You are on page 1of 6

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89C51

SEBAGAI PEMBANGKIT PWM SINUSOIDA 1 FASA


UNTUK MENGENDALIKAN PUTARAN MOTOR SINKRON

Hari Wahyu W1, Bambang Sutopo2


1
Penulis, Mahasiswa S-1 Teknik Elektro – UGM, Yogyakarta
2
Dosen Pembimbing I, Staff Pengajar pada Jurusan Teknik Elektro – UGM, Yogyakarta

ABSTRACT
Single phase pulse width modulation inverter is a circuit which convert DC voltage to AC voltage for
one phase. Generating PWM signal digitally give good performance because their immune from noisy.
Designing a PWM signal generator using microcontroller has several advantages, such as easy to programed
and network inverter become modestly. The aim of this thesis is designing generating of signal PWM one phase
by using microcontroller AT89C51. By using this inverter, hence operation of speed of motor AC can be
controlled with more carefully. This network inverter is designed so that summarize, therefore a minimum
system of mikrokontroler only rely on the single chip mode.
Observation shows that the design of PWM generator work well. The PWM signal which produced has
24 pulse each periode and frequency interval between 20 – 66,67 Hz with the increase and degradation of each
every 0,067 Hz.

ABSTRAKSI
Pulse Width Modulation Inverter satu fase adalah rangkaian pengubah tegangan searah menjadi
tegangan bolak balik untuk satu fase. Pembangkitan sinyal PWM secara digital dapat memberikan unjuk kerja
sistem yang bagus karena lebih kebal terhadap gangguan/derau. Perancangan sebuah pembangkit sinyal PWM
menggunakan mikrokontroler memiliki beberapa keuntungan yaitu mudah diprogram dan rangkaian inverter
menjadi sederhana. Tujuan tugas akhir ini adalah merancang pembangkit sinyal PWM satu fase dengan
menggunakan mikrokontroler AT89C51. Dengan menggunakan inverter ini, maka pengendalian kecepatan
motor AC dapat dilakukan dengan lebih teliti. Rangkaian inverter ini dirancang supaya ringkas, oleh karena itu
pada sistem minimal mikrokontroler hanya mengandalkan ragam chip tunggal.
Hasil pengamatan menunjukan bahwa rancangan pembangkit PWM telah berfungsi dengan baik. Sinyal
PWM yang dibangkitkan memiliki 24 pulsa setiap periode dan rentang frekuensi antara 20 – 66,67 Hz dengan
kenaikan dan penurunan setiap 0,067 Hz.

Keyword: Inverter PWM Satu Fase, AT89C51

1. Pendahuluan praktis dan ekonomis untuk diterapkan berkat


Motor AC memiliki keunggulan dalam hal semakin pesatnya perkembangan komponen
kesederhanaan dan murahnya biaya perawatan semikonduktor (terutama komponen daya yang
sehingga jenis motor ini banyak dipakai di mempunyai waktu penyaklaran sangat cepat).
lingkungan industri maupun rumah tangga. Pada pengendalian kecepatan motor AC,
Pengendalian kecepatan putaran motor AC dapat inverter PWM mempunyai kelebihan yaitu mampu
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan menggerakkan motor induksi dengan putaran halus
kendali tegangan dan frekuensi. dan rentang yang lebar. Selain itu apabila
Inverter adalah konverter DC ke AC pembangkitan sinyal PWM dilakukan secara digital
dengan tegangan dan frekuensi keluaran dapat akan dapat diperoleh unjuk kerja sistem yang bagus
diatur sehingga motor AC dapat dikendalikan karena lebih kebal terhadap derau.
dengan fleksibel. Ada beberapa jenis inverter
diantaranya adalah inverter PWM (Pulse Width 2. Tinjauan Pustaka
Modulation). Keuntungan operasi inverter PWM Perancangan dengan FPGA dapat
sebagai teknik konversi dibanding dengan jenis- dilakukan dengan cepat, mudah dimodifikasi dan
jenis inverter lainnya adalah rendahnya distorsi sesuai untuk prototyping, tetapi akan relatif mahal
harmonik pada tegangan keluaran dibanding dengan dan tidak ekonomis untuk produksi yang besar
jenis inverter lainnya. Selain itu teknik PWM sangat (Sutopo, 2000). Penggunaan dengan ASIC

