing Indonesia
2. SII Standard Industri Indonesia
3. NFPA 14 Standard for the Instaliation of standpipe and Hose systems
4. Peraturan Dinas Keselamatan Kerja Depnaker
5. Peraturan PDAM tentang Instansi air minum
b. Testing dan Pengujian
1. Kontraktor diwajibkan menyelenggarakan testing serta pengujian
terhadap keseluruhan instalasi plumbing sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang dipersyaratkan oleh standard-standard tersebut di atas
serta diketahui / disetujui oleh Instansi-instansi setempat yang
berwenang.
2. Pengujian terhadap kebocoran harus dilakukan, terutama, terhadap
sistem instalasi air kotor.
3. Pengujian hidrostatik dilaksanakan terhadap sistem instalasi air bersih.
2. SPESIFIKASI TEKNIS
a. Lingkup pekerjaan
1. Pekerjaan instalasi air bersih

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-57
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

2. Pekerjaan saluran air kotor


b. Penjelasan Persyaratan Teknis Pekerjaan Mekanikal
I. Pekerjaan Instalasi Air Bersih
1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan supply
air bersih.
2. Lingkup Pekerjaan
Pemasangan pipa distribusi dari tandon (pompa) air ke alat-alat
penerimaan (kran-kran) dalam bangunan lengkap dengan sambungan-
sambungan dan perlengkapan yang diperlukan.
3. Uraian Pekerjaan
Tugas yang harus dikerjakan oleh kontraktor, meliputi pengadaan,
pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu
sehingga merupakan sistem supply air bersih yang baik.
Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistem pemipaan air
bersih berserta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar
rencana.
Prosedur pekerjaan pemasangan pipa instalasi air bersih harus
seijin / disaksikan Direksi lapangan.
Persyaratan pemipaan air bersih, meliputi :
¾ Bahan pipa yang dipakai untuk instalasi air bersih adalah pipa
PVC Class Medium, disamping itu semua fitting, elbow harus
terbuat dari bahan yang sama dengan pipa air bersih.
¾ Pipa dipasang lurus, dan untuk pipa tegak lurus benar-benar
vertikal. Jalur pipa sesuai dengan gambar rencana.
Pelaksanaan pemasangannya harus menyesuaikan kondisi
lapangan dan kontraktor harus membuat shop drawing dengan
persetujuan Direksi Lapangan.
¾ Perubahan arah pipa harus dilaksanakan dengan fitting
pembantu (elbow), begitu pula dengan percabangan harus
dengan tee atau cross-tee sesuai kebutuhan, pembengkokan
pipa tidak diperkenankan.
¾ Sambungan pipa pada umumnya dipergunakan sambungan ulir
(screwed), penyambungan dengan ulir ini terlebih dahulu harus
dilapisi red lead cement, memakai pintalan atau pita merupakan
sambungan yang kedap udara maupun kedap air. Ulir harus
dibersihkan dari jerami-jerami bekas pembuatan ulir.

Material/Bahan Yang Dipakai


¾ Pipa PVC Medium berserta perlengkapannya produksi Maspion,
Rucika atau setara dengan diameter sesuai gambar.
¾ Valve-valve produksi kitz, Toyo atau setara.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-58
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

¾ Material yang dipakai harus mendapatkan persetujuan Direksi


Lapangan.
Testing
¾ Setelah semua pipa dan perlengkapannya terpasang harus diuji
dengan tekanan hydrostatik sebesar 5 bar (5 kg/cm”) selama 6
(enam) jam terus menerus tanpa terjadi penurunan tekanan.
¾ Peralatan dan biaya pengujian harus disediakan oleh
Kontraktor.
¾ Pengujian harus dilakukan dengan disaksikan oleh Direksi
lapangan.
¾ Pengujian pemipaan harus dilaksanakan sebelum pipa tertutup
dengan tanah (untuk pipa diluar gedung) atau tertutup
plesteran/dinding (untuk pipa didalam gedung).
¾ Apabila terjadi kegagalan dalam pengujian, Kontraktor harus
memperbaiki bagian-bagian yang rusak dan kekurangan-
kekurangan yang ada, kemudian melaksanakan pengujian
berhasil dengan baik.
II. Pekerjaan Saluran air Kotor
1. Umum
Spesifikasi ini merupakan spesifikasi teknis mengenai pekerjaan
instalasi air kotor.
2. Lingkup Pekerjaan
¾ Saluran pembuangan dari bak cuci, meja laboratorium ke sumur
resapan
¾ Saluran pembuangan dari wastafel ke saluran keliling bangunan.
3. Uraian Pekerjaan
¾ Tugas yang harus dikerjakan oleh kontraktor, meliputi pengadaan,
pemasangan dan pengujian secara sempurna dan terpadu,
sehingga merupakan sistim saluran air kotor yang baik.
¾ Pengadaan, pemasangan dan pengujian sistim saluran air kotor
berseta perlengkapannya harus sesuai dengan gambar rencana.
¾ Prosedur pekerjaan pemasangan saluran air kotor harus seijin /
disaksikan Direksi Lapangan.

4. Persyaratan Saluran Air Kotor


¾ Sambungan pipa PVC harus menggunakan lem PVC, dan
dibesihkan dulu pipa PVC nya, sebelum dilaksanakan
penyambungan.
¾ Untuk memudahkan pemeliharaan dikemudian hari, semua fitting
TY yang dilengkapi dengan Clean Out (seperti pada gambar
rencana), Pada dasarnya harus ditarik ke atas, sampai permukaan
lantai (finishing floor level), diakhiri dengan mempergunakan Clean
Out. Jika terdapat kesulitan dalam pelaksanannya, karena kondisi

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-59
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

lapangan, kontraktor bisa mengajukan alternatif lain dengan


persetujuan Direksi Lapangan.
¾ Untuk menghindari kebocoran, disetiap lubang dimana menembus
lantai beton atau dinding harus diberi bahan waterproofing untuk
semua ujung pipa harus diberi “Cap” yang tidak memungkinkan
adanya kebocoran.
5. Material / Bahan Yang Dipakai
¾ Pipa PVC Class Medium dengan diameter sesuai gambar
rencana, produksi Maspion, Rucika atau setara dengan
persetujuan Direksi Lapangan.
¾ Fitting-fitting untuk penyambungan terbuat dari bahan dan
produksi yang sama.
¾ Floor drain dari bahan stainlees steel, produksi san-Ei atau setara
dengan persetujuan Direksi Lapangan.
6. Pengujian
¾ Pengujian dari seluruh sistem saluran air kotor ini dilakukan
setelah pemasangan selesai dan dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk Direksi Lapangan.
¾ Kontraktor harus meyediakan alat-alat yang diperlukan untuk
keperluan pengujian tersebut dan segala biaya menjadi tanggung-
jawab kontraktor.

S. SPESIFIKASI PEKERJAAN MEKANIKAL & ELEKTRIKAL

1. GAMBARAN UMUM
Kontraktor harus meyediakan semua tenaga, bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk pekerjaan sementara maupun pekerjaan-pekerjaan permanen
lainnya. Kontraktor harus melaksanakan seluruh pekerjaan dan memeliharanya
tepat sesuai dengan spesifikasi teknik dan gambar, serta seperti yang
diperintahkan oleh Owner.
2. SKOPE KONTRAK PEKERJAAN
Pekerjaan yang akan dilaksanakan menurut kontrak ini adalah pekerjaan
Pengadaan Pompa Beserta Kelengkapannya di Saluran Kebon Agung:
¾ Pekerjaan Mekanikal.
¾ Pekarjaan Elektrikal & Kontrol.
3. GAMBAR KONTRAK
Gambar-gambar yang terlampir pada dokumen pelelangan sebagai gambar
referensi untuk pelaksanaan pengadaan dan pemasangan Pompa dan Motor di
Rumah Pompa :

No No Drawing Description
1 ME sheet 1-4 Ass Pompa & Motor
2 ME sheet 2-4 lay out instalasi Listrik
3 ME sheet 3-4 Single Line Diagram

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-60
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

4 ME sheet 4-4 Wiring diagram


4. GAMBAR-GAMBAR PELAKSANAAN
Pemborong / kontraktor harus menggunakan gambar-gambar kontrak sebagai
dasar untuk pelaksanaan pemasangan peralatan.
Pemborong/kontraktor harus membuat gambar detail untuk mendukung
pelaksanaan.
Pemborong/kontraktor harus memgukur ulang posisi lubang baut dan dimensi
pipa saluran untuk menunjang kelancaran proses fabrikkasi dan ereksi.
5. METODE PELAKSANAAN
Pihak kontraktor harus melampirkan Metode Pelaksanaan pada waktu
mengajukan penawaran
6. HAK UNTUK MERUBAH DISAIN, GAMBAR DAN MATERIAL
¾ Bilamana tidak ada kesesuaian gambar dengan pelaksanaan dilapangan
karena situasi tempat atau tidak kesesuaian dimensi, Pengguna Jasa berhak
mengadakan perubahan bilamana dianggap perlu.
¾ Bilamana tidak ada kesesuaian material dengan gambar referensi karena
sukar dicari dipasarkan, Pengguna Jasa berhak mengadakan perubahan
bilamana dianggap perlu.

I. SPESIFIKASI TEKNIK (MEKANIKAL)


• LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan meliputi Pengadaan dan Pemasangan
a. Instalasi Pompa Sludge
b. Instalasi Pompa Banjir
c. Ereksi Pompa, System Perpipaan, Valve dan Base Plate
d. Pintu air elektrik
e. Consumable Material
Consumable material seperti kawat las, oxygen, acetylene, dan cat
menjadi scope kontraktor
f. Handling Material
Kerusakan material pada saat handling sepenuhnya tanggung jawab
kontraktor
• PERSYARATAN TEKNIK
™ Spesifikasi Material
a. Plat dan besi profil yang dipergunakan sesuai dengan standard ASTM A-
36, untuk plat pintu air tebal minimum 10 mm
b. Baut & Mur yang dipergunakan untuk pekerjaan ini adalah baut jenis
Hight Strength bolt-ASTM A 325 grade 5
c. Welding electrode yang dipergunakan dari jenis AWS (American Welding
Standard)LH. 7018
d. Material untuk Valves, Check Valves, Flange dan Fitting memakai standar
JIS 10K

