You are on page 1of 26

Project Based Learning dan Nursing Care:

Fundamental Patofisiologi dan Asuhan Keperawatan

pada Pasien Hipertensi( Dewasa)

Oleh:

Nurul Ardlianawati (0910720063)

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011
Bab I

Konsep Hipertensi

1. Review Konsep Tekanan Darah(Sistole, Diastole, MAP/Mean Arterial Pressure)


Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan darah merupakan
salah satu parameter hemodinamika yang sederhana dan udah diukur. Hemodinamika adalah suatu
keadaan di mana tekanan darah dan aliran darah dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran
zat di jaringan tubuh. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung, ketegangan arteri, dan volume,
laju serta kekentalan(viskositas) darah. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio antara
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik.
- Sistolik
Merupakan tekanan paling tinggi, karena tekanan darah sistolik merefleksikan besarnya
darah( volume sekuncup) yang diejeksikan dari jantung pada setiap kali denyutan/ berkontraksi
dan didistribusikan ke aorta. Karena dinding pembuluh darah sangat elastis, maka pembuluh
darah dapat meregang untuk mengimbangi banyaknya darah yang masuk tanpa terjadi
peningkatan tekanan. Tekanan sistolik sering bertambah seiring dengan usia karena kelenturan
arteri semakin berkurang dan menjadi kaku/ rigid.
- Diastolik
Tekanan terendah yang terjadi saat ventrikel beristirahat/ relaksasi. Tekanan diastolik
merefleksikan penutupan katup aorta, dan penyimpanan energi pada fiber elastis pada arteri
untuk persiapan sistole.

Nilai normal tekanan darah pada dewasa berkisar antara 100/60 sampai 140/90. Rata-rata
normalnya adalah 120/80 mmHg.

- MAP(Mean Arterial Pressure)/ Rerata Tekanan Darah Arteri


Menunjukkan tekanan rata-rata pada sistem arterial selama kontraksi dan relaksasi ventrikel.
BP = CO x TPR
 BP adalah rerata tekanan darah arteri
 CO adalah curah jantung ( CO = HR x SV)
 TPR(Total Perifer Resistence), resistensi perifer total, merupakan resistensi dalam sistem
vaskular sistemik yang tidak mungkin diukur secara langsung. Resistensi ini dihitung dengan
mengukur aliran dan tekanan. Resistensi sama dengan tekanan dibagi aliran.
(Corwin, 2001; Muttaqin, 2009; Porth,2009, Smeltzer, 2001)
2. Pengaturan Tekanan Darah
Kontrol terhadap tekanan darah bergantung pada sensor-sensor yang secara terus-menerus
mengukur tekanan darah dan mengirim informasinya ke otak. Otak mengintegrasikan semua
informasi yang masuk dan berespons dengan mengirim rangsangan eferen ke jantung dan sistem
pembuluh melalui saraf-saraf otonom. Berbagai hormon dan mediator kimiawi lokal berperan dalam
mengontrol tekanan darah(Muttaqin, 2009).
Mekanisme regulasi tekanan darah bergantung pada regulasi jangka pendek dan regulasi jangka
panjang.
2|Page
- Regulasi jangka pendek, merupakan mekanisme pengaturan tekanan darah yang berlangsung
dari beberapa menit hingga beberapa jam, terdiri dari:
o Mekanisme neural
Pusat kontrol sistem saraf untuk regulasi tekanan darah berada pada formasi retikular
medulla dan sepertiga bawah pons, di mana integrasi sistem saraf otonom terjadi. Area ini
disebut sebagai pusat kardivaskular.
Pusat kardiovaskular menyampaikan impuls parasimpatis melalui saraf vagus menuju
jantung, dan impuls simpatis melalui spinal chord dan saraf simpatis perifer menuju jantung
dan pembuluh darah.
Stimulasi vagal menyebabkan HR menurun, dan simulasi simpatis menyebabkan peningkatan
HR dan kontraktilitas jantung.
Pembuluh darah diinervasi oleh saraf simpatis, sehingga jika terjadi peningkatan aktivitas
simpatis, menyebabkan konstriksi arteri kecil dan arteriola dan meningkatkan resistensi
vaskular perifer. Skema pengaturan jangka pendek terhadap peningkatan dan penurunan
tekanan darah ditunjukkan oleh skema berikut

o
o
o
o
o
o
o
o

Skema pengaturan jangka pendek terhadap penurunan


tekanan darah

Skema pengaturan jangka pendek terhadap peningkatan tekanan darah


Kontrol sistem saraf otonom terhadap tekanan darah dimediasi melalui refleks sirkulasi
intrinsik, refleks ekstrinsik, dan pusat kontrol saraf yang lebih tinggi.
Refleks intrinsik termasuk baroreseptor dan kemoreseptor, yang berada pada sistem
sirkulasi dan sangat esensial dalam pengaturan jangka pendek tekanan darah. Baroreseptor
berada pada dinding pembuluh darah dan jantung. Baroreseptor aorta dan karotid berada
pada area srtategis antara otak dan jantung. Baroreseptor tsb berespon pada perubahan
pelenturan dinding pembuluh dengan mengirim impuls ke pusat kardiovaskular di batang
otak untuk meberi efek pada perubahan HR dan pergerakan otot polos vaskular.
Kemoreseptor arteri adalah sel-sel kemosensitif yang memonitor oksigen, karbondioksida,
dan ion hidrogen yang berada dalam darah. Kemoreseptor terletak pada batang karotid,