1
(Application Specific Integrated Circuit) akan lebih
sesuai untuk produksi besar, tetapi perancangan
dengan ASIC akan lebih kompleks dan memerlukan
waktu yang lebih lama.
Menurut Agus Bejo (2003), pembangkitan
sinyal dengan menggunakan FPGA, di satu sisi
dapat memenuhi tuntutan akan kecepatan tetapi
disisi lain kurang fleksibel dalam pengoperasian
kendalinya. Frekuensi sinyal PWM yang dihasilkan
memiliki rentang antara 3 – 110 Hz dengan
kenaikan terkecil 1 Hz. Penggunaan mikrokontroler
dalam pembangkitan sinyal PWM di satu sisi
memiliki kelebihan berupa fleksibilitas dan
realibilitas namun disisi lain memiliki kekurangan
dalam hal beban komputasi. Oleh karena itu
diperlukan suatu cara agar komputasi PWM tidak
membebani mikrokontroler.
Gambar 1. (a) Proses pembandingan antara sinyal
3. Dasar Teori pembawa dengan sinyal referensi, (b) Sinyal
Inverter PWM Sinusoida satu fase penggerak A, (c) Sinyal penggerak BN,
menghasilkan pulsa PWM bolak balik satu fase (d) Sinyal SPWM
dengan nilai tegangan bolak balik efektifnya
dirumuskan sebagai berikut: Proses pembangkitan SPWM secara digital
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
T
1 2 1. Dengan membangkitkan gelombang
T ∫0
Vrms = v dt (1) segitiga dan gelombang sinus secara
diskret dengan metode look up table.
dengan Vrms = tegangan efektif Kemudian dilakukan pembandingan untuk
v = fungsi tegangan masing-masing nilai amplitudo gelombang
T = perioda sinus dan segitiga seperti pada gambar 1.
Oleh karena pada inverter SPWM nilai Cara ini sama halnya dengan
tegangan masukan DC adalah konstan maka membangkitkan gelombang sinus analog
tegangan rms dapat juga dirumuskan : dan gelombang segitiga analog secara

Vrms = VDC
∑t P
(2)
digital.
2. Dengan mencari terlebih dahulu waktu
T untuk setiap pulsa masing-masing sinyal
dengan Vrms = tegangan efektif penggerak, untuk dijadikan data dalam
VDC = tegangan searah inverter proses pembangkitan sinyal penggerak
tp = lebar pulsa tinggi dalam 1 periode secara look up table. Cara inilah yang
T = perioda dipakai dalam perancangan tugas akhir ini.
Untuk menghasilkan sinyal PWM tersebut
dapat menggunakan 2 buah sinyal sinus dan 1 4. Metodologi Penelitian
sinyal segitiga atau dengan menggunakan 1 buah Metodologi yang digunakan dalam penelitian
sinyal sinus dan 2 buah sinyal segitiga. ini adalah sebagai berikut :
Pada proses pembangkitan SPWM dengan 1. Studi literatur mengenai Inverter PWM
menggunakan 2 buah sinyal sinus dan sebuah sinyal satu fase dan Mikrokontroler AT89C51.
segitiga, dilakukan pembandingan amplitudo antara 2. Merancang dan mensimulasi PWM Satu
sinyal segitiga dengan sinyal sinus. Sinyal Fase secara software dengan simulink
penggerak akan dibangkitkan apabila amplitudo dari MATLAB 6.0.
sinyal sinus lebih besar daripada amplitudo sinyal 3. Merancang dan membuat sistem secara
segitiga. Masing-masing sinyal penggerak hardware.
digunakan untuk penyaklaran sehingga diperoleh 4. Merancang perangkat lunak pembangkit
sinyal PWM. Proses pembangkitan SPWM tersebut sinyal penggerak dengan menggunakan
dapat dilihat pada gambar 1. bahasa Assembly.
5. Menguji dan mengambil data dari
perancangan.
6. Menganalisa hasil dan membuat
kesimpulan.

2
5. Hasil Implementasi dan Pembahasan IN_A 7
U1
13 R2 7
D1A

a
IN_B 1 A A 12 470

5.1 Perancangan Sistem IN_C 2 B B 11 R3 6

b
IN_D 6 C C 10 470
D D 9 R4 4

Secara lebih detailnya sistem pengendalian

c
VCC_5V 3 E 15 470
4 LT F 14 R5 2

d
BI G

CC
LE1 5 470 3

kecepatan motor sinkron dapat dilihat dalam LE R6 1

e
4511 470
R7 9

gambar 2.