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-61
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

e. Semua baut pengikat atau assembly dari material stainlees steel atau
tahan koropsi dan disetujui pihak owner
f. Pengecatan dengan menggunakan cat yang direkomendasi owner atau
sejenis.
Pekerjaan Pabrikasi.
a. Pekerjaan pemasangan peralatan harus sesuai dengan gambardari pihak
konsultan.
b. Bagi pekerjaan pemasangan struktur yang memerlukan penggunaan
scaffolding, harus menggunakan perlengkapan scaffolding yang
memenuhi syarat untuk keselamatan kerja.
c. Penggunaan alat angka (Crane, Mobil Crane, Winches dan lain-lain)
sebelumnya harus dilakukan pengujian sesuai dengan kapasitas angkat
sebelum dipergunakan.
d. Pekerjaan pemotongan dan perlubangan harus dikerjakan dengan mesin
pemotong dan bor, serta digrenda pada bekas potongannya.
e. Pemasangan pipa antara satu dan lainnya harus lurus (level).
f. Penyambungan pipa yang menggunakan flange harus menggunakan
seal/gasket yang sesuai.
g. Pemasangan support pipa harus sesuai dengan refensi dari pihak
konsultan.
h. Untuk menjamin kelurusan, ketepatan ukuran dan bentuk dari hasil
pekerjaan, diharuskan memakai temporary Jig & Fixture sewaktu
melakukan pekerjaan penyambungan dengan las.
™ Pengelasan
a. Sebelum dilakukan pengelasan, Plat harus betul-betul lurus (alignment)
dan pada setiap ujung yang akan dalas dibersihkan dahulu dengan sikat
kawat atau gerinda.
b. Ukuran electode las yang dipakai harus sesuai dengan ketebalan material
yang dilas.
c. Penetrasi las harus tembus kedalam dan setelah selesai harus
dibersihkan dengan sikat kawat atau gerinda kemudiaan dilanjutkan
pengelasan berikutnya.
d. Pengelasan harus dilakukan hati-hati agar didapatkan permukaan las
yang halus dan tidak dapat cacat dalam pengelasan serta tidak terjadi
pengelasan ulang. Cacat pengelasan yang dimaksud : Scatter, Porousity,
Cracking, Slag inclusion dll.
™ Pengetesan
a. Setiap peralatan/komponen yang ada mekanismenya (pompa, valve,
pintu air elektrik dan transmisi) perlu dilakukan pengetesan, untuk
menjamin bahwa peralatan tersebut bisa dioperasikan sesuai dengan
desain. Pintu air elektrik harus mampu menahan beban air setinggi 4m.
b. Pemasangan sambungan pipa, valve perlu diuji kebocorannya.
c. Setiap hasil test/pengujian harus mendapat persetujuan dari pihak
konsultan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-62
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

d. Setiap ada ketidak sesuaian antara pengetesan dengan desain,


kontraktor harus melakukan konsultasi dengan pihak konsultan.
™ Pekerjaan Pengecatan
a. Sebelum pengecatan dilakukan, material harus dibersihkan dengan sand
Blasting dan dapat persetujuan pihak owner.
b. Pekerjaan pengecatan dilakukan dengan memakai cat untuk lapisan
akhir, kecuali ditempat yang cat dasarnya rusak atau terkelupas karena
pengerjaan las dsb. Harus dilakukan perbaikan dengan pengecatan dasar
terlebih dahulu sebelum pengecatan lapisan akhir.
c. Sebelum dilakukan pengecatan permukaan besi harus bersih dan bebas
dari segala bentuk karat, minyak (grease) dan kotoran lainnya.
d. Warna cat sesuai dengan rekomendasi owner.
e. Pengecatan lapisan akhir harus dilakukan 2 kali sampai rata.
f. Setelah pekerjaan pemasangan selesai pihak kontraktor harus
membersihkan tempat lokasi kerja tersebut.

II. SPESIFIKASI TEKNIK ELEKTRIKAL


• LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan elektrikal terdiri dari pekerjaan instalasi dan pengadaan
peralatan.Pekerjaan instalasi Elektrikal yang dilaksanakan adalah :
1. Pekerjaan Instalasi Listrik Gedung
2. Pekerjaan Instalasi Listrik Tenaga
Pengadaan Peralatan Listrik
1. Cable Tray, Supports & Columns
2. Panel Box & Push Button Box
3. Electrical Cable & Bus Bar
4. Lampu
5. Electrical Bulk Materials

Pengadaan & Pemasangan Peralatan Kontrol


1. Control Cable
2. Push Button
3. Control Bulk Materials
• IJIN KERJA INSTALATIR/KONTRAKTOR
Instalasi/sub kontraktor yang akan mengerjakan pekerjaan elektrikal ini
diharuskan:
a. Mempunyai surat ijin kerja :
• Instalatir listrik (SIKA) tahun kerja yang berlaku dengan pas.
Instalatir kelas C.
• Dari Departemen tenga kerja
b. Mempunyai Tanda Lulus Prakualifikasi (Tanda Daftar Rekanan) untuk
tahun kerja yang berlaku, sesuai dengan KEPPRES No.29 Tahun
1984.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-63
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

c. Sudah berpengalaman dan dapat menujukkan Surat Kemampuan


pengalaman kerja dalam mengerjakan pekerjaan yang sejenis.
• STANDARD DAN NORMALISASI
Semua Pekerjaan Elektrikal yang dilaksanakan dalam proyek ini harus
memenuhi /mematuhi Persyaratan Standard dari Instalasi yang berwenang
untuk itu :
• Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987
• Standard Konstruksi/Normalisasi PLN
• Peraturan-peraturan PLN/jawatan Keselamatan Kerja Setampat
• Peraturan Dinas Keselamatan Kerja DEPNAKER
• Standard / Normalisasi
• PELAKSANAAN KERJA
a. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik oleh tenaga ahli yang
sudah berpengalaman.
b. Pelaksana yang dianggap tidak cukup ahli / perpengalaman oleh Direksi
/ pengawas lapangan, harus segera diganti dengan orang lain setelah
mendapat persetujuan Direksi / pengawas lapangan.
c. Untuk penyelenggaraan pelaksanaan pekerjaan lapangan kontraktor
harus meyediakan Direksi keet yang berfungsi sebagai Site Office dan
gudang peralatan / material. Direksi Keet boleh menggunakan bangunan
yang sudah ada (dipinjam / disewa) atau membuat bangunan temporer.
d. Kontraktor harus menempatkan seorang Supervisor yang ahli,
berpengalaman dan profesional untuk masing-masing bidang yang
bertanggung jawab untuk menjadi supervisi, management proyek.
e. Tenaga kerja harus berpengalaman dan ahli dibidangnya, bila tidak
berpengalaman & ahli harus diganti. Bila tidak dihiraukan pengawas
akan mengalami tindakan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
f. Segala sesuatu yang diperlukan guna kesempurnaan pekerjaan harus,
dilengkapi sesuai permintaan pengawas dengan biaya dibebankan
kepada kontraktor.
• BAHAN / MATERIAL DAN PERALATAN
a. Bahan / material dan peralatan yang digunakan pada pekerjaan ini harus
disediakan oleh kontraktor dan harus dalam keadaan baru, tanpa cacat.
b. Semua bahan atau material dan peralatan yang akan digunakan
diusahakan produksi dalam negeri, sejauh mana bahan / material
tersebut masih memenuhi persyaratan teknis dan standard yang
ditentukan oleh proyek ini.
c. Kontraktor diwajibkan menyerahkan contoh bahan / barang yang disebut
dalam lingkup pekerjaan kepada Direksi / Pengawas lapangan untuk
mendapat persetujuan sebelum dipasang. Apabila hal tersebut tidak
memungkinkan, minimal brosur spesifikasi teknis harus ditunjukan dan
disetujui oleh /Direksi pengawas lapangan.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-64
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

d. Kontraktor harus membuat tempat penyimpanan bahan / material serta


peralatan kerja (gudang) agar rapi dan aman dan memudahkan
pemeriksaan.
e. Jikabahan / material dan peralatan kerja tersebut harus melewati jalan
umum, Kontraktor harus menjaga ketertiban dan kelancaran serta
mengganggu lalu lintas.
f. Direksi berhak menambah peralatan yang dipergunakan atau menolak
peralatan yang tidak memenuhi syarat.
g. Bila pelaksanaan pekerjaan telah selesai, maka kontraktor harus segera
mengeluarkan atau memindahkan peralatan tersebut. Kerusakan akibat
penggunaan peralatan kerja tersebut harus diperbaiki kembali atas
beban biaya kontraktor.
h. Semua material yang terbuat dari besi (Armatur) dan pipa yang
dipergunakan untuk kontruksi, penyangga, penggantung dan lain-lain
harus diproses sebagai berikut :
- Disikat dengan sikat kawat / dibersihkan hingga mengkilat dan bebas
dari karat.
- Dicat dasar / meni anti karat (Zincromate) kualitas baik 2 kali.
- Dicat ahkir dengan cat berkualitas baik 2 kali warna yang akan
ditentukan kemudian / sesuai dengan penggunaan.
Kecuali material yang terbuat kemudian dari plastik, satinless steel dan
alumunium tidak perlu dicat, cukup dibersihkan saja.
• SISTEM KOORDINASI
a. Kontraktor elektrikal harus mengkoordinasikan pekerjaannya dengan
pekerjaan kontraktor lain (struktur & arsitektur) untuk menghindari
pekerjaan pembongkaran / pekerjaan ulang dan gangguan yang dapat
memperlambat jalannya pekerjaan.
b. Untuk memudahkan komunikasi teknis, kontraktor harus menempatkan
seorang atau lebih pemimpin lapangan berpengalaman. Dapat
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta
mewakili kontraktor, menerima perintah dan petunjuk Direksi /
pengawasan lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan.
Pengawas lapangan dan segera melaksanakannya bila diperlukan.
c. Kontraktor diwajibkan membuat laporan berkala (harian / mingguan)
yang memberikan gambaran tentang kegiatan proyek. Misalnya :
• Jadwal Waktu pelaksanaan
• Kegiatan pelaksanaan
• Prestasi kegiatan fisik
• Catatan perintah / petunjuk Direksi / pengawas lapangan yang
disampaikan secara lisan maupun tertulis.
• Dan kegiatan pekerjaan yang dianggap perlu.
d. Kontraktor juga harus membuat dokumentasi pekerjaan yang berupa
foto-foto pelaksanaan pekerjaan, dibuat berwarna, minimal ukuran
postcard dan disusun dalam album. Foto-foto yang mengambarkan

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-65
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

kemajuan pelaksanaan pekerjaan hendaknya dibuat berdasarkan


petunjuk dari Direksi dan minimal dilakukan sebanyak 4 (empat) kali
setiap peristiwa selama berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan.
• PEMBOBOKAN, PENGELASAN DAN PENGEBORAN
a. Pembobokan tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang dilakukan
dalam rangka pemasangan instalasiini maupun pengembaliannya seperti
keadaan semula adalah termasuk pekerjaan pemborong instalasi ini.
b. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat ijin tertulis
dari Direksi/pengawas.
c. Pengelas, pengeboran dan sebagainya pada kontruksi Bangunan hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh ijin/persetujuan tertulis dari
Direksi/Pengawas.
• PENJAGAAN
Pemborong wajib mengadakan penjagaan dengan baik serta terus menurus
selama berlangsungnya pekerjaan atas bahan peralatan, masin dan alat-
alat kerja yang disimpan ditempat kerja (gudang lapangan).
Kehilangan yang diakibatkan oleh kelalaian penjagaan atas barang-barang
tersebut diatas, menjadi tanggung jawab pemborong.
• KEBERSIHAN, KETERTIBAN DAN KEAMANAN
a. Selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung pekerjaan berlangsung,
kantor, Gudang, los kerja dan tempat pekerjaan sekitar bangunan, harus
selalu dalam keadaan bersih.
b. Penimbunan / penyimpanan barang, bahan dan peralatan baik dalam
gudang maupun diluar (halaman), harus diatur sedemikian rupa agar
memudahkan jalannya pemeriksaan dan tidak mengganggu pekerjaan
dari bagian lain.
c. Peraturan-peraturan yang lain ketertiban akan dikeluarkan oleh Direksi
pada waktu pelaksanaan.
d. Guna semua keamanan pekerjaan, peralatan dan bahan/material di
proyak, kontraktor harus menempatkan petugas keamanan secukupnya
disekitar proyak.
e. Penjagaan keamanan termasuk juga penanggulangan terhadap bahaya
kebakaran yang mungkin terjadi.
f. Kontraktor harus memperhatikan hubungan dengan lingkungan proyek,
antara lain : tidak akan menyebabkan gangguan lalu lintas umum, tidak
akan menganggu ketenangan penduduk/masyarakat disekitarnya dan
tidak akan mengganggu pekerjaan dari Rekanan lain.
• KECELAKAAN DAN PETI PPPK
a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini, maka pemborong diwajibkan segera mengambil segala
tindakan guna kepentingan si korban atau para korban, serta
melaporkan kejadian tersebut kepada instansi dan Departemen yang
bersangkutan/berwenang (dalam hal ini polisi dan Departemen Tenaga