3|Page
pada bifurkasi(pemisahan menjadi 2 cabang ) dua karotid, dan batang aortik dari aorta.
Fungsi utama mereka adalah untuk mengontrol ventilasi, meskipun juga dapat berperan
sebagai vasokonstriksi.
Refleks ekstrinsik berada di luar sistem sirkulasi, yaitu respon yang berhubungan dengan
faktor seperti impuls nyeri dan dingin.
Sedangkan pusat kontrol saraf yang lebih tinggi termasuk perubahan mood dan emosi.
o Mekanisme humoral
Mekanisme humoral yang termasuk dalam regulasi tekanan darah adalah renin-
angiotensin-aldosteron system, dan vasopressin. Substansi humoral lain seperti epinefrin,
neurotransmitter simpatis, dilepaskan dari kelenjar adrenal, memiliki efek dalam
menstimulasi secara langsung pada peningkatan HR, kontraktilitas kardiak, dan irama
vaskular.
Renin-angiotensin-aldosteron system
Renin adalah enzim yang dilepaskan oleh sel-sel juxtaglomerular ginjal untuk merespon
peningkatan aktivitas saraf simpatis, atau menurunkan tekanan darah, volume cairan ekstra
seluler, atau konsentrasi ekstraselular Na. enzim ini merangsang perubahan plasma protein
angiotensinogean dalam sirkulasi menjadi angiotensin I. angiotensin I selanjutnya diubah
menjadi angiotensin II di dalam paru-paru oleh enzim angiotensin-converting enzyme yang
berada di dinding endotel pembuluh darah paru. Angiotensin II merupakan vasokonstriktor
yang kuat yang dapat mempengaruhi konstriksi arteriol dan vena, mengurangi ekskresi Na
dengan meningkatkan reabsorbsi Na di proksimal tubulus ginjal, serta menstimulasi
aldeosteron yang disekresikan dari kelenjar adrenal sehingga menyebabkan regulasi jangka
panjang dengan meningkatkan retensi air dan garam dari ginjal.
Vasopressin
Diketahui sebagai ADH, dikeluarkan dari kelenjar pituitari posterior dalam upaya respon
tubuh terhadap penurunan tekanan dan volume darah.
- Regulasi jangka panjang, merupakan mekanisme yang mengontrol tekanan darah dalam sehari-
hari, dan berbulan-bulan, terdiri dari:
o Regulasi renal
Mekanisme ini dapat dijelaskan dengan regulasi cairan ekstraselular. Saat tubuh
kelebihan cairan ekstraselular karena bertambahnya intake air dan garam, maka tekanan
arterial meningkat, yang menyebabkan air dan garam yang diekskresikan ginjal juga
meningkat.
(Porth, 2009)
3. Definisi Hipertensi
- Hipertensi, atau dikenal dengan sebutan tekanan darah tinggi, adalah suatu kondisi di mana
tekanan darah, minimal pada pengukuran terakhir sebanyak dua kali/ lebih pada rentang waktu
yang berbeda setelah screening awal, ditemukan nilai yang lebih tinggi dari normal, yaitu jika
tekanan sistolik >140 mmHg atau tekanan darah diastoliknya >90 mmHg, hal ini jika terjadi pada
usia dewasa ( 18 th atau lebih)(William, 2003).
- Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg(Smeltzer, 2001).
- Hipertensi merupakan suatu gejala, seperti demam, yang bukan termasuk penyakit spesifik.

4|Page
4. Epidemiologi

Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya (± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥
140/90 mmHg); dengan persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya. Menurut National
Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika
tahun 1999-2000 adalah sekitar 29-31%, yang berarti bahwa terdapat 58-65 juta orang menderita
hipertensi, dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun 1988-1991(DepKes, 2006).
Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, prevalensi hipertensi di lndonesia sekitar 14%
dan meningkat dengan bertambahnya umur. Pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 7% naik
menjad 16% pada kelompok umur 65 tahun atau lebih menjadi 29%. Prevalensi tersebut pada
perempuan(16%) lebih tinggi dibandingkan laki-lak(12%). Dalam persentase tersebut, hipertensi
primer menempati urutan pertama penyakit sistem sirkulasi darah dengan pasien yang menjalani
rawat jalan di RS dan menempati urutan ke-4 untuk pasien yang menjalani rawat inap(DepKes,
2007).

Tabel 4.1 Sepuluh Peringkat


Utama Penyakit Sistem Sirkulasi Darah RS di Indonesia Rawat Jalan, 2005

Tabel 4.2 Sepuluh Peringkat Utama Penyakit Sistem Sirkulasi Darah RS di Indonesia Rawat Inap, 2005

5|Page
5. Etiologi

Tekanan darah tergantung pada : curah jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan
volum atau isi darah yang bersirkulasi ( USU, 2008), sehingga peningkatan salah satu dari ketiga hal
tersebut dapat menimbulkan terjadinya hipertensi.
Peningkatan curah jantung dapat terjadi jika terdapat peningkatan pada denyut jantung atau
volum sekuncup, atau keduanya( CO= HR x SV). Peningkatan denyut jantung terjadi akibat
rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA. Akan tetapi, peningkatan
denyut jantung biasanya dikompensasi dengan penurunan volume sekuncup, sehingga hipertensi
jarang terjadi karena peningkatan denyut jantung.
Penyebab yang sering adalah adanya peningkatan volume sekuncup yang terjadi akibat volume
plasma yang meningkat dalam waktu lama yang mengakibatkan peningkatan volume diastolik akhir
sehingga terjadi peningkatan preload jantung dan terjadilah peningkatan volume sekuncup dan
tekanan darah sistolik. Volume plasma yang meningkat terjadi akibat gangguan penanganan garam
dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan.
Selain itu, peningkatan volum sekuncup juga dapat terjadi akibat rangsangan berlebihan saraf
simpatis atau hormon pada arteriol, atau responsivitas berlebihan arteriol terhadap rangsangan
normal. Kedua hal tsb menebabkan konstriksi pembuluh darah, sehingga jantung harus memompa
lebih kuat untuk menghasilkan tekanan yang lebih besar agar dapat mengalirkan darah melalui
pembuluh darah yang menyempit. Peningkatan afterload jantung ini mengakibatkan peningkatan
diastolik(Corwin, 2001).