f
470
JP1 R8 10

g
LE1 470
1

DP
LE2 GND 5
2 LE3
3 LE4
4 IN_A LDS-C50R
5 IN_B
6 IN_C D2A
U2
7 IN_D IN_A 7 13 R9 7

a
8 IN_B 1 A A 12 470
Port3 IN_C 2 B B 11 R10 6

b
IN_D 6 C C 10 470
D D 9 R11 4

c
VCC_5V 3 E 15 470
4 LT F 14 R12 2

d
BI G

CC
LE2 5 470 3
LE R13 1

e
4511 470
R14 9

f
470
R15 10

g
J2 470

DP
VCC_5V GND 5
1
2 GND
Power Supply LDS-C50R

U3 D3A
IN_A 7 13 R16 7

a
IN_B 1 A A 12 470
IN_C 2 B B 11 R17 6

b
IN_D 6 C C 10 470
D D 9 R18 4

c
VCC_5V 3 E 15 470
4 LT F 14 R19 2

d
BI G

CC
LE2 5 470 3
LE R20 1

e
4511 470
R21 9

f
470
R22 10

g
470
Gambar 2. Diagram kotak inverter PWM 1 fasa

DP
GND 5

LDS-C50R

U4 D4A

A. Untai H-Bridge IN_A 7 13 R23 7

a
IN_B 1 A A 12 470
IN_C 2 B B 11 R24 6 GND
Rangkaian H-bridge berfungsi sebagai

b
IN_D 6 C C 10 470
D D 9 R25 4

c
VCC_5V 3 E 15 470
rangkaian penyaklar tegangan sekitar 80 VDC. 4 LT F 14 R26 2

d
BI G

CC
LE2 5 470 3
LE R27 1

Untuk melakukan penyaklaran, diperlukan

e
4511 470
R28 9

f
470

MOSFET yaitu IRF 540N yang memiliki waktu R29 10

g
470

DP
GND 5

naik dan waktu turun yang cepat, dan VDSS LDS-C50R

maksimal 100 V. Gambar 4 Rancangan rangkaian penampil 7 segmen


VDC_80V

Yang pertama-tama dilakukan yaitu mengambil


2 2
Q3 data dari RAM, kemudian 4 bit high data tersebut
Q1 IRF540
IRF540 di-OR-kan dengan bit untuk menonaktifkan latch
A 1 1 BN
(bit 0 pada pin latch enable) dari IC 4511.
3 MG1 3
Kemudian data tersebut dibalik 4 bit tinggi dengan
GND_A 1 2 GND_BN
4 bit rendahnya lalu dikirim ke port 2. Setelah itu 4
2 2 bit rendahnya dibuat 1 semua untuk menahan data
MOTOR AC Q4
Q2
IRF540
IRF540 di IC dengan menggunakan instruksi ORL lalu
AN 1 1 B dikirimkan ke port 2. Langkah tersebut diulang
3 3 sampai data dari RAM alamat 27h sampai 29h
GND_AN GND_B
tertampil ke penampil 7 segmen.

Gambar 3 Rangkaian H-bridge C. Untai Keypad


SW1 SW2 SW3 SW4
R1 R1 R1 R1
1 2 3 STOP
B. Untai Penampil 7 Segmen J1
Untuk memudahkan dalam proses SW5
R2
SW6
R2
SW7
R2
SW8
R2
C1
C2 1

pemrograman, maka digunakan IC BCD to 7 4 5 6


tidak dipakai
C3
C4
2
3
4
R1
Segment Latch (4511). Dengan menggunakan IC SW9 SW10 SW11 SW12
R2
R3
5
6
7
ini, maka untuk pengiriman ke setiap segmen hanya 7
R3
8
R3
9
R3 R3 R4
8
tidak dipakai P2
sebanyak 2 kali, yaitu proses pengisian data di IC,
dan proses penguncian (latch). SW13
R4
SW14
R4
SW15
R4
SW16
R4
ENTER 0 CLEAR
Program penampil 7 segmen dirancang untuk tidak dipakai

menampilkan data hasil masukan dari input yang C1 C2 C3 C4

telah disimpan di RAM alamat 27h, 28h dan 29h Gambar 5 Rancangan posisi keypad
untuk ditampilkan ke penampil 7 segmen digit ke-2,
3 dan 4. Sedangkan digit ke-1 tidak digunakan Metode yang digunakan yaitu dengan
karena keterbatasan RAM internal. menggunakan pemayaran kolom secara urut. Pada
saat pemayaran kolom 1 (C1) maka bit 0 diberi
logika rendah, sedangkan bit yang lain diberi logika
tinggi. Apabila tidak ada penekanan, maka kondisi
hasil pembacaan port menunjukkan data yang sama
dengan pengeluaran data tadi. Apabila ada