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-66
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

kerja) dan mempertanggung jawabkan sesuai dengan perayuran yang


berlaku.
b. Peti PPPK dengan isinya yang selalu lengkap, guna keperluan
pertolongan pertama harus selalu ada di tempat pekerjaan.
• PENGUJIAN/TESTING
a. Untuk mengetahui bahwa semua pekerjaan yang telah dilaksanakan
dapat berfungsi baik dan telah sesuai dengan persyaratan teknis yang
dimana, maka kontraktor diwajibkan menguji seluruh pekerjaannya
dengan standard uji masing-masing yang telah ditetapkan dalam
peraturan/spesifikasi peralatan.
b. Pengujian ini dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi/pengawas
lapangan yang ditunjuk jadwal pelaksanan pengujian dapat diatur
seminggu sebelumnya atau atas persetujuan bersama.
c. Semua bahan yang kurang baik atau pemasangan yang kurang
sempurna yang diketahui pada saat pemeriksaan/pengujiaan harus
segera diganti dengan yang baru/disempurnakan sampai dapat
berfungsi dengan baik dan sesuai Standard Uji yang ada.
d. Pengujian ini antara lain berupa :
- Pemeriksaan Visual.
- Pemeriksaan pekerjaan Sambungan: Mekanis dan Listrik.
- Pengukuran Tahanan Isolasi dan Pertanahan.
- Pengujian dengan beban dalam keadaan bertegangan dan beban
penuh selama 3 malam berturut-turut (selama 36 jam).
- Semua hasil pengujian harus dicatat dan ditanda tangani bersama.
e. Bila dalam pengujian berbeban ternyata tidak disediakan Sumber Daya
Listrik, maka kontraktor harus menyediakan Sumber Daya Listrik sendiri
berupa Genset 3 phase dengan kapasitas yang memadai.
f. Semua biaya yang diperlukan untuk pengujian ini menjadi tanggung
jawab pihak kontraktor.
g. Kontraktor diharuskan membuat Jadwal dan Prosedur pelaksanaan /
Test yang akan dilakukan.
h. Semua peralatan Test harus dalam keadaan baik dan memenuhi
Standard persyaratan Test yang ditentukan. Peralatan Test tersebut
harus disediakan oleh kontraktor.
i. Hasil Test harus dicatat dan ditanda tangani bersama oleh kontraktor,
pengawas dan pemilik proyek. Hasil Test ini baru dianggap sah/baik
apabila telah disetujui/disyahkan oleh Instansi yang berwenang (PLN,
DEPNAKER).

• GARANSI
Semua pekerjaan, pemasangan perlengkapan dan bahan yang telah
dipasang oleh kontraktor harus digaransi selama 12 (dua belas) bulan sejak
masa penyerahan pertama kecuali ditentukan lain dalam kontrak (pompa
lumpur, pompa banjir dan genset).

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-67
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

a. Salama masa Garansi ini semua perlengkapan, bahan dan pengerjaan


yang kurang baik/rusak (yang bukan disebabkan oleh salah pakai, salah
operasi) harus secepatnya diganti atau diperbaiki atas tanggungan
kontraktor.
• LAIN-LAIN
a. Bagian-bagian yang termasuk dalam pekerjaan ini, yang secara teknis
tidak dapat dipisahkan/diabaikan/dihilangkan, tetapi belum disebutkan
dalam bestek/gambar, tetap harus dilaksanakan tersebut berfungsi
dengan baik.
b. Hal-hal lain yang menyangkut pelaksanaan lapangan tetapi belum
disebutkan dalam peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh
Direksi/pengawas lapangan.
III. PERSYARATAN TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL
¾ PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
• LINGKUP PEKERJAAN
Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan Instalasi listrik meliputi
Pekerjaan Instalasi Listrik Gedung Meliputi pengadaan dan pemasangan :
a. Komponen listrik lampu TL 36 watt dan lampu mercury sesuai gambar.
b. Kotak kontak 1 phase dan kotak kontak 3 phase sesuai gambar
c. Saklar tunggal & saklar ganda
d. Instalasi baru
e. Lampu TL 2 x 36 Watt, TKO lengkap
f. Panel-panel listrik baru lengkap dengan komponen pengamannya.
• Semua material penunjang (Penggantung, penumpu, klem dll) yang
diperlukan untuk kesempurnaan pekerjaan ini.
• Pengetesan seluruh Pekerjaan Instalasi sesuai persyaratan instalasi
sampai dinyatakan baik oleh Instansi setempat (PLN) secara tertulis dan
diterima dengan baik oleh Pengawas/Pemilik Proyek.
¾ PEMASANGAN JARINGAN KABEL FEEDER
• Jenis Kabel
a. Kabel yang digunakan untuk jaringan Distribusi Tegangan Rendah
adalah jenis dalam pipa PVC High Impact dengan dimensi sesuai
gambar.
b. Kabel yang digunakan harus Rekomendaskan dari LMK dengan
Standard merk : JEMBO, SUPREME, atau setara.
c. Kabel harus dalam keadaan baru, tanpa cacat dan bila perlu harus ada
surat keterangan dari distributor/pabrik.
• Pemasangan dan Teknis Pelaksanaan
a. Kontraktor diwajibkan mempelajari gambar Lay-Out saluran kabel
tersebut terhadap situasi lapangan. Anda diperlukan adanya perubahan
jalur karena alas an teknis, Kontraktor harus membuat gambar Shop

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-68
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Drawing untuk disetujui Pengawas/Pemilik sebelum melaksanakan


pekerjaan tersebut.
b. Jalur alternatif agar dipilih route yang aman/terlindung atau sedikit
mungkin adanya bahaya kerusakan yang dapat minimpa saluran kabel
tersebut. Alternatif ini diusahakan tidak menimbulkan kerja tambah.
Kecuali dalam keadaan dimana tidak ada pilihan lain.
c. Kabel ditaman langsung didalam tanah dikedalaman 80 cm dari
permukaan tanah kecuali yang melintas jalan mobel harus ditanam 100
cm dari permukaan tanah sesuai gambar. Kabel yang melintas jalan
mobil harus dilindungi dengan pipa PVC AW berdiameter sesuai jumlah
kabel yang ada.
d. Untuk galian kabel yang melalui jalur kabel existing /lama harus
dikerjakan dengan exktra hati-hati. Bila terjadi kerusakan pada kabel
existing karena terkena peralatan gali (pacul, gancu dsb), kontraktor
harus mengganti kabel tersebut tanpa adanya tambahan biaya,
termasuk biaya perawatan pekerja yang mengalami / kecelakaan
hingga sembuh benar.
e. Tidak diperkenankan melakukan penyambungan di dalam tanah
ditengah perjalanan kecuali apabila panjang kabel/ saluran melebihi
standard panjang yang telah ditentukan oleh pabrik, kecuali memang
ada pekerjaan penyambungan kabel.
f. Apabila terpaksa dilakukan penyambungan karena saluran lebih
panjang dari standard panjang pabrik maka system/ cara
penyambungan harus dibicarakan dengan pengawas untuk
mendapatkan persetujuan.
g. Setiap ujung saluran harus diberi kelebihan panjang /sling secukupnya
untuk mengantisipasi adanya kemungkinan perubahan tempat/
pergeseran paralatan/ panel.
h. Sedikit belokan kabel harus diperhitungkan bahwa radius belokan
minimum r = 15 D, dimana D adalah diameter kabel.
i. Cara pemasangan kabel sesuai gambar yaitu : diberi pelindung alas
pasir 10 cm bagian bawah dan diatas kabel, diberi pelindung batu bata
merah atau plat beton sesuai gambar/ keperluannya.
j. Semua kabel yang masuk ke dalam bangunan tidak boleh di tanam
langsung di lantai harus melalui kabel trench / got kabel atau pipa
sparing dengan ukuran yang sesuai dengan jumlah besar kabel.
k. Pengurusan ijin instalasi listrik kepada instansi yang berwenang (PLN)
merupakan Pekerjaan dan Tanggung Jawab dari Kontraktor.
• Pengetesan
a. Setiap saluran kabel harus ditest Tahanan Isolasinya dengan
mengunakan alat MEGGER 10.000 volt untuk kabel Tegangan
Menengah dan MEGGER 1.000 volt untuk kabel Tegangan rendah.
b. Pengetesan dilakukan antara masing-masing inti kabelnya dengan
mantel pelindungnya phasa-phasa, phasa-netral, phasa pround dan
netral ground.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-69
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

c. Hasil pengetesan tahanan isolasi yang diminta adalah minimum 100


Mega Ohm untuk tegangan menengah dan minimum 5 Mega Ohm
untuk kabel tegangan rendah.
• Penyambungan / Termination
a. Kontraktor diwajibkan memasang sepatu kebel pada ujung kabel yang
akan disambungkan ke panel / peralatan, kecuali dipersyaratkan lain,
misalnya sambungan baut tanpa kabel sepatu.
b. Sepatu kabel yang dipergunakan harus sesuai dengan besarnya kabel
dan harus yang berkualitas baik, standard merk GAE atau setara.
c. Pemasangan sepatu kabel yang diperunakan tang press atau secra
hidrolis.
d. Penyambungan kabel ke terminal panel / peralatan di semua bangunan
adalah tangung jawab konraktor.
e. Sambungan harus dilaksanakan dengan baik, cukup kuaterat sesuai
dengan model terminal peralatan yang terpasang.
¾ PEMASANGAN KABEL & SALURAN KABEL DI DALAM BANGUNAN
• Semua kabel tegangan rendah yang digunakan adalah kabel yang sudah
direkomendasi oleh LMK dengan merk : Jembo, Supreme atau setara :
− Kelas : 600 / 1000 V
− Inti : Tembaga
− Isolasi : PVC
− Ukuran : minimum 2.5 mm2 kecuali untuk kabel kontrol dan motor-
motor ukuran kecil digunakan 1.5 mm2.
• Kode warna harus mengikuti ketentuan PUIL 1987
- Phase R/L 1 : Merah
- Phase R/L 2 : Kuning
- Phase R/L 3 : Hitam
- Netral N : Biru
- Grounding PE : Kuning-Hijau
• Warna kabel yang mengikat (harus ada) adalah biru (untuk netral) dan
pada kuning/hijau (untuk ground). Bila warna tersebut tidak ada maka
pada ujung-ujung kabel harus diberi isolasi dengan warna yang
bersesuaian seperti butir 3.b. di atas.
• Kabel NYY digunakan untuk instalasi dari masing-masing panel DP ke
panel-panel pembagi (SDP) dan dari panel pembagi (SDP) ke masing-
masing panel beban (PL, PP, PAC, dll) dengan dimensi sesuai gambar.
• Kabel NYM didalam pipa PVC HI diameter ¾” digunakan untuk instalasi
dari panel ke beban penerangan atau peralatan /kotak kontrak.
• Pipa PVC HI merk EGA, CLIPSAL atau yang digunakan disyaratkan yang
sudah direkomender oleh LMK, bila diperlukan kontraktor harus dapat
menunjukan bukti rekomendasi tersebut.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-70
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