Penyebab hipertensi dan klasifikasinya berdasarkan faktor yang berpengaruh:


1. Essential hypertension
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya secara pasti dan bersifat menetap atau
tidak dapat disembuhkan. Penyebabnya diperkirakan berhubungan dengan faktor resiko
berikut:
Faktor resiko dasar
o Riwayat keluarga, para genetist belum dapat mengidentifikasi gen-gen tertentu yang
berpengaruh terhadap tekanan darah secara langsung, namun dapat diperkirakan
jika tekanan darah ditentukan oleh gen multiple pada banyak lokus, di mana hal tsb
juga dipengaruhi oleh kontribusi jenis kelamin, ras, usia, dan gaya hidup.
o Usia, berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. Pada bayi baru lahir,
tekanan darah kira-kira sebesar 50/40 mmHg, meningkat seiring bertambahnya usia
dan pertumbuhan fisik, yang berarti berubahnya ukuran pembuluh.
o Ras, keturunan amerika-Afrika lebih rentan terkena hipertensi, dibandingkan kulit
putih. Tidak diketahui secara pasti, tapi ditemukan rendahnya kadar renin pada
penderita HT kulit hitam dibandingkan dengan penderita HT kulit putih.
o Resistensi insulin dan abnormalitas metabolik, dapat dihubungkan dengan faktor
genetic, dan juga adanya obesitas, diabetes tipe II, hiperlipidemia, dan gangguan
toleransi glukosa.

6|Page
Faktor resiko gaya hidup

o Intake tinggi garam, garam dapat menaikkan volume darah, bertambahnya


sensitivitas kardiovaskular atau mekanisme renal terhadap saraf simpatis.
o Obesitas, tingginya lemak yang bersirkulasi dalam darah pada orang obes dapat
merangsang aktivitas system saraf simpatis.
o Konsumsi alkohol berlebih, mekanismenya belum diketahui secara pasti
o Diatery intake kalium, kalsium, dan magnesium, peningkatan konsumsi kalium dapat
meningkatkan ekskresi Na melalui mekanisme rennin-angiotensin-aldosteron
system. Mekanisme intake kalsium dan magnesium belum diketahui secara pasti.
(Porth, 2009)
2. Secondary hypertension
Dideskripsikan sebagai peningkatan tekanan darah akibat adanya penyakit lain yang
mempengaruhi. Persentasenya mencapai 5-10%. Hipertensi ini dapat diatasi dengan
pembedahan atau medikasi spesifik. Penyebabnya adalah:
o Hipertensi renal, hampir semua kelainan ginjal akut menyebabkan penurunan
formasi urin, dan retensi garam dan air
o Kelainan hormone adrenokortikal, primary hyperaldosteronism( kelebihan produksi
aldosteron akibat hyperplasia adrenokortikal atau adenoma) dan kelebihan
glukokortiroid pada Clushing syndrome dapat menaikkan tekanan darah
o Pheochromacytoma, tumor pada jaringan kromafin(jaringan yang biasanya
mewarnai saraf simpatis dan sel-sel adrenal), yang mengandung saraf simpatis yang
ternoda oleh garam kromium. Tumor tsb memproduksi dan mensekresikan
katekolamin epinefrin dan norepinefrin yang dapat meningkatkan TD
o Coarctation aorta, adalah penyempitan aorta yang menyebabkan aliran darah
mengalir ke bagian tubuh yang lebih rendah dan aliran ke ginjal berkurang.
o Obat-obatan kontrasepsi oral, kemungkinan produksi estrogen dan sintetik
progesterone dapat menyebabkan retensi Na
3. Malignant hypertension
Hipertensi yang berkembang secara cepat dan bentuk potensial fatal dari penyakit.
Hipertensi maligna ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba dengan
tekanan diastolik > 120 mmHg, dan diikuti oleh disfungsi organ yang mengancam jiwa.
4. Hipertensi pada wanita hamil
Hipertensi yang disebabkan akibat kondisi kehamilan pada wanita
(Porth, 2009)

6. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan klasifikasi tekanan darah menurut Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and treatment of High Blood pressure, 1997, hipertensi dibagi dalam 3 tingkatan/ stage
sbb:
7|Page
Tabel 6.1 Kategori Tekanan Darah dan stage Hipertensi
Selain itu, hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, seperti yang dikemukakan
Porth, 2009 di atas:
1. Essential hypertension
2. Secondary hypertension
3. Malignant hypertension
4. Pregnancy hypertension

7. Faktor Resiko
- Faktor genetik
Peran faktor genetik dibuktikan dengan berbagai kenyataan yang dijumpai maupun dari
penelitian, misalnya:
o Kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot dari pada
heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita hipertensi.
o Kejadian hipertensi primer dijumpai lebih tinggi 3,8 kali pada usia sebelum 50 tahun,
pada seseorang yang mempunyai hubungan keluarga derajat pertama yang hipertensi
sebelum usia 50 tahun.
o Percobaan pada tikus golongan Japanese spontaneosly hypertensive rat (SHR) Dahl salt
sensitive (DS) dan sal resistance (R) dan Milan hypertensive rat strain (MHS)
menunjukkan bahwa dua turunan tikus tersebut mempunyai faktor genetik yang secara
genetik diturunkan sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan turunan yang
lain menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik
sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.

