You are on page 1of 19

1.

Laporan spektrofotometer

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer campuran, pemodifikasi dan aditif digunakan untuk plastik dan elastomer. Spektroskopi infra merah, metoda pengukuran fotometer UV, gas dan liquid kromatografi dan spektroskopi masa bersama sama dengan dari metoda pengukuran termoanalisis (DSC-TGA) merupakan alat yang teliti sebagai pilihan untuk analisis kwalitatif dan kwantitatif bahan. Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya/tenaga magnek atau listrik untuk mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan. Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap. Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri. Dengan sumber cahaya apapun, spektrometer terdiri atas sumber sinar, prisma, sel sampel, detektor dan pencatat. Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat. Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas. Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur

transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari

2. spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. 1.2 Prinsip dan Aplikasi Percobaan Prinsip percobaan ini adalah penentuan tetapan pengionan metil merah ssecara spektrofotometri berdasarkan perbandingan intensitas warna pada metil merah yang berwarna merah pada suasana asam dan berwarna kuning pada suasana basa dengan variasi konsentrasi dan rentang pH tertentu. Aplikasi dari percobaan ini adalah oksida logam transisi, misalnya Fe2O3 digunakan sebagai semikonduktor fotokatalis, sehingga dapat mempercepat reaksi oksidasi yang diinduksi oleh cahaya. Kegunaan dari penggunaan semikonduktor fotokatalis diantaranya adalah dapat melakukan mineralisasi total terhadap pelarut organik. Selain itu sebagai penentuan ion Cu (II) di dalam sampel air. Keberadaan ion Cu (II) dalam kehidupan sehari-hari dapat dianalisa dengan metode spektrofotometri yaitu dengan diukurnya sampel dengan spektrofotometer lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm-700 nm.

1.2 Tujuan Percobaaan Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Spektrofotometri Spektroskopi adalah suatu studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan materi. Warna-warna yang tampak dan fakta yang dapat dilihat adalah akibat-akibat adsorpsi energi oleh senyawa organik dan anorganik. Teknik-teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui

3. mempelajari karakteristik ikatan dari senyawa yang diketahui ( Fessenden dan Fessenden, 1992). Analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber reaksi yang menjorok kedalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini dipilih panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm instrumen yang digunakan adalah spektrofotometer yang terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak dan sebuah fotometer (Basset, dkk., 1994). Spektrofotometri elektronik dapat secara umum membedakan deret terkonjugasi dan tidak terkonjugasi. Deret konjugasi dapat mempengaruhi tegangan didalam suatu molekul spektrofotometri elektronik dapat digunakan untuk mempengaruhi tegangan dengan menghubungi perubahan dalam spektro dengan absorpsi suatu ikatan (Sudjadi, 1985).

2.2 Panjang Gelombang Cahaya Pengukuran yang dilakukan pada spektrofotometri adalah pengukuran panjang gelombang suatu sampel yang dianalisa, dimana bila suatu zat disinari dengan radiasi elektromagnetik, zat ini akan menyerap gelombang tertentu dari radiasi dan membiarkan panjang gelombang yang lewat pada panjang gelombang yang diserap suatu zt disebut spektrum adsorpsi (Keenan, dkk., 1990). Adsorpsi energi disimpan sebagai adsorben. Adsorpsi pada saat panjang gelombang tertentu didefinisikan sebagai (Fessenden dan Fessenden, 1992): A = Dimana: A = adsorben Io = Intensitas cahaya I = Intensitas berkas cahaya Banyaknya molekul yang tertransisi dapat menambah adsorbansi suatu senyawa pada suatu panjang gelombang tertentu. Adsorben tergantung pada struktur elektrolit senyawa yang bersangkutan. Selain itu, kepekatan suatu senyawa juga dapat mempengaruhi adsorbansinya. Oleh karena itu, ilmuwan kimia menyatakan adsorbsi

.....(1)