• Untuk penyambungan ke beban penerangan digunakan kabel NYM


dalam pipa PVC flexible dengan merk EGA, Clipsal atau yang setara.
• Pasangan kabel NYM dalam pipa PVC HI pada jarak maksimum 100 cm
harus diberi klam.
• klem dibuat dari bahan plat logam digalvanis ayau alumunium,
pemasangan pada tembok harus menggunakan vicher dan sekrup,
pemasangan dengan menggunakan paku tidak dibenarkan.
• Semua penyambungan kabel pada kotak sambung menggunakan
sambungan puntir dengan lasdop tidak boleh menggunakan isolasi.
Standart merk lasdop 3M, Clipsal, Legrand atau setara.
• Ujung kabel yang dipasang pada terminal kabel harus diberi pelindung
(sealing end).
¾ SPESIFIKASI PERALATAN ARMATURE LAMPU
• Armature TL jenis TKO (surface Mounted)
⎯ Armature merupakan jenis open type, dengan reflector.
⎯ Pemasangan Out-Bouw / Surface / Permukaan menempel plafond.
⎯ Armature terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan 0.7 mm.
Pembuatan harus dengan mesin peralatan lampu Built-in dan dengan
penyempurnaan cat power coating.
⎯ Reflektor terbuat dari plat baja putih dengan ketebalan 0.7 mm,
dilapisi dengan cat dasar, serta diberi lapisan akhir berwarna putih
pengecatan dengan cara “Stove Enamelled / Bake Enamelled” (cat
bakar)
⎯ Kontruksi armature harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian
rupa agar dapat dibuka / dilepas untuk perbaikan / penggantian
komponen yang berada didalamnya. Armature dan reflector harus
dilengkapi dengan sekrup, agar dapat dilepas pada waktu
memerlukan perbaikan. Seluruh armature harus lengkap dengan
rangka dudukan / gantungan.
⎯ Merk : Artolite, Lucolite, Philips atau sederajat.
• Komponen-komponen untuk lampu TL antara lain :
1. Ballast
Ballast harus leak proof, mempunyai temperatur kerja rendah,
noiseless, rumahan dari bahan polystar. Untuk lampu TL dengan dua
lampu disusun/digunakan “twin lamp ballast” (anti Stroboscopic). Rated
tegangan 220 watt untuk TL 18 watt dan 2.5 watt untuk TL 36 watt.
Ballast harus dilengkapi dengan connection terminal. Merk Philips,
Schwabe, GE, atau sederajat.
2. Fitting/Lamp Holder dan stater holder (sockets)

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-71
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Material dari white plastic polycarbonate dengan proteksi Uncorosive


dan Touchproof. Lamp holder dan stater holder anti vibrator contact.
Starter switch, terminal dan tube fitting, dengan sistim rotary lock.
Merk :Philips, atau yang setara.
3. Capacitor
Yang digunakan harus kapasitor yang dapat menghasilkan p.f. 0.95
(kapasitas 3.25 s/d 4.5 micro farad)
4. Starter
Starter untuk lampu Fluorescent mempunyai reability tinggi, terbuat
dari high quality white polycarbonate. Rating stater disesuaikan
dengan rating lampu TL.
Merk : Philips, GE atau yang setara.
¾ PEMASANGAN LAMPU & PERALATAN
a. Seluruh instalasi pekerjaan lampu dan peralatan pada dasarnya
dilaksanakan dengan menggunakan kabel jenis NYM, dengan luas
penampang penghantar sekurang-kurangnya 2.5 mm2 dan pipa conduit
PVC HI dengan diameter sekurang-kurangnya ¾”.
b. Kontraktor diwajibkan mengkoordinasikan rencana kerjanya dengan
disiplin lainnya, sehingga kemungkinan timbulnya perselingan lintasan
antara intalasi yang berlebihan dapat dihindarkan.
c. Pemasangan instalasi lampu dan peralatan tidak dibenarkan membebani
kerangka ceilling yang ada, melainkan harus dipasang pada cable trays
yang tersedia atau dilekatkan langsung pada bagian bawah dari plat dan,
dengan menggunakan klem dan concrete fastener yang sesuai, sekali-
kali penggunaan paku sangat dilarang dalam pengerjaan ini.
d. Jarak pemasangan klem-klem pengikat pipa conduit tidak diperkenankan
melebihi 80 cm. Kontraktor diwajibkan menambah jumlah klem yang ada,
apabila pipa konduit.
e. Pekerjaan pencabangan, splicing dan lain sebagainya harus
dilaksanakan dalam junction boxes (Tdoos, Xdoos, dsb), yang terbuat
dari bahan yang sejenis dengan pipa conduit yang ukuran-ukurannya
sesuai dengan ukuran dan jumlah kabel yang ada. Penggunaan
insulation tape sama sekali diperbolehkan.
f. Kabel penghantar yang menghubungkan fixtures lampu dengan instalasi
yang ada, harus dilindungi dengan menggunakan flexible conduit yang
terbuat dari bahan (dan memiliki ukuran) yang sama dengan pipa conduit
yang dipakai.
g. Untuk membedakan instalasi lampu dan peralatan dengan instalasi yang
lain pipa conduit yang terpasang harus diberi tanda (label) berwarna
pada setiap jarak 2 meter, (dapat dengan menggunakan insulation tape).
Warna tanda/label yang dipakai harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan pengawas.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-72
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

h. Untuk pemasangan armature lampu jenis (surface mounted), tidak


dibenarkan dipasang pada plafond secara langsung, harus dipasang
pada rangka plafond yang diperkuat dengan konstruksi tambahan (bisa
plafond yang di cat meni 2 kali) yang sesuai atau dengan menggunakan
hanger/penggantung.
i. Semua pekerjaan perbaikan bekas bobokan dilaksanakan oleh
Kontraktor Bangunan yang beban biayanya menjadi tanggung jawab
ddari Kontraktor listrik.
¾ SAKELAR, KOTAK KONTAK 1 PHASE & KOTAK KONRAK 3 PHASE
a. Sakelar yang digunakan pada instalasi ini berstandard merk M.K.Clipsal
atau yang sederajat dengan kemampuan minimum 10A.
b. Sakelar dipasang setinggi 150 cm dari lantai dengan pasangan
terpendam (In-Bouw) rata dengan permukaan plesteran dinding atau
didalam partisi dengan konstruksi tersendiri/khusus.
c. Kotak tempat sakelar dan kotak kontak terbuat dari logam besi yang
digalvanis dengan standard merk MK, Clipsal atau sederajat.
d. Kotak Kontak 1 phase yang digunakan pada Instalasi ini berstandard
merk MK, Clipsal atau sederajat dengan kemampuan minimum 16A.
Kotak kontak 3 phase yang dipakai pada Instalasi ini berstandard merk
ABB, BALS atau sesuai persetujuan pengawas/pemilik proyek dengan
kemampuan minimum 16A.
e. Kotak Kontak yang dipergunakan adalah jenis out-bouw/pasangan
menempel dinding dengan menggunakan Out-Bouw doos yang terbuat
dari bahan yang sama dengan kotak kontaknya. Pemasangan kotak
kontak pada doosnya menggunakan sekrup.
f. Kotak Kontak 1 phase dipasang setinggi 30 cm dari lantai/sesuai
permintaan user (disesuaikan dengan alat) dengan pasangan terpendam
(In-Bouw) rata dengan permukaan plester dinding atau didalam partisi
dengan konstruksi khusus sesuai petunjuk pengawas.
g. Kotak Kontak 1 phase dipasang setinggi 150 cm dari lantai atau
disesuaikan dengan kondisi ruang dan peralatan terpasang dengan
pasangan menempel dinding (out-bouw) dan harus terpasang kuat, tidak
boleh goyang/miring sesuai petunjuk pengawas.
h. Kotak kontak 3 phase harus mempunyai terminal pentanahan (3P + N +
PE) tegangan 415 V.
i. Semua pemasangan out-bouw doos dan kotak kontak 3 phase pada
dinding harus menggunakan vischer dan sekrup, pemasangan pada
kayu/meja harus menggunakan sekrup. Penggunaan paku pada
pekerjaan ini sangat dilarang.
j. Untuk kotak kontak yang dipasang untuk daerah basah harus memakai
type tertutup (water Proof Type)

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-73
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

k. Kotak kontak 1 phase harus mempunyai terminal pentanahan (P + N +


PE) tegangan 415 V.