8|Page
Faktor yang mungkin diturunkan secara genetik antara lain : defek transport Na pada membran
sel, defek ekskresi natrium dan peningkatan aktivitas saraf simpatis yang merupakan respon
terhadap stress (Majid, 2005 dalam USU, 2008).

- Faktor lingkungan dan life style


Keseimbangan garam

Garam merupakan hal yang amat penting dalam patofisiologi hipertensi primer. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal.
Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi beberapa persen saja,
sedangkan apabila asupan garam antara 5-15 gram perhari, prevalensi hipertensi menjadi 15-
20%. Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung GFR (glomerula filtrat rate) meningkat. Keadaan ini akan diikuti oleh
peningkatan kelebihan ekskresi garam (pressure natriuresis) sehingga kembali kepada keadaan
hemodinamik yang normal. Pada penderita hipertensi, mekanisme ini terganggu dimana
pressure natriuresis mengalami “reset” dan dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi untuk
mengeksresikan natrium, disamping adanya faktor lain yang berpengaruh(Majid, 2005 dalam
USU, 2008).

Obesitas

Banyak penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif diantara obesitas
(terutama upper body obesity) dan hipertensi. Bagaimana mekanisme obesitas menyebabkan
hipertensi masih belum jelas. Akhir-akhir ini ada pendapat yang menyatakan hubungan yang erat
diantara obesitas, diabetes melitus tipe 2, hiperlipidemia dengan hipertensi melalui
hiperinsulinemia(Majid, 2005 dalam USU, 2008).

Inaktivitas Fisik

Orang dengan gaya hidup sedikit gerak dan olahraga meningkatkan resiko terjadinya HT,
dibandingkan dengan yang rajin berolahraga. Olahraga membantu mencegah dan mengontrol
HT dengan mengurangi BB, mengurangi resistensi perifer, dan mengurangi lemak tubuh.

Psikis

Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf simpatis (melalui
cathecholamin maupun renin yang disebabkan oleh pengaruh cathecolamin) yang dapat
meningkatkan tekanan darah yang intermittent. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan dibuktikan, pemaparan terhadap stress membuat binatang tersebut
hipertensi(Majid, 2005 dalam USU, 2008).
- Usia
Hal ini berkaitan dengan fisiologi dari organ tubuh, terutama elastisitas pembuluh darah yang
terus berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Berkurangnya elastisitas pembuluh darah
mengakibatkan pembuluh darah cenderung berkonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah
9|Page
- Jenis Kelamin
Insiden terhadap wanita lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini dapat dikaitkan dengan
penggunaan obat kontrasepsi pada wanita yang dapat mengakibatkan timbulnya peningkatan
tekanan darah. Selain itu, insiden kemungkinan terjadinya eklamsia juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi tingginya insiden hipertensi pada wanita.
- Ras
Khususnya pria keturunan Amerika Afrika lebih tinggi insidennya(Smeltzer, 2001). keturunan
amerika-Afrika lebih rentan terkena hipertensi, dibandingkan kulit putih. Tidak diketahui secara
pasti, tapi ditemukan rendahnya kadar renin pada penderita HT kulit hitam dibandingkan dengan
penderita HT kulit putih.

8. Patofisiologi

↑usia genetik stres obesitas merokok Konsumsi


tinggi garam
dan lemak
Elastisitas pembuluh hiperlipid
darah berkurang, dan emia
kaku
Viskositas
darah ↑ retensi Na ↑,
volume darah
meningkat

Merangsang
peningkatan aktivitas
saraf simpatis Denyut jantung
↑,
kontraktilitas

Pembuluh darah Vasokonstriksi


cenderung pembuluh Tahanan
berkonstriksi darah perifer ↑ HIPERTENSI

9. Manifestasi Klinis
- Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat ↑ tekanan darah
intrakranium
- Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
- Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
- Nokturia yang disebabkan ↑aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
- Edema dependen dan pembengkakan akibat ↑tekanan kapiler
(Corwin, 2001)

10 | P a g e
10. Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan fisik dengan stigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah
- Urinalisa
Dijumpai proteinuria pada wanita pre-eklamsi
- Routine laboratory tests include urinalysis, blood chemistry (ie, analysis of sodium, potassium,
creatinine, fasting glucose, and total and high-density lipoprotein [HDL] cholesterol levels), and a
12-lead electrocardiogram. Left ventricular hypertrophy can be assessed by echocardiography.
Renal damage may be suggested by elevations in BUN and creatinine levels or by
microalbuminuria or macroalbuminuria. Additional studies, such as creatinine clearance, renin
level, urine tests, and 24-hour urine protein, may be performed(Smeltzer, 2004)
11. Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat
atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata,
ginjal, otak, dan pembuluh darah besar.
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic
attack), penyakit arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi:
- Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi atau penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang
- Infark, pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang dapat mengakibatkan infark
- Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unitu fungsional ginjal, yaitu
nefron, akan terganggu dan dapat berkanjut menjadi hipoksik dan kematian. Jika membrane
glomerulus rusak, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema yang sering dijumpai pada penderita hipertensi kronis
- Ensefalopati/ kerusakan otak dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna. Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke ruang interstitial di sleuruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps
dan terjadi koma serta kematian
- Kejang dapat terjadi pada wanita pre-eklamsi.
(Corwin, 2001)
Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan
meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi
Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk
penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung(DepKes, 2006).

12. Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan ditujukan untuk menurunkan kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, atau
TPR. Intervensi tsb dapat dilakukan secara farmakologis dan non-farmakologis.
Target nilai tekanan darah yang di rekomendasikan dalam JNC VII.2,9:
 Kebanyakan pasien < 140/90 mm Hg
 Pasien dengan diabetes < 130/80 mm Hg
 Pasien dengan penyakit ginjal kronis < 130/80 mm Hg

11 | P a g e
- Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi
angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap
sebagai obat antihipertensi utama
- Terapi Non-farmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah
tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan
prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah
terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 12.1 sesuai dengan rekomendasi
dari JNC VII.

Tabel 12.1 Modifikasi Gaya Hidup DASH untuk Mengontrol Hipertensi

Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya
hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien
dengan tekanan darah prehipertensi. Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat
menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau
gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan
kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja.
Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat
antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari
menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan
berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan
pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril.
JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk
susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang
direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah

12 | P a g e
raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk
kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan
kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi
walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk
mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ
target. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular.
Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat
diakibatkan oleh merokok.
(DepKes, 2006)

13 | P a g e
Bab II
Asuhan Keperawatan Klien dengan Hipertensi

1. Study Case
Tanggal 01 Mei 2011, jam 13.00
Bang Toyib, 52 tahun, seorang juragan ayam yang sejak setahun lalu usaha beliau menjadi
sangat laris sehingga beliau menjadi sangat sibuk, sering kelelahan, dan stress. Klien dibawa
istrinya ke RS terdekat tanggal 01 Mei 2011, datang setelah 30 menit lalu mengeluh nyeri
kepala yang sangat seperti berputar. Klien juga mengatakan sesak, dada berdebar, wajah
tegang, pandangan kabur, sulit menelan. Sebelumnya rutin jogging 2 hari sekali, sekarang
tidak pernah berolahraga. Kebiasaan merokok dan minum kopi sejak lamapun semakin
meningkat. Senang sekali makan gulai kambing atau makanan yang gurih, setiap makan 2X
porsi makan, 4-5 x sehari,TB 170 cm, BB 90 kg. Sudah 6 bulan ini beliau sering marah- marah,
darah tinggi, sulit tidur. Mempunyai riwayat hipertensi di kelurga, kakek dan paman
meninggal akibat serangan jantung. Dari hasil pengkajian perawat didapatkan GCS 456, RR
27x/menit, tekanan darah 200/100 mmHg, Nadi 120x/menit. Bunyi jantung S2 mengeras
,kulit pucat ,dingin, pengisian kapiler 3 detik. Perawat memberikan nifedipin sesuai petunjuk
dokter dan mengobservasi setiap jam. Memeriksa lab darah lengkap, kimia darah,
elektrolit ,urine. Suara napas bersih, tidak ada distensi vena jugularis, ekstremitas tidak ada
edema.
2. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN

PENGKAJIAN

IDENTITAS PASIEN

1. Nama : Bang Toyib


2. Umur : 52 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa
6. Status Pernikahan : Menikah
7. Pendidikan : SMP
8. Pekerjaan : juragan ayam
9. Alamat : Jl Buntu, desa Wonorejo
10. Nomor Registrasi : 008
11. Tanggal MRS : 01 Mei 2011, pkl 13.00
12. Tanggal Pengkajian : 01 Mei 2011, pkl 13.30
13. Diagnosa Medis :-

14 | P a g e
PENANGGUNG JAWAB

1. Nama : Bu Toyibbah
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. Hubungan dengan pasien : istri
5. Pekerjaan : ibu RT
6. Alamat : Jl Buntu, desa Wonorejo

KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh nyeri kepala yang sangat seperti berputar. Klien juga mengatakan sesak, dada berdebar,
wajah tegang, pandangan kabur, sulit menelan.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Klien sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai juragan ayam sejak setahun yang lalu( th 2010),
sehingga klien sering kelelahan, bahkan stress. Saat ini klien mengeluh nyeri kepala yang sangat seperti
berputar. Klien juga mengatakan sesak, dada berdebar, wajah tegang, pandangan kabur, dan sulit
menelan. Sudah 6 bulan ini klien sering marah-marah, darah tinggi dan sulit tidur.

RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

Selama 6 bulan ini, klien pernah mengalami darah tinggi

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Penyakit keturunan yang ada :

Memiliki riwayat hipertensi di keluarga

Anggota keluarga yang meninggal :

Kakek dan paman meninggal karena serangan jantung

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Persepsi pasien tentang penyakitnya

Konsep diri :

Klien sudah setahun ini sangat disibukkan oleh pekerjaannya sebagai juragan ayam, klien menjadi sangat
sibuk, sering kelelahan, dan stress.