4. energi itu sebagai adsorptivitas molar (koefisien molar) dan bukan sebagai adsorben sebenarnya. Sedangkan spektra uv diatur ulang untuk menunjukkan log E dan bukan A sebagai ordinat. Nilai log E terutama berfungsi bila harga E sangat besar (Fessenden dan Fessenden, 1992): E =  Dimana: E = adsorvitas molar A = adsorben C = konsentrasi L = panjang sel (cm) Manusia melihat dengan normal pada daerah tempat spektrum dengan mengkorelasikan panjang gelombang cahaya yang dapat terlihat oleh mata dengan mengetahui warna. Kadang-kadang digunakan agar tidak dapat menandai pori-pori spektrum tertentu. Seperti tabel berikut (Day dan Underwood, 2002). Tabel 2.2 Spektrum tampak dan warna-warna komplementer Panjang gelombang 400-435 435-480 480-490 490-500 500-560 560-580 580-595 595-610 610-750 Warna Lembayung (violet) Biru Hijau Biru Biru Hijau Hijau Kuning Hijau Kuning Jingga Merah Warna Komplementer Kuning Hijau Kuning Jingga Merah Ungu Violet Biru Hijau Biru Biru Hijau

.....(2)

2.3 Adsorpsi Adsorpsi adalah penyerapan suatu zat sehingga masuk kedalam pori-pori suatu zat lain. Adsorpsi dapat terjadi antara zat padat dan zat cair, zat padat dan gas, zat cair dan

5. cair, serta zat cair dan gas. Adsorpsi ini disebabkan oleh gaya tarik molekulmolekul dipermukaan adsorben (Sukardjo, 1990). Adsorpsi diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu adsorpsi fisik dan adsorpsi kimia. Adsorpsi fisik terjadi dimana adanya ikatan Van Der Waals dan merupak kejadian yang baik ke keadaan awal. Adsorpsi kimia terjadinya reaksi kimia antara padatan dan larutan adsorbat, reaksi yang terjadi tidak dapat balik (Setyowati, 1998).

2.4 Radiasi Elektromagnetik Merupakan energi yang dipancarkan menembus ruang dalam bentuk gelombang. Tipe-tipe oksidasi elektromagnetik ( gelombang radio, ultraviolet, inframerah dan lainlain) dicirikan oleh panjang gelombang, yaitu jarak antara puncak gelombang satu kepuncak gelombang lainnya ( Day dan Underwood, 2002):

Gambar 2.4.1 Panjang gelombang radiasi elektromagnetik Panjang gelombang yang sedikit lebih pendek dari panjang gelombang cahaya tampak jauh dalam daerah ultraviolet, sedangkan yang sedikit lebih panjang termasuk dalam inframerah. Berikut adalah spektrum elektromagnetik ( Day dan Underwood, 2002). Tabel 2.4.2 Spektrum elektromagnetik ( Day dan Underwood, 2002) Sinar kosmik dan gamma 20 cm 10-6 10-5 10-4 Sinar X Ultraviolet Sinar tampak Inframerah Gelombang makro dan radio 10-3,10-2,10-1

2.5 Hukum Lambert - Beer 2.5.1 Hukum Lambert

6. Lambert berhasil menyelidiki serapan cahaya sebagai fungsi ketebalan medium meskipun sebenarnya ia hanya memperluas konsep yang pada mulanya dikembangkan oleh Bangeur. Hukum lambert menjelaskan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan ( Basset, dkk., 1994).

  = K .....(3)
Dimana : I = Intensitas cahaya masuk L = tebal medium

2.5.2 Hukum Beer Beer mengkaji efek konsentrasi penyusun yang berwarna dalam larutan, terasumsi maupun adsorpsi cahaya. Menurutnya, intensitas cahaya monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara linier ( Basset, dkk., 1992). It = Io. E kl .....(4) 2.5.3 Hukum Lambert- Beer Jika seberkas cahaya dengan intensitas Io serta memiliki panjang gelombang tertentu melewati suatu larutan yang mengandung zat sebagai penyerap cahaya tersebut, maka setelah melewati larutan ini, intensitasnya menjadi intensitas akhir I, dimana intensitas cahaya ini dapat diukur dengan suatu alat defektor yang sesuai dengan bekas cahaya yang melewati tersebut. Secara sistematis, hukum Lambert- Beer dapat dituliskan (Meissler dan Tarn, 1991). Log = A = E. L.c .....(5) Dimana : A = adsorbansi E = adsorvitas molar suatu zat ( L mol-1 cm-1) I = Intensitas cahaya L= panjang/ tebal larutan yang dilewati cahaya