¾ PANEL LISTRIK PENERANGAN DAN PERALATAN


• Konstruksi Panel
a. Panel-panel listrik baru adalah jenis In-door/out door type, menempel
dinding, terbuat dari plat baja.
b. Rangka konstruksi ditutup dengan plat baja pada sisinya tebal 1,5 mm
(untuk badan panel) dan 2 mm untuk pintu panel. Untuk type out-door
ditambahkan konstruksi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga air
hujan tidak dapat masuk.
c. Panel dipasang pada dinding dengan menggunakan Dynabolt 8 mm,
konstruksi ini disesuaikan dengan peralatan/komponen yang
terpasang.
d. Semua bagian peralatan yang bertegangan harus mempunyai jarak
yang cukup denga bagaian peralatan yang lain. Apabila perlu harus
diberi tambahan isolator untuk menghindari adanya hubung singkat.
e. Panel dicat dengan cat dasar (meni) tahan karat 2 kali cat akhir dari
jenis cat bakar 2 kali yang tahan gores. Sebelum di cat, panel
termasuk rangkanya harus dibersihkan dari karat, bila perlu digunakan
bahan kimia penghilang karat (RUST REMOVER).
f. Panel harus dilengkapi mur-baut untuk terminal pentanahan, baut
terminal harus dilas penuh pada rangka panel, ukuran mur-baut 3/8”.
g. Pintu panel harus dihubungkan dengan rangka panel menggunakan
kawat tembaga Flexible (NYMHY 1 x 6 mm2) untuk pentanahan pintu
panel.
h. Untuk masuk dan keluarnya kabel ke dan dari panel menggunakan
wartel mur sesuai ukuran kabel.
• Bus-bar/Rel Tembaga
a. Bus-bar terbuat dari tembaga dengan kemurnian tinggi dengan
kemampuan arus minimum 1,5 kali kapasitas/kemampuan pengaman
utamanya, kecuali Bus-bar PE yang ukurannya lebih kecil dan
disesuaikan kawat tanahnya. Dimensi dan kemampuan rel dapat
dilihat pada gambar.
b. Semua Bus-bar (5 buah) harus dicat dengan warna sesuai ketentuan
PUIL pasal 701 :
- Fasa ke 1 L1/r Merah
- Fasa ke 2 L2/s Kuning
- Fasa ke 3 L3/t Hitam
- Netral N-Biru

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-74
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

- Penghantar PE-Hijau/Kuning
- Pembumian
c. Semua Bus-bar harus dipotong harus ditopang pada rangka
konstruksi dengan menggunakan penyangga atau dijepit partinax
pada beberapa tempat sehingga konstruksi Bus-bar cukup kuat dan
tidak lentur/bergetar. Tahanan isolasi terhadap Body/rangka minimum
50 M ohm.
d. Bus-bar untuk pertanahan/penghantar pembumian/ di klem dengan
baik ke rangka panel, cat pada bagian rangka yang menempel Bus-
bar pertanahan harus dihilangkan.
¾ Peralatan dan Komponen Panel
a. Peralatan pengaman/Circuit Breaker (MCCB/MCB) yang dipasang pada
Base Plate atau plat dasar yang terpasang kuat pada rangka panel.
b. Pengaman saluran keluar dan masuk (MCCB/MCB) harus dari pabrik
yang sama dengan ranting arus seperti tertera pada gambar diagram.
Standard Merk : MF, ABB, SIEMENS dan AEG.
c. Untuk panel distribusi harus dilengkapi dengan peralatan ukur dan meter
ukur type “Moving Iron Type” dengan ukuran 96 x 96 mm dan peralatan
lain misalnya : Lampu Indikator dan Minifuse.
d. Untuk memudahkan pengenalan distribusi beban pada setiap
MCCB/MCB dan peralatan penting yang lain harus diberi nama/nomor
saluran yang dapat dibaca dengan jelas/mudah.
e. Setiap pintu panel harus disediakan tempat untuk menyimpan
gambar/diagram panel. Gambar diagram panel harus dibundel rapi
dalam sampul plastik atau dilaminating.
f. Soft Starter
g. Kapsitas Bank Otomatis
h. Control unit version 3 (C.U.-3)
i. Monitoring and Protection Equitment (MPE)
¾ Sistem Pentanahan
a. Sistem pentanahan panel listrik yang digunakan pada instalasi ini adalah
sistem PNP (Pentanahan Netrak Pengaman), sesuai aturan yang
digunakan pada PUIL 1987.
b. Elektroda pentanahan menggunakan “Elektroda Pipa” dengan pipa
galfanis 1” dan kawat BC penampang 50 mm2 yang ditanam sedalam
minimal 3 (tiga) meter hingga dicapai tahanan pentanahan minimal 5
ohm.
c. Bila perlu elektroda pentanahan untuk badan peralatan dan panel harus
dipisahkan penanamannya sejauh minimum 3 meter satu dengan yang
lain.
d. Saluran pentanahan dari elektroda pentanahan sampai kebadan harus
dilindungi dengan pipa PVC HI ¾” atau pipa PVC AW ¾”.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-75
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

e. Saluran ini tidak boleh ada sambungan hanya diperbolehkan pada


terminal yang disediakan dengan menggunakan sambungan mur baut
dan sepatu kabel yang sesuai.
f. Penampang kawat pentanahan dari masing-masing panel dapat dilihat
pada gambar masing-masing panel.
g. Titik pentanahan panel ini harus dipisahkan dengan system pentanahan
penangkal petir dan peralatan lain (peralatan kontrol, MCFA, PABX, dll)
minimal sejauh 5 meter.
h. Penyambungan sipanel harus pada rek pentanahan atau mur baut yang
telah di las ke badan panel.
¾ Testing dan Commisioning
a. Sebelum melaksanakan pengujian Kontraktor harus merencanakan
jadwal pemeriksaan & pengujian untuk mendapatkan persetujuan dari
pengawas. Macam pemeriksaan dan pengujian.
- Pemeriksaan Visual
- Pemeriksaan sambungan listrik maupun mekanis
- Pengukuran tahanan isolasi dan tahanan pentanahan
- Pengujian dalam keadaan berbeban
b. Seluruh sistem dan Pekerjaan instalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji
dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaannya harus
menyertakan pengawas dan bila perlu dengan petugas dari instansi
terkait yang berwenang.
c. Sesudah seluruh instalasi terpasang seluruhnya harus diadakan
pengujian dan pemeriksaan instalasi secara keseluruhan.
d. Pengetesan juga dilakukan pada Grounding Existing untuk mengetahui
apakah tahanan pentanahan grounding tersebut masih baik/memenuhi
syarat atau tidak.
¾ Jaminan dan Masa Pemeliharaan
a. Jaminan instalasi & material instalasi menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
b. Masa pemeliharaan untuk seluruh pekerjaan instalasi listrik ditetapkan
selama 4 bulan setelah barang diserahkan kepada Pemilik /Pengawas.
c. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rudak atau
berfungsi kurang baik maka Pemborong harus segera memperbaiki atau
mengganti peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik.
¾ Lain-lain
a. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak
digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini, harus disediakan
oleh Kontraktor, sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-76
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

b. Kontraktor harus memintakan ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk


menjalankan instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini atas
tanggungan sendiri kepada berwenang yang terkait dengan pekerjaan ini
(PLN, DEPNAKER).
T. PERSYARATAN TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENYELESAIAN PEKERJAAN
INSTALASI POMPA AIR

1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi Pengadaan & Pemasangan Instalasi Pompa berikut
kelengkapannya dan alat bantu yang diperlukan.
Jenis dari Pompa-pompa yang akan diadakan harus dari jenis Submersible untuk
aplikasi penanggulangan dan pengendalian banjir dan pernah teruji beroperasi
dengan baik dan pernah terpasang di Indonesia dengan kapasitas minimum sama
dengan atau lebih besar dari pompa yang akan diadakan.
Pompa-pompa tersebut diadakan dan dipasang pada rumah pompa sebagai
berikut
1. Pompa Lumpur dengan kapasitas 250 l/detik, total Head 15 m.
2. Pompa Banjir dengan kapasitas 1500 l/detik, total Head 6 m.
2. Spesifikasi Teknik Pompa Lumpur
Spesifikasi teknik masing-masing pompa seperti yang diuraikan sebagai bertikut :
a. Pompa Lumpur
- Type : Submersible Sludge Pump
- Kapasitas : Q=15 m3/min atau Q=0.25 m3/det
- Total Head : H = 15 meter
- Standard Pengujian pompa : ISO 2548
- Efficiency : Minimum 65 %
- Material propeller/impeller : Cast Iron (ASTM A 48, CL 30)
- Material bodi pompa : Cast Iron (ASTM A 48, CL 30)
- Material poros pompa : Stainless steel (ASTM A 276,410)
- Konstruksi Pemasangan : Automatic Discharge Connector
b. Elektromotor :
- Type : Totally Enclosed Submersible
- Service Factor : 1.15
- Standard Desaign : NEMA-Desaign B
- Insulation class :F
- Efficiency : Minimum 90%
- IP : 68
- Daya/tegangan : max. 65 Kw, 380 Volt, 50 Hz, 3 phase
- Kabel submersible : min. 10 m

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-77
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

- Sistem Proteksi : - Sensor thermal protector jenis bi-metal


- Sensor Seal Leakage jenis elektroda
- Lapisan pelindung : Cat tahan karat (Epoxy Coafing)
- Material bodi pompa : Cast Iron (ASTM A 48, CL 30)
c. Pipa buang :

- Diameter : 300 mm
- Tebal pipa : 9 mm
- Coating : Cat anti karat (Bituminous 300 micron)
d. Panel Control:
- Jenis : Free Standing (berdiri)
- Tebal Plat : 2 mm
- Tebal panel : 800 mm
- Finishing : anti karat Power Coating RAL 7032 dicat
dengan warna yang ditentukan oleh
pengawas.
- Fungsi Kontrol : Masing-masing kontrol Panel harus dapat
mengontrol pompa-pompa yang terpasang
seperti yang disebutkan dalam item 3.17.1
- Pasangan panel : Pasangan panel sedemikian rupa sehingga
setiap peralatan dalam penel dengan
mudah masih dapat dijangkau, tergantung
daripada macam/Type Panel, bila
dibutuhkan tambahan atas/ pondasi/
penumpu/ penggantung maka Pemborong
harus menyediakan dan memasangnya
sekalipun tidak tertera dalam gambar.
3. Spesifikasi Teknis Pompa Banjir

a. Pompa
- Type : Submersible Drainage Pump.
- Kapasitas : Q=90 m3/min atau Q=1,50 m3/det.
- Total Haed : H= 6 Meter
- Standar Pengujian : ISO 2548
- Efisiensi : min 80 %
- Material Propeller/impeller : Aluminium Bronze (ASTM B 148,78)
- Material bodi pompa : Cast iron (ASTM A 48, CL 30)
- Material poros pompa : Stainless Steel (ASTM A 276, 410)
b. Elektromotor:
- Type : Totally Enclosed Submersible
- Service Factor : 1.10
- Standard Design : NEMA-Design B

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-78
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

- Insulation Class :F
- IP : 68
- Daya Tegangan : 130 KW, 3 Phase, 380 Vollt.
- Kabel Submersibel : - Type RNCT
- Triple compression sealing.
- Rubber bush with grommet.
- Sistim Pendingin : Pendinginan dilakukan dengan cara
mendinginkan selubung motor dengan
menggunakan air yang lewat pada saat
pompa beroperasi.
- Sistem Proteks : - Sensor Thermai Protector Type PT-100
- Sensor Seai Leakage type elektroda
- Sensor Moisture Type elektroda
- Sensor Bearing temperature PT-100
- Lapisan Pelindung : Cat tahan karat (epoxy coating)
- Material bodi motor : Cast iron (ASTM A48, CL 30)
c. Pipa Kolom. (Seperti yang terlihat dalam gambar)
- Diameter Pipa Kolom : 1100 - 1200 mm (disesuaikan dg produk
pompa)
- Diameter Pipa Buang : 900 mm
- Tebal Pipa : 11 mm
- Elbow/bend : 2 X 45 
- Coating : Cat anti karat
(Bituminus tebal 300 micron)
Jenis pompa air yang harus diadakan/dipasok adalah jenis pompa air celup
(submersible pump), dimana dalam pengoperasiannya keseluruhan bagian
dari unit pompa tersebut akan terendam didalam air oleh karena itu material
konstruksi dari pompa harus terbuat dari jenis material yang tahan terhadap
pengerusakkan yang disebabkan oleh zat-zat yang terkandung dalam air,
tahan terhadap lingkungan yang korosif dan tahan terhadap gesekan
material yang halus seperti lumpur.
Pompa yang dipasok harus merupakan pompa baru dan bukan pompa
bekas yang telah diperbaharui (re-build).
Secara terperinci spesifikasi pompa yang disyaratkan adalah :
1. Kondisi Desain
a. Kapasitas pekerjaan-unit pompa : seperti yang diuraikan
b. Total Head pompa yang diperlukan : seperti yang diuraikan
c. Elevasi muka air (Seperti yang Terlihat dalam gambar)

2. Perhitungan Head dan Power Pompa


Total head adalah hasil penjumlahan antara “Static Head” dan “Total
Head Loss” yang terjadi. Desain dari pompa yang akan dipasok harus

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-79
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

mempunyai efisiensi yang terbaik (maksimum) pada kondisi titik kerja


(duty point) dari pompa tersebut.
Penawar harus membuat dan menyajikan perhitungan rugi-rugi (head
loss) dan daya yang dibutuhkan untuk pompa yang ditawarkan tersebut
menggunakan formula “Darcy” dengan asumsi kehilangan tinggi pada
screen sebesar 0.1 m.