Keadaan emosi

15 | P a g e
Sudah 6 bulan ini klien sering marah-marah

POLA KEBIASAAN SEHARI – HARI

a. Pola Nutrisi
1. Sebelum sakit
 Frekuensi makan : 4-5 X sehari
 Jumlah makanan : 2x porsi makan
 Jenis makanan :
klien senang sekali makan gulai kambing, dan makanan yang gurih
Klien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi
 Alergi / intoleransi makanan :-
 Nafsu makan :
(v ) Baik ( ) Meningkat ( ) Menurun ( ) Stomatitis
( ) Penurunan sensasi makan ( ) Mual-muntah
 Berat badan : 90 Kg Tinggi badan : 170 cm
2. Saat sakit
b. Pola Eliminasi
1. Sebelum sakit
2. Saat sakit
BAB
 ( ) Diare ( ) Konstipasi ( ) Inkonstinensia

BAK

 ( ) Inkontinensia ( ) Hematuri ( ) Retensi ( ) Anuria ( ) Oliguri


( ) Nokturia ( ) Lain- lain
c. Pola aktivitas, latihan dan bermain
1. Sebelum sakit
 Kegiatan dalam pekerjaan : sangat sibuk sebagai juragan ayam
 Olahraga : iya Jenis : jogging Frekuensi : 2 hari sekali
 Kegiatan di waktu luang :-
2. Saat sakit
 Tidak pernah olahraga lagi sejak sering nyeri kepala, kebiasaan merokok dan minum kopi
semakin meningkat
d. Pola istirahat dan tidur
1. Sebelum sakit
2. Saat sakit
 Waktu tidur ( jam ) : - jam
 Waktu bangun : - jam
 Masalah tidur : sudah 6 bulan ini klien sulit tidur
 Hal-hal yang mempermudah tidur :-
 Hal-hal yang mempermudah bangun :-
 Masalah tidur : ( ) Sering terbangun ( v) Insomnia

16 | P a g e
e. Pola kebersihan diri / personal hygine
1. Sebelum sakit
2. Sesudah sakit

PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis, GCS 456
b. Tanda-tanda Vital
Tensi : 200/110 mmHg Nadi : 120 X / menit
RR : 27 X / menit Suhu : - ⁰C
BB : 90 kg TB : 170 cm
Capillary refill time : 3 detik
1. Kepala dan rambut
2. Mata
 Pandangan klien kabur
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut, Gigi, Lidah, Tonsil, Pharing
6. Leher dan Tenggorokan
 Vena jugularis : tidak ada distensi
7. Dada atau thorak
 Pemeriksaan paru-paru
Inspeksi
Bentuk thorak : simetris
Pernapasan : Irama : ( ) Teratur ( v) Tidak teratur
Jenis : ( ) Dispnea ( ) Kussmaul ( ) Ceyne stokes
( ) Lain-lain
Tada-tanda kesulitan napas : sesak, dada berdebar
Retraksi otot bantu pernapasan : -
Palpasi
Vokal fremitus : normal
Nyeri tekan :-
Perkusi
( v) Sonor ( ) Hipersonor ( )Redup / pekak
Auskultasi
Suara napas : (v) Vesikuler ( ) Stridor ( ) Wheezing
( ) Ronchi (v ) lain-lain: bersih
 Pemeriksaan Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : (+),berdenyut
Palpasi
Pulsasi : ( v) Kuat ( ) Lemah
17 | P a g e
Ictus cordis :
Perkusi
Batas Jantung : (biasanya ditemukan pelebaran batas jantung akibat hipertrofi
ventrikel pada HT kronis)
Auskultasi
Bunyi Jantung : S2 mengeras
Mur-mur :-
Gallop :-
 Pemeriksaan Abdomen
8. Pemeriksaan ekstrimitas / musculoskeletal
 Pergerakan sendi : ( v) Bebas ( ) Terbatas
 Kekuatan otot : baik
 Kelainan ekstrimitas : tidak ada
 Traksi / spalk / gips : tidak ada
 Odema : tidak ada Lokasi : -
9. Pemeriksaan genetilia dan anus
10. Pemeriksaan integument
 Kulit : ( ) Ikterus ( ) Hiperpigmentasi ( ) Kemerahan
(v ) Sianosis
 Akral : ( ) Hangat ( v) Dingin ( ) Panas
 Turgor : (v ) Baik ( ) Kurang ( ) Jelek
 Kebersihan : baik
 Kelembapan : baik
 Kelainan pada kulit : tidak ada
11. Pemeriksaan Neurologi
 Tingkat kesadaran
GCS : 456
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
- PDL :
- Kimia darah : analisa Na, K,( elektrolit), kreatinin, glukosa puasa, high-density lipoprotein
[HDL] cholesterol levels; pada pasien hipertensi, biasanya nilai-nilai tsb meningkat
HDL normal : HDL Male: 35–70 mg/dL, Female: 35–85 mg/dL
LDL < 130 µg/dL
- Urin : kerusakan renal dapat diindikasikan dengan meningkatnya BUN, dan level
kreatinin atau dengan microalbuminuria atau macroalbuminuria
b. Ekokardiografi
Untuk menganalisa adanya hipertrofi pada ventrikel kiri, biasanya terjadi pada hipertensi kronis dan
maligna.