3
penekanan salah satu saklar, maka salah satu dari 4 ISO1
VCC_A_15V

bit tinggi akan berubah menjadi logika rendah


6N137 VCC_A_5V R7
VCC 3K U1A

R5 1 2 OUT_A

2
R1 1K
IN_A + R6
1 Q1 4584
560 FCS 9013 R8
82K 1M

C2

3
VCC_A_5V GND_A GND_A

0.1 uF

Gambar 7 Rangkaian penggerak A

F. Perangkat Lunak Pembangkit PWM


Untuk mendapatkan data pewaktuan masing-
masing sinyal penggerak PWM, maka terlebih
dahulu dibuat simulasi pembangkitan sinyal PWM
dengan menggunakan MATLAB. Dengan
menggunakan fasilitas simulink di MATLAB maka
didapatkan simulasi seperti pada gambar 8 sebagai
berikut:

Gambar 8 Simulink MATLAB untuk simulasi


PWM

Pada tugas akhir ini akan dibuat inverter PWM


sinusoida 12 pulsa setiap setengah periode. Untuk
mendapatkan sinyal penggerak PWM 12 pulsa,
Gambar 6 Diagram alir program keypad maka dibutuhkan 13 buah sinyal segitiga setiap 1
gelombang sinusoida. Karena di pustaka simulink
D. Sistem Minimal AT89C51 MATLAB tidak ada pembangkit gelombang
Pengendali yang dirancang adalah segitiga, maka cara lainnya yaitu dengan
menggunakan mikrokontroler dan bekerja dalam mengintegralkan gelombang kotak. Amplitudo
ragam single chip operation (mode operasi keping gelombang segitiga dibuat 5 V.
tunggal) yang tidak memerlukan memori luar. Blok pembanding1 dan pembanding2 akan
Kristal yang digunakan untuk mengoperasikan membandingkan antara gelombang segitiga dengan
mikrokontroler adalah 12 MHz. Penggunaan kristal gelombang sinusoida. Cara kerjanya yaitu jika nilai
12 MHz menyebabkan detak dalam pada gelombang segitiga lebih kecil dari gelombang
mikrokontroler menjadi 12 Mhz / 12 = 1 MHz, yang sinusoida pada saat t yang sama, maka hasilnya 1.
artinya setiap periode detak waktunya 1 mikrodetik, Apabila sebaliknya, maka hasilnya 0.
sehingga memudahkan untuk mengubah-ubah data Data diambil dengan menghitung masing-
pada penggunaan pewaktu karena periode detak masing pewaktuan sinyal penggerak pada saat
pewaktuannya tidak ganjil. tinggi dan rendah sampai seperempat periode. Data
tidak diambil selama satu periode karena setelah
E. Untai Penggerak mencapai seperempat periode, maka pewaktuan
Rangkaian penggerak berfungsi untuk untuk logika tinggi dan rendah sinyal penggerak
mengisolasi antara rangkaian sistem minimal merupakan perulangan dari pewaktuan yang
AT89C51 terhadap rangkaian H-bridge. Selain itu, seperempat periode pertama tadi, sehingga
tugas yang lainnya yaitu menyesuaikan tegangan menghemat penggunaan ROM. Berarti ada 7 buah
antara mikrokontroler dengan tegangan kerja dari data yang harus diambil selama seperempat periode
rangkaian H-bridge. pertama. Pola perulangan pewaktuan sinyal
penggerak dan pengambilan ketujuh buah data
dapat dilihat pada gambar 9.

4
Karena data yang akan diolah besarnya 2 byte
maka pengolahannya menggunakan program
perkalian 16 bit yang akan menghasilkan data 32
bit, dan pembaginya menggunakan program
pembagian 32 bit yang akan menghasilkan data 16
bit.
Motor sinkron tidak dapat langsung diputar
pada kecepatan tinggi karena dalam keadaan awal
rotor belum berputar, dibutuhkan torsi yang lebih
besar daripada setelah berputar. Untuk memutar
motor agar diperoleh kecepatan yang tinggi, maka
pertama-tama motor diputar pada 300 RPM dengan
Gambar 9 Proses pengambilan data sinyal tegangan di atas tegangan operasional. Setelah
penggerak motor berputar, lalu tegangan diturunkan pada
tegangan operasional, dan dinaikkan frekuensi dan
Perancangan perangkat lunak menggunakan tegangannya untuk mendapatkan kecepatan yang
bahasa assembler. Program dibuat untuk tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan program untuk
menghasilkan secara langsung keempat sinyal starting untuk memutar motor ke putaran rendah
penggerak PWM dengan frekuensi dan indeks dengan tegangan yang lebih tinggi daripada
modulasi tertentu sesuai dengan masukan kecepatan tegangan steady state-nya pada putaran yang sama.
RPM motor. Metode yang digunakan yaitu look up
table berdasarkan data yang telah didapat dari hasil
simulasi MATLAB. Berikut ini adalah diagram alir 5.2 Hasil Pengamatan
perangkat lunaknya:

Gambar 11 Sinyal keluaran inverter pada frekuensi


masukan 50 Hz

Gambar 11 merupakan salah satu hasil


pengamatan sinyal keluaran inverter dengan
menggunakan osiloskop. Pada pengamatan ini
digunakan masukan data 750 RPM sehingga dengan
menggunakan rumus (2.6) diperoleh frekuensi
tegangan AC yaitu 50 Hz. Karena mengunakan
probe dengan faktor pengali 10x, maka berdasarkan
hasil osciloskop terukur tegangan 80 V.

Gambar 10 Diagram alir program utama


pembangkit sinyal penggerak

5
70
teoritis (masukan data RPM) dengan selisih terbesar
60 0,2 RPM.
50

6. Kesimpulan
Tegangan (Vrms)

40
Vteori Dari hasil simulasi, pengamatan dan pengujian
Vtanpa_beban
30
Vberbeban pada rancangan yang dibuat dapat diperoleh
20
kesimpulan sebagai berikut :
1. Frekuensi sinyal PWM yang dihasilkan
10
memiliki rentang antara 20 – 66,6 Hertz
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
dengan kenaikan setiap 0,067 Hz yang
Indeks Modulasi (M) digunakan untuk memutar motor dari 300
Gambar 12 Karakteristik nilai indeks modulasi – 999 RPM dengan kenaikan setiap 1
terhadap tegangan SPWM RPM.
2. Pengendalian kecepatan motor hanya 3
Dari gambar 12, tampak bahwa tegangan yang digit RPM saja karena keterbatasan RAM
terukur tanpa beban hampir sama dengan tegangan dalam AT89C51.
teori. Apabila inverter diberi beban motor maka 3. Tegangan efektif keluaran (Vrms) inverter
tegangan turun sekitar 1 V. Hal ini disebabkan berbanding lurus dengan nilai indeks
karena MOSFET masih mempunyai hambatan modulasinya.
dalam pada saat ON walaupun sangat kecil sekitar 4. Frekuensi sinyal PWM yang dihasilkan
44 mΩ (data dari datasheets) dan terpasang seri sama dengan frekuensi masukan yang
dengan beban. diharapkan, yang ditunjukkan dengan
kecepatan putaran motor sama dengan
60
masukan kecepatan motor.
5. Untuk mengendalikan kecepatan putaran
50 motor sinkron, kenaikan tegangan terhadap
frekuensi belum dapat dilakukan secara
40
proporsional karena kenaikan indeks
Tegangan (Vrms)

30
Tegangan Teoritis
modulasi masih terlalu besar.
Tegangan PWM

20
7. Daftar Pustaka
Agfianto, E.P., 2002, Belajar Mikrokontroler
10
AT89C51/52/53 (Teori dan Aplikasi), Gava
Media, Yogyakarta.
0
0 200 400 600 800 1000 1200 Bejo, A., 2003, PWM Satu Fasa Berbasis FPGA
Kecepatan motor (RPM)
Dengan Kendali Mikrokontroler, Tugas
Gambar 13 Karakteristik tegangan terhadap putaran Akhir, Universitas Gadjah Mada,
motor Yogyakarta (tidak diterbitkan).
Chapman, J.S., 1985, Electric Machinery
Dari gambar 13 tampak bahwa kenaikan Fundamentals, McGraw-Hill Book
tegangan yang terukur tidak linear karena kenaikan Company, Singapore.
indeks modulasi setiap 0.25 sehingga untuk Kenjo, T., 1990, Power Electronics for The
membuat kenaikan tegangan secara linear tidak Microprocessor Age, Oxford University
bisa karena jarak untuk setiap kenaikan indeks Press, New York.
modulasi masih terlalu besar. Nalwan, A.P., 2003, Teknik Antarmuka dan
Pemrograman Mikrokontroler AT89C51,
1200

1000
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Rashid, H.M., 1999, Power Electronics Circuits,
Kecepatan Terukur (RPM)

800

Kecepatan Terukur
Devices, and Applications, Prentice Hall,
New Delhi
600
Kecepatan Teoritis

400

200

0
0 200 400 600 800 1000 1200
Masukan kecepatan (RPM)

Gambar 14 Hasil pengamatan kecepatan terukur


terhadap kecepatan teoritis

Hasil yang diperoleh dari gambar 14 bahwa


kecepatan terukur hampir sama dengan kecepatan

You might also like