3. Ketentuan Material Pompa


Selubung pompa (Pump Body)
Bahan untuk selubung pompa harus terbuat dari bahan besi cor (cast
iron) dengan spesifikasi komposisi dari meterialnya stara ASTM A48
CL30 atau dengan kelas (grade) yang lebih tinggi serta harus
mempunyai permukaan cor yang sempurna atau telah melalui proses
dengan mesin (maching) pada bagian dalamnya sehingga kerja pompa
dan efisiensinya menjadi baik. Hasil pengecoran tersebut harus bebas
dari keropos dan retak serta cacat yang lain akibat dari proses
pengecoran dan machining tersebut.

4. Propeler/Impeler
Bahan untuk bagian propeler/impeler harus terbuat dari bahan yang ulet
dan tahan korosif, dengan perkataan lain harus terbuat dari Aluminium
Bronze dengan spesifikasi komposisi materialnya setara ASTM AB148,
198 atau dengan grade yang lebih tinggi.
Celah antara propeler/impeler dengan selubung pompa pada bagian sisi
hisap harus memiliki ketelitian yang tinggi yang dimaksudkan agar
dengan presisinya celah tersebut dapat diharapkan efisiensi pompa
menjadi lebih baik.
Spesifikasi teknis propeler/impeler
- Material : Aluminium Bronze ASTM AB148,958
- Jumlah Baling-baling : 4 buah
- Free Passege : 100 mm

5. Poros Pompa
Poros Pompa harus menyatu dengann motor penggeraknya, atau
dengan perkataan lain merupakan satu bentuk kesatuan antara poros
untuk propeler/impeler dengan motor.
Bahan poros pompa harus terbuat dari bahan yang tahan korotif serta
mampu menahan torsi motor penggerak dengan propeler/impeler pompa
sesuai dengan tegangan kerja tanpa adanya defleksi yang dapat
mengakibatkan poros menjadi rusak atau terpuntir.
Tingkat ketelitian poros baik terhadap propeler/impeler atau terhadap
bantalan dudukan harus cukup tinggi sehingga ketidakseimbangan
(unbalance) pada saat pompa dioperasikan (poros berputar) dapat
dihindari.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-80
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Standard poros yang digunakan harus terbuat dari baja tahan karat atau
grade yang lebih tinggi, atau untuk bahan stainless steel gradenya
setara dengan ASTM A276, 410 atau SUS 410.

6. Elektromotor
Penggerak pompa (pump driven) menggunakan elektromotor type
“submerged electromotor” dengan spesifikasi sebagai berikut :
Type : “Totally enclosed sumersible type”
Insulation Class :F
Service Factor : 1.15
Design Standard : NEMA-Design B, IP68
Tegangan : 380 Volt, 3 fasa, 50 Hz
Sistem Pendingin :Pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan
selubung motor (motor casing) dengan
menggunakan air yang lewat pada saat pompa
beroperasi.
Sistem Proteksi : - Sensor panas (thermal) pada tiap fasanya
- Sensor kebocoran seal (Seal leakage)
- Sensor kelembaban (Moisture)
- Bearing Sensor
Material Casing : Cast Iron : ASTM A48, CL30
Lapisan pelindung : Cat tahan karat (epoxy coating)

Kabel Elektromotor
Kabel pada elektromotor menggunakan jenis “Submersible Cable”
dengan spesifikasi sebagai berikut :
Type : RNCT
Kind of Insulation :F
Kind of sealing of lead cable : Triple compression sealing
Type of Installation : Rubber bush with Grommet

7. Pipa Kolom
Material harus terbuat dari steel plate setara ASTM A36 dengan dilapisi
cat dari bahan coal tar epoxy coating pada bagian permukannya.
Konstruksi pipa kolom adalah rolled steel fabricated dengan discharge
elbow mempunyai bentuk lengkung yang baik (smooth) pada bagian
dalam sehingga diharapkan dapat mengurangi nilai dari kerugian.
Ketebalan dari plat baja yang akan dipakai untuk membuat kolom pipa
tidak boleh kurang dari 11 mm
Diameter dalam dari pipa kolom untuk pompa kap 1500 l/detik adalah
1100 mm. Dilengkapi stopper guard pada bagian sole plate.

8. Spesifikasi Teknis Panel Kontrol


Panel kontrol pompa yang terpasang pada tiap-tiap lokasi harus dapat
mengoperasikan semua pompa yang terpasang pada masing-masing
rumah pompa seperti yang dijelaskan dalam item 3.17.1.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-81
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Dengan daya motor yang tidak lebih dari seperti yang dijelaskan di item
3.17.1.
Seluruh pompa pada saat akan dioperasikan (start) harus menggunakan
peralatan “Soft Starter” yang terpasang didalam panel kontrol.
Panel kontrol dilengkapi dengan unit pengendali (control unit) gangguan
yang minimal dapat mendeteksi gangguan-gangguan sebagai berikut :
- Beban terlalu rendah dan beban lebih (underload/overload)
- Tegangan terlalu rendah dan beban lebih (undervolt/overvolt)
- Arus tidak seimbang (current unbalance)
- Putaran motor terbalik (phase sequence)
- Gangguan pembumian (ground failure)
- Tahanan isolasi motor (isolation resistance)
- Kapasitor Bank otomatis
Panel kontrol dilengkapi dengan peralatan pemantau dan pengaman
gangguan pada pompa (monitoring and protection equipment) yang
dapat menerima sinyal gangguan dari peralatan deteksi (sensor)
gangguan yang dimiliki oleh masing-masing pompa celup yaitu sebagai
berikut :
- Sensor Temperatur Stator yang merupakan jenis PT-100Ω
- Sensor Temperatur Bearing yang merupakan jenis PT-100Ω
- Sensor kebocoran yang merupakan jenis Floating Switch
- Sensor Kelembaban yang merupakan jenis elektroda
Panel kontrol pompa ini harus dilengkapi dengan perlengkapan yang
dapat melakukan beberapa macam cara mengoperasikan (operation
mode) untuk kedua pompa tersebut yaitu :
- Cara Otomatis (Automatic mode)
• Seluruh pompa beroperasi dan berhenti secara otomatis
tergantung dari batas ketinggian air dalam kolam hisap (suction
folder)
- Cara manual (Manual mode)
• Masing-masing pompa dapat dioperasikan atau dihentikan hanya
dengan cara menekan tombol On-Off, akan tetapi kerjanya masih
tergantung dari batas ketinggian air pada kolam hisap.
- Cara darurat (by-pass/emergency mode)
• Masing-masing pompa dapat dioperasikan atau dihentikan hanya
dengan cara menekan tombol On-Off, akan tetapi kerjanya tidak
tergantung dari batas ketinggian air pada kolam hisap.
Pada bagian sisi luar dari panel kontrol pompa ini minimal harus
dilengkapi dengan peralatan monitoring lainnya antara lain :
• Ampere meter untuk masing-masing phasa dari sumber daya
• Ampere meter untuk masing-masing pompa

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-82
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

• Voltmeter, Kilowatt meter dan Frekuensi meter


• Indikator penunjuk ketinggian permukaan air (water level indicator)
• Indikator penunjuk gangguan (Alarm indicator)
• Indikator penunjuk kerja pompa (Pump indicator)
• Saklar pemilih model operasi (operation mode selctor switch)
• Tombol Start dan stop pompa
• Tombol Stop untuk sirine gangguan (horn)
• Tombol untuk pengujian lampu indicator (test light)
• Tombol untuk pengujian sirine gangguan (test horn)
• Tombol “reset” gangguan.
Kelengkapan lain dari panel kontrol pompa yang harus disertakan pada
saat memasok panel kontrol ini adalah :
• Sensor ketinggian permukaan air berbentuk batang yang terbuat dari
bahan logam anti karat (stainless steel) dan dipasang pada kolam
hisap lengkap dengan pipa pelindung terhadap kotoran atau sampah.

9. Pekerjaan Pemasangan Pompa


1. Gambar-gambar pemasangan instalasi secara detail harus dibuat oleh
Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan pemasangan pipa. Hal ini
harus diketahui dengan tepat letak/ukuran lubang pada dinding dan
lantai yang diperlukan untuk lewatnya pipa-pipa.
2. Kontraktor bertanggung jawab atas ukuran (dimensi) dan lokasi lubang-
lubang tersebut, dan apabila perlu harus melakukan
pembobokan/penambalan tanpa biaya tambahan.
3. Kontraktor berkewajiban mengajukan ijin pemasangan pompa driange
dan instalasinya sebelum pekerjaan dilaksanakan, dengan melengkapi
gambar-gambar shop drawing yang telah disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas atau Direksi.
4. Pipa-pipa tidak boleh menembus kolom, kepala kolom, atau balok, tanpa
mendapat ijin tertulis dari Konsultan pengawas atau Direksi.
5. Pompa harus dipasang sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan oleh pabrik.
4. Testing dan Commisioning

a. Sebelum melaksanakan pengujian, Kontraktor harus merencanakn


jadwal pemeriksaan dan pengujian untuk mendapat persetujuan dari
konsultan pengawas atau Direksi.
b. Seluruh sistem dan pekerjaan intalasi harus diperiksa, diteliti dan diuji
dengan baik sebelum diserahkan dan pelaksanaanya harus