18 | P a g e
3. Analisa Data(Pohon Masalah)

Keluarga riwayat HT HIPERTENSI Pola makan


TD: 200/110 mmHg berlebihan dan
Perokok, jarang olahraga, tinggi lemak
hobi makan makanan
berlemak tinggi, dan
garam tinggi BB > 20%
Peningkatan beban jantung berat ideal
RR: 27 x/mnt = obesitas
Gaya hidup tidak stage I
sehat
Penebalan dinding
pembuluh darah Ketidakseimbangan
Informasi ttg nutrisi > kebutuhan
penyakit tidak
adekuat Peningkatan tekanan
vaskuler serebral CRT > 3 detik
Tahanan sistemik ↑,
Kulit klien sianosis,
Aliran ke perifer
teraba dingin
Kurang tidak adekuat
pengetahuan
Menekan serabut Inefektif perfusi
Wajah klien saraf otak jaringan perifer
tegang
Insomnia
Nyeri akut kepala

Sulit tidur selama 6


bulan ini

19 | P a g e
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS: (Perubahan tekanan darah, TD↑); Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri (Perubahan frekuensi pernapasan,
kepala seperti berputar RR ↑)
DO:
- TD: 200/110 mmHg
- RR: 27 x/mnt
- Wajah klien tegang
- Selama 6 bulan ini klien
sulit tidur
2 DS: Perubahan warna kulit, CRT Inefektif perfusi
DO: melambat jaringan perifer
- Kulit klien sianosis,
teraba dingin
- CRT <3 detik
3 DS: BMI= 31, 14 obes kelas I Ketidakseimbangan
- Klien senang makan (BB 20% melebihi tinggi dan nutrisi
gulai kambing dan kerangka tubuh ideal)
makanan gurih Pola makan berlebihan
- Klien memiliki
kebiasaan makan 4-5 x
sehari, setiap makan 2
porsi
DO:
- BB: 90 kg ; TB:170 cm
4 DS: Stres Insomnia
Klien mengatakan sulit tidur Nyeri kepala(sudah sering terjadi
Klien mengeluh nyeri kepala selama 6 bulan)
seperti berputar
DO:
Sudah 1 tahun ini klien
sangat sibuk dengan
pekerjaannya, sering stres
5 DS: Klien memiliki lifestyle buruk Kurang pengetahuan
DO: meskipun terdapat riwayat HT dan ttg kondisi, dan
- Keluarga riwayat HT dan penyakit jantung dalam keluarga potensial komplikasi
penyakit jantung
- Klien senang makan
gulai kambing dan
makanan gurih
- Klien gemar merokok
dan minum kopi
- Klien menghentikan
kebiasaan olahraga
- Klien sangat disibukkan
dengan pekerjaannya

20 | P a g e
21 | P a g e
4. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas
1. Nyeri akut b.d agen cedera
2. Inefektif perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan b.d asupan berlebihan dalam kaitannya dengan
kebutuhan metabolik
4. Insomnia b.d pola aktifitas,dan stres
5. Kurang pengetahuan ttg kondisi, dan potensial komplikasi b.d kurangnya informasi

5. Rencana Intervensi

Dx Kep : Nyeri akut b.d agen cedera


Tujuan Dalam 1x 24 jam nyeri kepala berkurang atau hilang
Kriteria Hasil  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang normal
Intervensi Rasional
1. Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, 1. Variasi penampilan dan perilaku klien
lama, dan penyebarannya karena nyeri terjadi sebagai temuan
pengkajian
2. Anjurkan klien untuk melaporkan nyeri 2. Nyeri berat dapat menyebabkan syok
dengan segera kardiogenik yang berdampak pada kematian
mendadak
3. Monitor vital sign 3. Untuk mengetahui perkembangan vital sign
klien
4. Lakukan manajemen nyeri keperawatan 4.
a. Manajemen lingkungan a. Lingkungan yang tenang akan menurunkan
b. Ajarkan tekhnik distraksi pada saat nyeri stimulus nyeri eksternal
b. Distraksi dapat menurunkan stimulus
internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorphin dan enkefalin yang
dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri, sehingga
menurunkan persepsi nyeri
5. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis 5. Nifedipin menghambat transport kalsium ke
antihipertensif miokardial dan otot polos vascular,
Ex: mengakibatkan hambatan pada eksitasi-
calcium channel blocker: nifedipine kontraksi sel dan memberi efek terapi
vasodilatasi sistemik, dan ↓ tekanan darah,
sehingga suplai darah ke otak mengalir
lancar

22 | P a g e
Dx Kep : Inefektif perfusi jaringan perifer b.d hipertensi
Tujuan Dalam 2 x 24 jam,
Perfusi jaringan: perifer: kembali adekuat
Kriteria Hasil Client Will (Include Specific Time Frame)
 Mendemonstrasikan peningkatan perfusi dengan(e.g., skin warm and dry,
peripheral pulses present and strong, absence of edema, free of pain or
discomfort)
 Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup dan perilaku untuk perbaikan
perfusi (e.g., engage in regular exercise, cessation of smoking, weight
reduction, disease management)
Intervensi Rasional
Identifikasi faktor resiko tinggi pada klien (e.g., Untuk mengidentifikasi apakah klien memiliki
smoking, uncontrolled hypertension, obesity) resiko tinggi terhadap penyakit peripheral
vascular, yang dihubungkan dengan komplilasi
HT
Ukur dan pantau Capilary Refill Time Untuk menentukan keadekuatan sirkulasi
Untuk mengevaluasi distribusi dan kualitas aliran
Ukur kesamaan pulsasi dan intensitas pada
darah, sekaligus mengevaluasi apakah terapi
setiap ekstremitas (e.g., bounding, normal,
berhasil
diminished, or absent)
Untuk memaksimalkan sirkulasi sistemik dan
Kolaborasi dengan tenaga medis lain terkait
perfusi organ
terapi untuk mengatasi kondisi seperti HT
Tekankan kebutuhan klien thdp olahraga teratur
Untuk membantu perbaikan sirkulasi
Beri informasi tentang komunitas seperti
Untuk menyediakan dukungan bagi perubahan
program control BB, cara mengatasi kebiasaan
gaya hidup klien
rokok, dan kelompokmolahraga