7. C = konsentrasi zat terlarut 2.6 Zwitter Ion dan Metil Merah Merupakan suatu zwitter ion dalam larutan . Zwitter ion adalah senyawa yang memiliki ion positif dan ion negativ. Senyawa metil merah dalam suasana asam berupa I (HMR) dan dalam suasana basa sebuah proton akan hilang dan terjadi II anion (MR-) yang berwarna kuning. Sedangkan dalam suasana asam berwarna merah. Keadaan kesetimbangan antara kedua bentuk metil merah yang berlainan warnanya ditunjukkan sebagai berikut : I Bentuk asam HMR (Merah) II Bentuk basa MR- (kuning)

Berikut merupakan struktur metil merah dalam larutan basa

Gambar 2.6.1 Struktur metil merah dalam larutan basa

Dalam larutan asam, ion hidrogen ( barang kali tidak diharapkan ) menempel pada salah satu nitrogen pada ikatan rangkap dua nitrogen nitrogen . Penggambaran struktur metil merah yang berwarna merah pada larutan asam adalah Gambar 2.6.2 Struktur metil merah pada larutan asam

2.7 Gugus Kromofor Untuk menyerap sinar pada daerah antara 200-800 nm, molekul harus mengandung ikatan pi atau terdapat atom dengan orbital non ikatan ( pasangan elektron bebas). Bagian molekul yang dapat menyerap sinar disebut sebagai gugus kromofor. Absorbansi adalah ukuran banyaknya sinar yang diserap. Hasil identifikasi spektrofotometri inframerah menunjukkan bahwa isolat kemungkinan termasuk senyawa golongan triterpenoid asam karboksilat, serta memberi serapan maksimum di daerah uv-vis pada panjang gelombang 242 nm dan serapan landai pada panjang gelombang 280 nm. Pengambilan sampel makanan menggunakan metode spektrofotometri untuk mengetahui kadar unsur ( Aryan, dkk., 2009 ; Rita, 2010).

8.

BAB III METODOLOGI


3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Labu ukur 100 ml 2. Pipet ukur 10 ml; 25 ml; 50 ml 3. pH meter 4. Spektrofotometer

3.1.2 Bahan 1. Akuades (H2O) 2. Asam Klorida (HCl) 3. Asam Asetat ( CH3COOH) 4. Etanol 95 % ( C2H5OH) 5. Metil Jingga 6. Natrium Asetat ( CH3COONa) 7. Natrium Hidroksida ( NaOH)

3.2 Analisis Bahan 3.2.1 Akuades (H2O) Cairan tidak berwarna dengan rumus senyawa H2O dan memiliki nilai derajat relatif 1. Titik leleh 0 C dan titik didih 100 C. Dalam fase gas, air terdiri dari 1 molekul H2O dengan sudut ikatan H-O-H. Air merupakan pelarut yang sangat baik, yang dapat melarutkan banyak elektrolit dan bersifat netral ( Daintith, 1994; Kusuma, 1983). 3.2.2 Asam Klorida ( HCl) Asam klorida memiliki titik leleh -114,8 C, titik didih -85 C, berat jenis 7,05 g/cm3, berat gas uap 1,268. Merupakan gas tanpawarna, berbau merangsang berbahaya bila kontak dengan mata dan kulit atau pun terhirup. Banyak digunakan dalam laboratorium, industri logam sebagai pelarut dan penetralisasi (Rivai,1994).