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-83
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

menyertakan pengawas dan bila perlu dengan petugas dari instansi


terkait yang berwenang.
c. Seluruh sistem pemipaan harus diuji dan tidak boleh ada kebocoran.
d. Apabila pada waktu pemeriksaan atau pengujian ternyata ada kerusakan
atau kegagalan dari bagian instalasi, maka Kontraktor harus mengganti
bagian atau bahan yang rusak, tersebut tanpa dipungut biaya dan
pengujian dilakukan lagi sampai berhasil dengan baik.
5. Pekerjaan Pemasangan

a. Gambar-gambar pemasangan instalasi secara detail harus dibuat oleh


Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan pemasangan.
b. Kontraktor tertanggung jawab atas ukuran (dimensi) dan apabila perlu
Kontraktor harus melakukan pembaikan-perbaikan/penyempurnaan-
penyempurnaan tanpa biaya tambahan.
c. Kontraktor berkewajiban mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan
pemasangan sebelum pekerjaan dilaksanakan, dengan melengkapi
gambar-gambar shop drawing yang telah disetujui terlebih dahulu oleh
Konsultan Pengawas atau Direksi.
6. Pemeriksaan dan Pengujian

a. Peralatan yang disuplai harus ditest oleh Petugas Pabrik/ agen dengan
prosedur/ketentuan test yangsudah baku.
b. Peralatan yang disuplai ini harus disertai dengan test certificate yang asli
dari pabrik pembuat dan surat keterangan lain yang mendukung
pengesahan barang dari pabrik pembuat. Surat keterangan dari luar
pabrik tidak diakui kebenarannya.
c. Seluruh biaya untuk pengujian tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
d. Sesudah pengujian selesai Kontraktor diwajibkan mengadakan pelatihan
untuk petugas pengelola yang ditunjuk sampai petugas tersebut
dianggap cukup mahir menangani pengoperasian dan pemeliharaan
peralatan.
e. Pelatihan untuk teknisi dilaksanakan oleh Kontraktor dan dilaksanakan
sejak mulai pemasangan peralatan. Pelatihan secara keseluruhan sistem
akan dilaksanakan bila pekerjaan instalasi telah selesai dikerjakan dan
ditest.
f. Pihak Pemilik proyek harus sudah menyiapkan petugas/teknisi yang
akan dilatih untuk keperluan ini.
g. Kontraktor diwajibkan membuat atau menyerahkan :
1. Sertifikat uji dari pabrik pembuatnya (Factory Teest Certificate)
2. Sertifikat garansi dari pabrik pembuatnya
3. Certificate Country of Origin

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-84
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

4. Buku petunjuk untuk pengoperasian dan pemeliharaan selanjutnya.


7. Jaminan dan Masa Pemeliharaan

a. Peralatan yang disuplai harus diserahkan dalam kondisi baik, baru tanpa
cacat dan garansi penuh. Pemilik harus dibebaskan dari segala bentuk
pembayaran akibat segala kerusakan pada pemakaian normal untuk
waktu 1 tahun setelah pengesahan penyerahan pekerjaan.
b. Jaminan pekerjaan instalasi dan peralatan yang disuplai Kontraktor
termasuk material instalasi/pemipaan menjadi tanggung jawab
Kontraktor.
c. Jaminan/garansi peralataan yang disuplai Kontraktor diatur dalam
perjanjian tersendiri antara Kontraktor dan Pemilik.
d. Masa pemeliharaan untuk seluruh Pekerjaan instalasi dan pemasangan
ditetapkan selama 4 tahun setelah barang diserahkan kepada
Pemilik/Pengawas dan disesuaikan dengan masa pemeliharaan
pekerjaan Sipil/arsitektur.
e. Dalam masa pemeliharaan apabila ditemukan instalasi yang rusak atau
berfungsi kurang baik maka Kontraktor harus segera memperbaiki atau
mengganti peralatan tersebut sampai dapat berfungsi dengan baik.
8. Lain-lain

a. Peralatan-peralatan tambahan yang diperlukan, walaupun tidak


digambarkan atau disebutkan dalam spesifikasi ini, harus disediakan
oleh Kontraktor, sehingga instalasi dapat bekerja dengan baik dan dapat
dipertanggung jawabkan tanpa tambahan biaya.
b. Kontraktor harus memintakan ijin-ijin yang mungkin diperlukan untuk
menjalankan instalasi yang dinyatakan dalam spesifikasi ini atas
tanggungan/biaya Kontraktor kepada instansi berwenang yang terkait
dengan Pekerjaan ini.
9. Manual Overhead Travelling Crane

Pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan satu (1) unit manual
overhead travelling crane merk Kone, Daichi atau setara di rumah pompa
dengan kapasitas pengangkatan minimal 5 ton dengan jenis Single Girder.
Span dan panjang untuk travelling disesuaikan dengan ukuran rumah
pompa. Spesifikasi teknik overhead crane adalah sebagai berikut :

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-85
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

No. Uraian
1. Kapasitas 5 ton
2. Lift 5m
3. Span Sesuai jarak kolom
4. Lenght Sesuai jarak kolom
5. Type -
6. Operasional
a. Lift Manual
b. Travelling Manual

10. Genset

1. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi pengadaan Genset 650 KVA yang memenuhi
spesifikasi sebagai berikut :
a. Genset yang diperlukan adalah jenis continuous dengan out put
minimal 520 kW / 650 kVA.
b. Genset yang diperlukan adalah Genset type silent 650 KVA.
c. Genset yang dimaksud dilengkapi dengan sound proofing, tingkat
kebisingan 75 dB @ 7 m.
d. Genset yang dimaksud dioperasikan secara single atau pararel didalam
ruangan 27 derajad celcius / 60 RH diiklim tropis (tropical).
e. Genset yang handal, mudah dioperasikan, efisien biaya perawatan,
kondisi purna jual terjamin.
f. Engine :
1). Spesifikasi :
Engine data
Manufacturer / Model : -
Cylinder Arrangement : -
Displacement : -
Bore and Stroke : -
Compression ratio : 16 : 1
Rated RPM : 1500 Rpm
Piston Speed : -
Max. Prime Power at rated RPM : Min. 110% dari 520kW
Frequency regulation, steady state : +/-0. 5%
BMEP : -
Governor : type : Elec

Exhaust system
Exhaust as flow : -
Exhaust temperature : 450 – 500°C
Max back pressure : 450 – 550mm

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-86
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Fuel system
110% (Stand By power ) : 155 – 165L/h
100% (of the Prime Power) : 140 – 150L/h
75% (of the Prime Power) : 103 – 113L/h
50% (of the Prime Power) : 68.5 – 77.5L/h
Total fuel flow : 420 – 460L/h

Coolant system
Radiator & engine capacity : -
Max water temperature : 95 – 97°C
Outlet water temperature : 90 – 95°C
Fan power : -
Fan air flow : -
Available restriction on air flow : -
Type of coolant : -
Thermostat : 70-90 °C

2). Spesifikasi tambahan :


Engine dan Radiator : Heat shield protection
Oil drain extention
Heavy duty air filter
Lube oil drain pump
Radiator core guard
Battery charger

Alternator : Anti condensation heater

Control panel : Paralleling system


Remote annunciator
Oil temperatur shutdown
Key start panel

Exhaust : Residential silencer


Critical cilencer
Frexible exhaust conn.

Fuel : Daily tank dengan


kapasitas minimum 250
liter.
Water separator fuel filter

g. Alternator :
1). Spesifikasi :
Manufacturer : -
Alternator Model/Series : -
Power Rated : 520kW / 650 kVA
Voltage / Frequency (Hz) : 380 V, 3 Phase / 50
Power Factor (Cos Phi) 0.8
Ration Speed : 1500 Rpm

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-87
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Voltage Regulation 0 to 100% load : ± 1%


Voltage Regulation : IP 21 drip proof.
Insulation : Class, temperature rise : H/H
Over speed : 2250 RPM
Altitude : < 1000 m
Total Harmonics (TGH/THC) : < 4%
Wave form: NEMA =TIF-TGH/THC : < 50
Recovery time : 400 – 600 ms

2. Persyaratan Teknik
Spesifikasi Komponen
Komponen/spare part : Standar dari manufakturer atau yang disetujui oleh
Pengguna Barang/Jasa.

Pengetesan
a. Penyedia Barang/Jasa wajib menyelenggarakan tes kinerja untuk
peralatan utama Genset type silent 650 KVA, panel dan lain-lain yang
dilakukan oleh penyedia barang/jasa.
b. Setiap hasil test/pengujian harus mendapat persetujuan dari pihak
pengguna jasa & konsultan.
c. Setiap ada ketidak sesuaian antara pengetesan dengan desain,
Penyedia Barang/Jasa harus melakukan konsultasi dengan pihak
pengguna jasa & konsultan.

Sertifikat
Penyedia Barang/Jasa diwajibkan membuat atau menyerahkan :
a. Sertifikat uji dari pabrik pembuat (Factory Test Certificate)
b. Sertifikat garansi dari pabrik pembuat
c. Sertifikat Country Origin.

U. PEKERJAAN BETON PRECAST PRESTRESS

1. Persyaratan yang berkenaan dengan beton pada umumnya harus


diperhatikan dalam hal pekerjaan beton Prestress.

2. Yang termasuk dalam beton Prestress ini terbatas pada seluruh detail
yang ditunjukkan dalam gambar :
- Concrete Sheet Pile / Flat Sheet Pile
- Tiang Pancang / Concrete Pile

3. Beton Prestress untuk Concrete Sheet Pile / Flat Sheet Pile dan
Concrete Pile harus dibuat oleh pabrikan yang memiliki Quality System
atau jaminan kualitas dan atau telah memiliki sertifikasi ISO.

4. Sebagai syarat diterimanya beton precast pihak Penyedia Barang /


Jasa diwajibkan mengundang pihak Pengguna Barang / Jasa untuk
melakukan inspeksi setiap tahapan pelaksanaan pabrikasi. Pihak

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-88
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Pengguna Barang / Jasa akan menolak jika mutu dari pabrikan tidak
sesuai mutu dan spesifikasi teknis.

5. Unit beton Prestress harus diangkat pada titik-titik pengangkatan yang


ditentukan dalam gambar kerja. Apabila tidak ditunjukkan secara
spesifik dalam gambar, kontraktor harus mengusulkan dalam waktu 7
hari sebelum pelaksanaan dimulai. Gambar shop drawing lengkap
dengan bentuk kait yang akan ditanam dalam beton. Unit beton
pracetak baru boleh diangkat dan dipasang pada pekerjaan permanen
setelah kekuatan mencapai kekuatan karakteristik yang disyaratkan,
yang ditunjukan dari hasil uji tekan silinder dan disetujui Direksi.
Kontraktor harus mengetahui cara mengangkat dan memuat.
Mengangkat, membongkar dan menumpuk seluruh unit beton
Prestress dan menyerahkannya untuk disetujui Direksi.

V. PEKERJAAN PINTU AIR

1. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan meliputi Pengadaan dan pemasangan pintu air yang
memenuhi spesifikasi sebagai berikut :
a. Pintu air yang diperlukan adalah Pintu air yang dapat menerima beban
tekanan air setinggi 4 m dengan berbagai posisi.
b. Type Pintu air adalah elektrik dengan beban pemberat sebagai peringan
beban pada saat pintu dibuka/ditutup.
c. Setiap unit Pintu air diperlengkapi dengan kait angkut (lifting lag) pada
sisi-sisinya.
d. Panjang dan lebar Pintu air disesuaikan dengan gambar perencanaan.
e. Pintu air yang handal, mudah dioperasikan dan efisien biaya perawatan.
f. Perhitungan dan gambar desain Pintu air diajukan ke Pengguna Jasa
atau Konsultan Perencana untuk informasi.
g. Material yang digunakan adalah plat SS 400 atau SS 41. Ketebalan plat
minimum 12 mm dan faktor korosi harus dimasukkan ke dalam
perhitungan ketebalan minimum spesifik.
h. Finishing Pintu air harus dicoating anti karat.
i. Pintu air yang didesain dan dipabrikasi harus memenuhi standar yang
telah ditentukan dalam dokumen tender ini.
j. Pengelasan Pintu air merujuk pada ASME Sec. IX atau standar yang
telah ditentukan dalam dokumen tender ini.