23 | P a g e
Dx Kep : Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan b.d asupan berlebihan dalam kaitannya
dengan kebutuhan metabolik
Tujuan Dalam 2x 24 jam klien akan mengerti:
Weight Loss Behavior: manajemen personal untuk mengurangi BB melaui diet,
olahraga, dan modifikasi gaya hidup
Knowledge: Diet: mengetahui rekomendasi diet
Nutritional Status: mengetahui nutrisi yang dibutuhkan untuk kebutuhan
metaboliknya
Kriteria Hasil Klien akan:
 Mengerti faktor yang meningkatkan berat badan
 Mengidentififikasi tingkah laku dibawah kontrol klien
 Memodifikasi diet dalam waktu yang lama untuk mengontrol berat badan
 Penurunan berat badan 1-2 pounds/mgg
 Menggunakan energy untuk aktivitas sehari hari
Intervensi Rasional
Manajemen BB Klien
1. Diskusikan bersama pasien mengenai 1. Untuk menentukan treatment dan
hubungan antara intake makanan, latihan, intervensi yang mungkin diindikasikan untuk
peningkatan BB dan penurunan BB memanajemen BB
2. Diskusikan bersama pasien mengani kondisi 2. Memungkinkan untuk meningkatkan
medis yang dapat mempengaruhi BB motivasi perubahan kebiasaan makan
3. Diskusikan bersama pasien mengenai
kebiasaan, gaya hidup dan factor herediter
yang dapat mempengaruhi BB
4. Diskusikan bersama pasien mengenai risiko 3. Menyediakan kesempatan pada klien untuk
yang berhubungan dengan BB berlebih dan focus pada kebutuhan nutrisi yang ia
penurunan BB butuhkan dan menghubungkannya dengan
kebiasaan makan klien
5. Dorong pasien untuk mengubah kebiasaan
4. Memungkinkan untuk meningkatkan
makan
motivasi perubahan kebiasaan makan
6. Perkirakan BB badan ideal pasien

Manajemen Nutrisi Klien


1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengembangkan implementasi
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk komprehensif dalam ↓ BB, termasuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi pemilihan makanan, aktivitas, kebiasaan,
yang dibutuhkan pasien. dan dukungan
3. Yakinkan diet yang dimakan 2. Individu mungkin defisien dan
mengandung tinggi serat untuk membutuhkan nutrisi tertentu yang lebih
mencegah konstipasi besar( ex: protein, vitamin, mineral), kaji
4. Berikan makanan yang terpilih ( sudah kemungkinan klien memiliki kebiasaan
dikonsultasikan dengan ahli gizi) mengkonsumsi satu kelompok makanan saja
(e.g., fats or carbohydrates). Diet
bergantung pada kebutuhan klien dan juga

24 | P a g e
mempertimbangkan keinginan klien
5. Ajarkan pasien bagaimana membuat
3. Memprogramkan penurunan BB dengan
catatan makanan harian.
focus (ex. Rendah lemak, tinggi protein,
6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
rendah gula), mengurangi intake kalori
kalori
untuk ↓ BB
7. Berikan informasi tentang kebutuhan
4. Kurangi porsi dan ikuti keseimbangan nutrisi
nutrisi
dalam diet serta menambah porsi olahraga
8. Kaji kemampuan pasien untuk
untuk memperbaiki kualitas kesehatan
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Membantu Klien Mengurangi BB
1. Fasilitasi keinginan pasien untuk 1. Agar klien lebih termotivasi untuk
menurunkan BB menurunkan BBnya
2. Perkirakan bersama pasien mengenai 2. Mengestimasi persentase lemak tubuh klien
penurunan BB
3. Tentukan tujuan penurunan BB 3. Untuk menghindari perasaan penolakan
terhadap program ↓ BB
4. Beri pujian/reward saat pasien berhasil 4. Memungkinkan untuk meningkatkan
mencapai tujuan motivasi perubahan kebiasaan makan
5. Ajarkan pemilihan makanan 5. Memprogramkan penurunan BB dengan
focus (ex. Rendah lemak, tinggi protein,
rendah gula), mengurangi intake kalori
untuk ↓ BB

25 | P a g e
Referensi
1. Corwin, Elizabeth J.. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
2. DepKes. 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta: DepKes.
3. DepKes. 2007. Pedoman DepKes Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. Jakarta:
DepKes.
4. Doengoes, Marylin E.. 2010. Nursing Diagnosis Manual : Planning, Individualizing, and
Documenting Client Care. New York: Davis Company.
5. Muttaqin,Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
Salemba Medika.
6. NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2010. Jakarta:
EGC.
7. Porth, Carol Mattson, Glenn Matfin. 2009. Phatophysiology. Philadelphia: Lippincot William &
Wilkins.
8. Smeltzer, Suzanne, Brenda O. Barre. 2001. Buku AjarKeperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth vol.2. Jakarta: EGC.
9. -------------------. 2004. Medical Surgical Nursing Brunner & Suddarth. Philadelphia: Lippincot
Willian & Wilkins.
10. Universitas Sumatera Utara(USU). 2008. Hipertensi. www.usu.ac.id

26 | P a g e

You might also like