9. 3.2.3 Asam Asetat (CH3COOH) Disebut juga asam cuka. Asam asetat merupakan zat cair tanpawarna dan berbau sengit dihasilkan melalui fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter acety. Asam asetat murni membeku pada 290 K. Memiliki titik beku 16,6 C , titik leleh -118,1 C. Asam asetat bersifat korosif dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan mata permanen serta iritasi pada membran mukosa. Cara penanganannya perlu ada refonil asam asetat agar dapat digunakan kembali dengan pengelolaan fisik yaitu destilasi ( Gem, 1994). 3.2.4 Etanol (C2H5OH) Senyawa berbentuk cair tanpa warna larut di dalam air, eter, aseton dan kloroform. Digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut organik ( Basri, 2003). 3.2.5 Metil Merah Merupakan zwitter ion dalam larutan. Dalam suasana asam senyawa ini berupa I HMR dan dalam suasana basa sebuah proton dan terjad anion II MR- yang berwarna kuning, sedangkan dalam suasana asam berwarna merah, Dianjurkan untuk memakai masker dan sarung tangan pasa saat proses pengambilannya ( Basset, dkk., 1994). 3.2.6 Natrium Asetat ( CH3COONa) Merupakan senyawawa kristalin tak berwarna yang dikenal sebagai anhidrat ( titik leleh 324 ) atau terhidrat. Kedua bentuk ini larut dalam air dan etoksi etena dan sedikit larut dalam etanol. Natrium asetat dapat dibuat lewat reaksi asam asetat dengan natrium hidroksida ( Daintith, 1994). 3.2.7 Natrium hidrosksida (NaOH) Berbentuk kristal, berwarna putih, mudah menyerap air dan karbondioksida. Bersifat higroskopis dan larut dalam alkohol, gliserol dan air. Nilai derajat relatifnya 2,13. T.l 318 C dan t.d 1390 C. Korosif terhadap jaringan tubuh dan membahayakan jika terkena mata. Cara penanggulangannya dari natrium hidroksida itu sendiri tidak dapat disimpan untuk pemulihan atau daur ulang. Senyawa ini mudah terionisasi membentuk ion natrium dan hidroksida (Daintith, 1994).

10. 3.3 Prosedur Percobaan Langkah pertama adalah pembuatan larutan baku metil jingga 0,5 gram metil jingga kristal dilarutkan di dalam 300 ml etanol 95%. Kemudian diencerkan hingga tepat 500 ml dengan aqua d.m. Langkah kedua adalah pembuatan larutan standar metil jingga. 10 ml larutan persediaan ditambahkan kedalam 50 ml etanol 95% kedalam labu ukur 100 ml , diencerkan hingga 100 ml. Untuk spektrum absorpsi bentuk asam, HMR ditentukan dalam larutan HCl , 5 ml larutan standar + 10 ml 0,1 M HCl dan diencerkan hingga tepat 100 ml. Spektrum absorpsi bentuk basa,MR- ditentukan dalam larutan NaOH, 10 ml larutan standar + 25 ml 0,04 M NaOH dan diencerkan hingga tepat 100 ml. Selanjutnya untuk kedua larutan asam dan basa diatas ditentukan absorbansinya pada berbagai panjang gelombang mulai 400-500 nm. Untuk memudahkan sebagai sel pembanding digunakan aqua d.m . Untuk menguji dipenuhinya hukum Lambert Beer dan menentukan harga- harga indeks absorbansi molar HMR dan MR pada dan 2 .

diamati absorbansi untuk berbagai konsentrasi metil jingga dalam larutan asam dan basa. Berbagai konsentrasi larutan dapat diperoleh secara pengenceran dengan menggunakan larutan 0,1 N HCl atau 0,01 N NaOH dengan mediumnya akan tetap. Untuk menentukan tetapan kesetimbangan ionisasi dibuat tiga larutan sebagai berikut yang terdiri dari 5 ml larutan standar +25 ml larutan 0,04 M CH3COONa kemudian volumenya dijadikan tepat 100 ml dengan menambahkan : a. 0,01 M CH3COONa

b. 0,05 M CH3COONa c. 0,10 M CH3COONa Terakhir ditentukan absorbansi dan pH larutan pada hasil pengerjaan sebelumnya.

11. BAB IV PEMBAHASAN


4.1 Data Pengamatan NaOH C 0,04 0,02 0,01 0,005 A1(465 nm) 0,415 0,422 0,427 0,420 A2 (510 nm) 0,227 0,229 0,233 0,226

HCl C 0,1 0,05 0,025 0,0125 A1(465 nm) 0,171 0,170 0,181 0,188 A2 (510 nm) 0,351 0,335 0,326 0,282

CH3COOH C 0,1 0,05 0,01 A1(465 nm) 0,487 0,237 0,504 A2 (510 nm) 0,327 0,146 0,281

4.2 Pembahasan Prinsip kerja spektrofotometri uv-vis adalah interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Prinsip kerja spektrofotometri

12. berdasarkan hukum Lambert Beer, bila cahaya monokromatik (Io) melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia) sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It). Tujuan percobaan adalah menentukan tetapan pengionan indikator metil merah dengan menggunakan spektrofotometer UV/VIS. Aplikasi percobaan ini adalah penentuan ion Cu (II) di dalam sampel air. Keberadaan ion Cu (II) dalam kehidupan sehari-hari dapat dianalisa dengan metode spektrofotometri yaitu dengan diukurnya sampel dengan spektrofotometer lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400 nm-700 nm.