2. PERSYARATAN TEKNIK
Spesifikasi Komponen
Komponen/spare part : Standar dari manufakturer atau yang disetujui oleh
Pengguna Barang/Jasa. Penggunaan komponen-komponen dalam
pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari pabrik
yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan tanggung jawab
Penyedia Barang/Jasa.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-89
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

Pengetesan
a. Penyedia Barang/Jasa wajib menyelenggarakan tes.
b. Hasil test/pengujian harus mendapat persetujuan dari pihak pengguna
jasa & konsultan pengawas.

Sertifikat
Penyedia Barang/Jasa diwajibkan membuat atau menyerahkan :
a. Sertifikat material/plat yang digunakan.
b. Sertifikat tenaga kerja/tenaga ahli las yang diperkerjakan dan masih
berlaku saat pelaksanaan pekerjaan ini.

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


VI-90
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

BAB VI
SPESIFIKASI TEKNIS

DA FTAR ISI

A. Data Proyek .................................................................................................. VI-1

1. Lingkup Pekerjaan ......................................................................................... VI-1


2. Rencana Kerja............................................................................................... VI-1
3. Tempat Kerja ................................................................................................. VI-1
4. Tanggung Jawab Kontraktor ......................................................................... VI-2
5. Tenaga Kerja ................................................................................................. VI-2
6. Satuan Ukuran .............................................................................................. VI-2
7. Perintah Untuk Pelaksanaan ......................................................................... VI-2
8. Pekerjaan Dan Bahan Bahan Yang Termasuk Didalam
Harga Satuan. ............................................................................................... VI-2
9. Laporan. ........................................................................................................ VI-3
10. Gambar–Gambar Dan Ukuran ...................................................................... VI-3
11. Wilayah Kerja ................................................................................................ VI-3
12. Bahan-Bahan Dan Mutu Pekerjaan ............................................................... VI-4
13. Pelaksanaan Pekerjaan Dalam Keadaan Kering ........................................... VI-4
14. Pembongkaran Struktur Yang Ada ................................................................ VI-5
15. Kewajiban Kontraktor Untuk Material Yang Diselamatkan
Dan Struktural Yang Ada ............................................................................... VI-5
16. Pengaturan Pembuangan Sisa-Sisa ............................................................. VI-6
17. Prosedur Pembongkaran............................................................................... VI-6
18. Pemindahan Dari Material Bongkaran ........................................................... VI-6

B. Pekerjaan Persiapan ................................................................................... VI-7

1. Pembersih Lapangan .................................................................................... VI-7


2. Pengukuran ................................................................................................... VI-7
3. Pematokan Dan Bouwplank .......................................................................... VI-9
4. Mobilisasi....................................................................................................... VI-9
5. Kantor Lapangan/ Ruangan Direksi ............................................................ VI-10
6. Pengaturan Lalu Lintas................................................................................ VI-11
7. Papan Nama Proyek ................................................................................... VI-12
8. Gambar-Gambar Yang Harus Dipersiapkan Oleh Kontraktor...................... VI-13

C. Sarana Penunjang Pekerjaan ................................................................... VI-16

1. Photo Dokumentasi ..................................................................................... VI-16


2. Jalan Kerja .................................................................................................. VI-17
3. Pengeringan Atau “Coffering Dan Dewatering” ........................................... VI-18

D. Pekerjaan Tanah ........................................................................................ VI-19

1. Umum .......................................................................................................... VI-19


2. Penyelidikan Lapangan ............................................................................... VI-20
3. Ijin Kerja ...................................................................................................... VI-20
4. Penurapan Dan Perlindungan ..................................................................... VI-20
5. Pengendalian Air ......................................................................................... VI-20
6. Pekerjaan Galian ......................................................................................... VI-21

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


i
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

7. Urugan Dan Timbunan Tanah ..................................................................... VI-23


8. Pengurugan Kembali Pada Bangunan-Bangunan
Dan Pada Pekerjaan Pasangan Batu .......................................................... VI-25
9. Kelebihan Galian Dan Pembuangan Sisa Galian ........................................ VI-25

E. Pekerjaan Pondasi Batu Kali .................................................................... VI-25

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-25


2. Syarat-Syarat Bahan ................................................................................... VI-25
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-25
4. Pembuatan Lubang Suling-Suling ............................................................... VI-26
5. Pekerjaan Akhir Pasangan Batu .................................................................. VI-26
6. Pekerjaan Trucuk Kayu Gelam .................................................................... VI-27

F. Pekerjaan Beton ........................................................................................ VI-27

1. Umum .......................................................................................................... VI-27


2. Persyaratan Bahan ...................................................................................... VI-29
3. Pencampuran Bahan ................................................................................... VI-33
4. Rencana Campuran Beton .......................................................................... VI-33
5. Workability (Kelecakan Beton) .................................................................... VI-33
6. Contoh Campuran Beton ............................................................................. VI-33
7. Batasan Rasio Campuran Air/Semen .......................................................... VI-34
8. Pengadukan Beton ...................................................................................... VI-34
9. Persyaratan Pelaksanaan ........................................................................... VI-36
A. Siar-Siar Konstruksi ..................................................................................... VI-36
B. Pembuatan Bekisting................................................................................... VI-37
C. Pembongkaran Bekisting............................................................................. VI-38
D. Kerusakan Pada Permukaan Bekisting ....................................................... VI-38
E. Pengecoran Beton ....................................................................................... VI-39
F. Beton Ready Mix ......................................................................................... VI-43
G. Perawatan (Curing) ..................................................................................... VI-44

G. Pekerjaan Pasangan Dinding Bata........................................................... VI-44

1. Ruang Lingkup Pekerjaan ........................................................................... VI-44


2. Persyaratan Bahan ...................................................................................... VI-45
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-45

H. Pekerjaan Plesteran .................................................................................. VI-46

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-46


2. Persyaratan Bahan ...................................................................................... VI-46
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-46

I. Pekerjaan Rabat Beton ............................................................................. VI-47

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-47


2. Persyaratan Bahan ...................................................................................... VI-47
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-48

J. Pekerjaan Cat Dinding Dan Langit-Langit Beton Exposed .................... VI-48

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-48

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


ii
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

2. Syarat-Syarat Bahan ................................................................................... VI-48


3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-48

K. Pekerjaan Pengecatan .............................................................................. VI-49

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-49


2. Persyaratan Bahan ...................................................................................... VI-49
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-50

L. Pekerjaan Kusen, Pintu, Jendela, Perlengkapan


Kunci Dan Penggantung ........................................................................... VI-51

1. Hal-Hal Umum ............................................................................................. VI-51


2. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-51
3. Kualitas Dan Jenis Kayu.............................................................................. VI-51
4. Ukuran ......................................................................................................... VI-52
5. Permukaan Luar .......................................................................................... VI-52
6. Pengawetan/Perlindungan Kayu ................................................................. VI-52
7. Pembuatan .................................................................................................. VI-52

M. Pekerjaan Daun Pintu Panel ..................................................................... VI-53

1. Pengendalian Pekerjaan ............................................................................. VI-53


2. Syarat-Syarat Bahan ................................................................................... VI-53
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-53

N. Pekerjaan Kusen ....................................................................................... VI-53

1. Persyaratan Umum ..................................................................................... VI-53


2. Penyempurnaan (Finishing) ........................................................................ VI-54
3. Memasang Dan Menggantung Pintu Dan Jendela ...................................... VI-54

O. Pekerjaan Pemasangan Kaca ................................................................... VI-54

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-54


2. Syarat-Syarat Bahan ................................................................................... VI-54
3. Pemasangan Kaca Pada Kusen Kayu ........................................................ VI-54

P. Pekerjaan Kunci-Kunci Dan Alat Penggantung ...................................... VI-55

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-55


2. Bahan .......................................................................................................... VI-55

Q. Pekerjaan Lantai Keramik ......................................................................... VI-55

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-55


2. Persyaratan Bahan ...................................................................................... VI-55
3. Syarat-Syarat Pelaksanaan ......................................................................... VI-55
4. Pekerjaan Waterproofing ............................................................................ VI-56

R. Spesifikasi Pekerjaan Plumbing .............................................................. VI-57

1. Spesifikasi Umum ........................................................................................ VI-57


2. Spesifikasi Teknis ........................................................................................ VI-57

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


iii
PEMERINTAH KOTA SURABAYA
DINAS BINA MARGA DAN PEMATUSAN

S. Spesifikasi Pekerjaan Mekanikal & Elektrikal ......................................... VI-60

1. Gambaran Umum ........................................................................................ VI-60


2. Skope Kontrak Pekerjaan ............................................................................ VI-60
3. Gambar Kontrak .......................................................................................... VI-60
4. Gambar-Gambar Pelaksanaan .................................................................... VI-61
5. Metode Pelaksanaan ................................................................................... VI-61
6. Hak Untuk Merubah Disain, Gambar Dan Material ..................................... VI-61

T. Persyaratan Teknis Pelaksanaan Dan Penyelesaian


Pekerjaan Instalasi Pompa Air ................................................................. VI-77

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-77


2. Spesifikasi Teknik Pompa Lumpur .............................................................. VI-77
A. Pompa Lumpur ............................................................................................ VI-77
B. Elektromotor : .............................................................................................. VI-77
C. Pipa Buang : ................................................................................................ VI-78
D. Panel Control: .............................................................................................. VI-78
3. Spesifikasi Teknis Pompa Banjir ................................................................. VI-78
A. Pompa ......................................................................................................... VI-78
B. Elektromotor: ............................................................................................... VI-78
C. Pipa Kolom. (Seperti Yang Terlihat Dalam Gambar) ................................... VI-79
4. Testing Dan Commisioning ......................................................................... VI-83
5. Pekerjaan Pemasangan .............................................................................. VI-84
6. Pemeriksaan Dan Pengujian ....................................................................... VI-84
7. Jaminan Dan Masa Pemeliharaan .............................................................. VI-85
8. Lain-Lain...................................................................................................... VI-85
9. Manual Overhead Travelling Crane ............................................................. VI-85
10. Genset ......................................................................................................... VI-86
1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-86
2. Persyaratan Teknik ..................................................................................... VI-88
11. Pekerjaan Sound Proofing.................................. Error! Bookmark not defined.

U. Pekerjaan Beton Precast Prestress ......................................................... VI-88

V. Pekerjaan Pintu Air.................................................................................... VI-89

1. Lingkup Pekerjaan ....................................................................................... VI-89


2. Persyaratan Teknik ..................................................................................... VI-89

“ DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA “


iv

You might also like