4.2.1 Analisis Prosedur Pembuatan larutan baku metil jingga 0,5 gram metil jingga kristal dilarutkan dalam 300 ml etanol 95% kemudian diencerkan hingga tepat 500 ml dengan aqua d.m. Digunakan etanol karena metil jingga lebih larut dalam etanol dibandingkan ketika dilarutkan di dalam air. Barulah setelah itu diencerkan dengan akuades untuk ditepatkan dengan menggunakan labu ukur. Pembuatan larutan standar metil jingga. 10 ml larutan persediaan ditambahkan kedalam 50 ml etanol 95% dalam labu takar 100 ml , diencerkan hingga 100 ml. Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah: Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini: Memiliki kesetimbangan yang sama antara dua bentuk jingga metil seperti pada kasus lakmus tetapi warnanya berbeda. Pada kasus jingga metil, pada setengah tingkat dimana campuran merah dan kuning menghasilkan warna jingga terjadi pada pH 3.7 mendekati netral. Spektrum absorpsi bentuk asam, HMO ditentukan dalam larutan HCl yaitu dengan menambahkan 5 ml larutan standar dengan 10 ml 0,1M HCl dan ditepatkan hingga 100 ml dengan akuades. Tujuan dari penambahan HCl pada larutan standar karena HCl merupakan asam kuat yang terdisosiasi sempurna dalam air sehingga absorbansi [HMO] pada suasana asam dapat diketahui. HCl dapat diganti dengan asam kuat yang lain seperti

13. H2SO4, HNO3, H3PO4, HClO4 . Perlakuan yang sama dilakukan untuk konsentrasi 0,05M; 0,025M;dan 0,0125M. Dilakukan variasi konsentrasi untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi larutan dengan absorbansi larutan serta keakuratan. Variasi konsentrasi yang dilakukan adalah dengan pengenceran bertingkat, yaitu dengan menambahkan akuades sebanyak setengah dari volume air awal (V2) sehingga didapatkan konsentrasi sebesar setengah dari konsentrasi semula. Zwitter-ion adalah senyawa yang memiliki sekaligus gugus bersifat asam dan basa. Pada pH netral zwitter-ion akan bermuatan positif (kation) maupun bermuatan negatif (anion). Biasanya zwitter-ion mudah larut dalam air karena bermuatan (air adalah pelarut polar) dan sukar larut dalam pelarut nonpolar. Karena perilakunya, zwitter-ion merupakan larutan penyangga yang baik. Apabila terdapat ion hidrogen berlebih (larutan bersifat asam), zwitter-ion akan menangkapnya (berperan sebagai basa). Sebaliknya, apabila larutan bersifat basa, zwitter-ion akan melepas ion hidrogen ke dalam larutan. Akibatnya pH tidak mudah berubah. Zat dengan karakteristik ini dikenal sebagai zat amfoter. Contoh umum zwitter-ion:
 Asam amino, yang memiliki gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus amina yang

bersifat basa.
 Beberapa alkaloid alami seperti psilocybin dan asam lisergat.

Pada percobaan ini yang bertindak sebagai zwitter ion adalah metil jingga. Pada suasana asam, yaitu pada pH 3,1 larutan berubah menjadi warna merah dan pada pH 4,4 larutan berubah menjadi warna kuning. Hal ini disebabkan karena ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang berbeda. Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada

14. fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benarbenar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar SM,1990). Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan visual yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Syarat pengukuran dengan spektrofotometer UV: sampel dalam larutan menyerap sinar UV (180-350 nm), molekul senyawanya memiliki ikatan rangkap atau elektron nonbonding dan larutan bening dapat didak berwarna. Gugus kromofor adalah gugus yang menyebabkan molekul menjadi berwarna. Gugus kromofor merupakan senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap yang terkonjugasi. Menurut Adam Wiryawan: 2008, kromofor adalah suatu gugus fungsi, tidak terhubung dengan gugus lain, yang menampakkan spektrum absorpsi karakteristik pada daerah sinar UV-sinar tampak. Penyerapan sinar uv-vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsi yang mengandung electron valensi dengan tingkat eksitasi yang rendah dengan melibatkan 3 jenis electron yaitu : sigma, phi dan non bonding electron. Kromofor-kromofor organic seperti karbonil, alken, azo, nitrat dan karboksil mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Prinsip kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber

15. sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar. Pengukuran absorbansi pada spektrofotometri menggunakan pada maksimum karena

maksimum absorbansi juga maksimum sehingga intensitas cahaya yang diserap

besar. Adapun hal yang mempengaruhinya adalah jenis pelarut yang digunakan. Dengan bertambahnya kepolaran suatu pelarut maka puncak absorbansi yang dihasilkan umumnya berada pada panjang gelombang yang lebih pendek. Untuk senyawa kompleks berwarna panjang gelombang sekitar 400-800nm. Suatu larutan akan menyerap energi pada saat cahaya dilewatkan yang akan digunakan untuk mengeksitasi elektron dari atomatom penyusun material larutan ke keadaan yang lebih tinggi. Energi minimum yang diserap besarnya ditentukan oleh konfigurasi atom. Energi yang diserap tersebut dalam bentuk gelombang maka semakin besar energi yang diserap maka panjang gelombangnya semakin kecil. Proses absorpsi suatu elektron, pertama elektron valensi pada suatu atom menyerap energi yang diberikan lalu saat elektron menyerap energi, elektron tersebut tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi, namun karena elektron tersebut tidak stabil maka elektron akan mengalami relaksasi yaitu kembalinya elektron kekeadaan dasar dari keadaan eksitasi. Pada saat terjadi relaksasi elektron melepaskan energi. Energi yang dilepas kemudian di serap oleh elektron lain di kulit terluar atom. Namun, pada saat elektron menyerap energi melebihi dari ambang batas elektron tersebut, energi yang akan dilepaskan keluar dari atom dan dapat dilihat secara visual. Penentuan tetapan kesetimbangan ionisasi dilakukan dengan membuat tiga larutan yang terdiri dari 5 ml larutan standar dan 25 ml larutan natrium asetat 0,04 M kemudian volumenya ditepatkan hingga 100 ml dengan menambahkan asam asetat dengan variasi konsentrasi 0,01M; 0,05M; dan 0,1M. Larutan asam asetat terdisosiasi parsial di dalam air menjadi CH3COOdan H+. Lalu ditambahkan larutan standar untuk menentukan apakah larutan standar akan berada pada keadaan asam atau basa. Fungsi penambahan CH3COONa adalah

16.

sebagai larutan buffer untuk menyangga larutan agar berada pada pH yang stabil berkisar antara 3,2 - 4,4.

4.2.2 Analisa Hasil dan Grafik Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah: Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini: Bentuk kuning mempunyai serapan sekitar 440 nm. Ini berada di daerah biru dari spektrum, dan warna komplementer biru adalah kuning. Ini seperti yang anda harapkan. Bentuk merah mempunyai puncak serapan sekitar 520 nm. Ini terdapat pada ujung daerah sian dari spektrum, dan warna komplementer sian adalah merah. Sekali lagi sesuai harapan kita. Perlu diingat bahwa perubahan dari bentuk kuning ke merah menghasilkan peningkatan panjang gelombang serapan. Peningkatan panjang gelombang menunjukan kenaikan delokalisasi. Itu artinya bahwa harus ada delokalisasi yang lebih besar pada bentuk merah daripada bentuk kuning. Delokalisasi akan melebar ke seluruh struktur hingga pasangan elektron bebas di sebelah kiri atom nitrogen. Promosi elektron, Ketika urutan orbital-orbital yang ada pada senyawa organik pada bagian pendahuluan (lihat di atas), anda akan melihat bahwa diagram tersebut menunjukan energi relatif tiap orbital: diagram tersebut tidak menunjukan skala sebenarnya hanya menunjukan kedudukan relatifnya terhadap orbital lain. Ketika sinar melewati suatu senyawa, energi dari sinar digunakan untuk mendorong perpindahan elektron dari orbital ikatan atau orbital nonikatan ke salah satu orbital anti-ikatan yang kosong. Pada tiap kemungkinan, suatu elektron tereksitasi dari orbital yang terisi penuh ke orbital anti-ikatan yang kosong. Tiap lompatan elektron memerlukan energi dari sinar, dan lompatan yang besar pasti membutuhkan energi yang lebih besar dari pada lompatan yang kecil. Tiap panjang gelombang sinar mempunyai energi yang khas. Jika besarnya energi tersebut cukup untuk membuat suatu lompatan, maka panjang gelombang akan diserap energinya akan digunakan untuk promosi satu elektron.

17. Menurut teori grafik absorbansi terhadap konsentrasi pada HCL dan NaOH dengan panjang gelombang 425 nm dan 525 nm adalah semakin besar konsentrai maka nilai absorbansinya akan semakin besar juga. Tetapi pada percobaan ini hal itu tidak terbukti dikarenakan adanya faktor- faktor yang tidak terpenuhi misal kurang teliti dalam proses standarisasinya. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer bahwa absorbansi cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi dan ketebalan bahan medium. Hubungan antara energi dan panjang gelombang saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu elektron yang melepas energi hingga keluar dari ambang batas atom dapat dilihat oleh mata, karena memiliki panjang gelombang tertentu yaitu 400 nm-800 nm. Maka besar energi yang dilepas pada suatu elektron dapat dinyatakan sebagai panjang gelombang. Tetapan pengionan yaitu perbandingan antara MR- dengan HMR. Tetapan pengionan asam (konstanta keasaman kebasaan) adalah merupakan perbandingan antara ion ion yang dihasilkan saat pelarutan dengan jumlah senyawa yang tidak terionkan. Tetapan pengionan dinyatakan dengan Ka. Tetapan pengionan berbanding lurus dengan absorbansi karena Ka adalah nilai dari eksponensial konsentrasi. Persamaan garis untuk percobaan ini adalah y = 0,0483x0,103 . dimana C menyatakan nilai dari pKa.

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi. Dari percobaan tersebut juga didapatkan nilai pKa sebesar 1,268. Spektrofotometer berkerja atas perubahan warna.

5.2 Saran

18.

Pada praktikum selanjutnya disarankan agar alat yang akan digunakan harus benar- benar dalam keadaan bersih agar didapatkan hasil yang benar- benar maksimal pula. Selain itu sebaiknya indicator yang digunakan bervariasi. Sehingga dapat membedakan indicator dengan cara lain. Seperti indicator pp, bromtimol biru dan metal merah yang belum digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Aryani, WD. Oginawati, K. Santoso, M. 2009. Micronutrient Element Daily Intake Determination of Elementary School Children Food in Bandung by atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) Methods. ITB Bandung. Basri, S.2003. Kamus Lengkap Kimia. Rineka Cipta. Jakarta. Basset, JRC., Denney, GH., Jefferey, J. Nefhan. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik . Edisi 4. Alih Bahasa : Pudjaatmaka dan L. Setiono. Jakarta. Daintith, J.1994. Kamus Lengkap Kimia. Edisi Baru. Alih Bahasa : Suminar Achmadi, Ph.D. Erlangga. Jakarta. Day, RA dan Underwood, Al. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi 6. Alih Bahasa: Iis Sopyan. Erlangga. Jakarta. Fessenden, RJ dan Fessenden, JS. 1992. Kimia Organik. Edisi 3. Jilid 1. Alih Bahasa: Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta. Gem,C.1994. Kamus Saku Kimia.Alih Bahasa: Suminar Achmadi Setiadi , Ph.D. Erlangga. Jakarta. Keenan, CW. Kleifelter, DC dan Nood, JH. 1984. Ilmu Kimia untuk Universitas. Edisi 6. Jilid 1. Alih Bahasa : Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta. Meisler, g. Dan tarn. 1991. Inorganic Chemistry. Prentice Hall, engle wood Chiff S. Newjersey. Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia . UI-Press. Jakarta. Setyowati, E. 1998. Uji Kemampuan Karbon Aktif ampas tebu dengan Aktivasi ZnCl2 terhadap Fenol. Tugas akhir Jurusan Lingkungan FISIP-ITS. Surabaya. Sudjadi. 1985. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Jakarta.

You might also like