Chapter 26 The Phlogiston Theory and the Chemical Revolution

When natural philosophy began to show signs stagnation towards the end of the seventeenth century the nascent science of chemistry was particularly affected. Boyle and the English school of medical chemist which flourished an the 1660s and 70s failed to establish much of tradition, and their achievement did not attract the attention it merited in the period immedietly subsequent. It was noted by William wotton in his Reflections upon Ancient and Modern Learning (1694) that medical chemistry had been the most affected by the decline of science at the time. The Humour of the Age as to these things (the sciences) wrote Wotton, is visibly altered from what it was Twenty or Thirty years ago. The sly insinuation of the Men of Wit. have so far taken off the edge of those who have opulent for tunes and a love to learning that Physiological studies begin to be contracted amongst Physicians and Mechanics. The Men of Wit, the literacy figures of the time, were scarcely responsible for the decline of science for their ridicule of the Royal Society was a far less serious matter than Stubbes earlier political and ideological attacks, which had had little effect. Moreover, the decline of science was just as market in France where literary men, Such as Fontenelle, supported the scientific movement. As the English school of chemistry declined towards the end of the seventeenth century the German iatrochemical school revived, producing the phlogiston theory. The iatrochemical had supposed that chemical substances contained three essences or principles; Sulphur, the principle of imfammability; Mercury, the principle of fluidity and volatility; and Salt, the principle of fixity and inertness. Joachim Becher, 1635-82, a professor of medicine at Mainz, modified the iatrochemical doctrine somewhat, suggesting in 1669 that solid earthy substance contained in general three constituents; firsly, a terralapida, a fixed earth present in all solids, corresponding to the Salt principle of the earlier iatrochemical; secondly, a terrapinguist, an oily earth present in all combustible bodies, corresponding to the Sulphur principle; and thirdly, a terra mercuriali, a fluid earth, corresponding to the Mercury principle. Becher held that all bodies which would undergo combustion contained the sulphureous, oily, terra pinguish which escaped from its combination with the other earths during the process of burning. The processor of burning and calcinations invold therefore the decomposition of a compound body into its constituent parts, namely, the sulphureous terra lapida and the fixed terra lapida in the simplest cases. In theory simple bodies could not undergo combustion for substances containg terra pinguis and another earth were necessarily compound. In 1703 Georg Ernst Stahl, 1660-1734, a professor of medicine and chemistry at Halle, renamed Bechers terra

pingus Phlogiston, this being the motion of heat or the motion of fire, as well as the Suphureous Principle and the Oily Principle. A metal was compound of a calx and phlogiston, heat liberating the phlogiston and leaving the calx. In general phlogiston was the essential element of all combustible bodies, oils, fats, wood, charcoal, and other fuels containing particularly large amounts. The phlogiston escaped when those bodies were burnt and it entered either in to the atmosphere or into a substance which would combine with it, like a calx which formed a metal. Such a theory of calcinations and combustion contained a large element of the view of the early iatrochemists and the alchemists before them that substance in general were composed of a matter and a spirit which could be separated by pyrotechnical methods, the spirit escaping from the matter when the substance was subject to heat. During the sixteenth century it hate become apparent in some cases, notably in the calcination of the metals, that the residues of matter, or dead bodies, as they were termed, were heavier than the original substances. The phenomenon was explained by assuming that the spirits of substances had no weight, or even possessed a positive lightness, so that a substance became heavier when it lost its volatile or spirituous part. Biringuccio in his Pyrotechnia (1540) held such a view: Lead, when the watery and aerial parts have been removed by the fire,falls like a thing left to it self and altogether dead, and so comes to greater in weight, as also the like is shown to occur in the dead animal body, which indeed weighs much more than when alive. In a more sophisticated form the phlogiston theory offered a similar explanation of the calcinations of metals. The phlogiston theorists presumed that metals were compound substances and that upon calcinations they broke up into their constituen parts, the heavy calx and aerial phlogiston. Stahl, with whom the phlogiston theory came into vogue, did not make explicit the notion, which was implied by the theory, that phlogiston had a negative weight or a positive lightness, like the elements of air and fire in the Aristotelian cosmology. However, some of his followers did. The phlogiston theory was much discussed by the scientific societies of the south of France, notably those of Dijin and Bordeaux, and it was particularly influential at the medical school of Montpelier. In the 1760s Gabriel Venel, 1723-75, professor of medicine at Montpelier, laid it down explicity that phlogiston had a positive lightness. Phlogiston, he is reported to have said, is not attacted towards the centre of earth, but tends to rise: thence comes the increase of weight in the formation of metallic calces, and the diminution of weight in their reduction. Such an idea illustrates how far chemistry was separated from physics and the mechanical philosophy in the mid-eighteenth century, for in physics it was generally accepted that all bodies on the earth were attracted by the force of gravity towards the earths centre. Translate:

Ketika filsafat alam mulai menunjukkan tanda-tanda stagnasi menjelang akhir abad ketujuh belas ilmu baru lahir kimia terutama terpengaruh. Boyle dan sekolah bahasa Inggris dari ahli kimia medis yang berkembang suatu yang 1660 dan '70 's gagal membangun banyak tradisi, dan prestasi mereka tidak menarik perhatian yang layak pada periode immedietly berikutnya. Telah dicatat oleh William Wotton di Refleksi Nya atas Learning Kuno dan Modern (1694) bahwa kimia medis telah menjadi yang paling terpengaruh oleh penurunan ilmu pengetahuan pada saat itu. 'The Humor Zaman untuk hal-hal (ilmu) "tulis Wotton,' adalah tampak berubah dari apa itu Dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu .... Sindiran licik dari Men of Wit .... sejauh ini diambil dari tepi mereka yang memiliki mewah untuk lagu-lagu dan kasih untuk belajar bahwa studi Fisiologis mulai dikontrak antara Dokter dan Mekanika. 'Men of Wit' The, angka melek huruf yang besar waktu, adalah hampir tidak bertanggung jawab atas penurunan ilmu untuk ejekan mereka dari Royal Society adalah masalah jauh lebih serius daripada serangan Stubbe yang sebelumnya politik dan ideologi, yang tak banyak berpengaruh. Selain itu, penurunan ilmu hanya karena pasar di Perancis di mana pria sastra, Seperti Fontenelle, mendukung gerakan ilmiah. Sebagai sekolah bahasa Inggris kimia menurun menjelang akhir abad ketujuh belas sekolah iatrochemical Jerman dihidupkan kembali, menghasilkan teori phlogiston. Iatrochemical telah diduga bahwa zat kimia yang terkandung tiga esens atau prinsip; Sulphur, prinsip imfammability; Merkurius, prinsip fluiditas dan volatilitas, dan Garam, prinsip kepastian dan inertness. Joachim Becher, 1635-82, seorang profesor kedokteran di Mainz, dimodifikasi doktrin iatrochemical agak, menunjukkan pada 1669 bahwa zat bersahaja padat terkandung pada umumnya tiga konstituen; firsly, sebuah terralapida, hadiah bumi tetap di semua padatan, sesuai dengan Salt prinsip sebelumnya iatrochemical, kedua, sebuah terrapinguist, didampingi bumi berminyak di semua badan yang mudah terbakar, sesuai dengan prinsip Sulphur, dan ketiga, sebuah mercuriali terra, bumi yang cairan, sesuai dengan prinsip Mercury. Bekher berpendapat bahwa semua badan yang akan menjalani pembakaran mengandung, belerang berminyak, pinguish terra yang lolos dari kombinasi dengan unsur tanah lain selama proses pembakaran. Prosesor pembakaran dan kalsinasi invold karena itu dekomposisi senyawa tubuh menjadi bagian-bagian penyusunnya, yaitu terra belerang Lapida dan terra tetap Lapida dalam kasuskasus yang paling sederhana. Dalam teori tubuh sederhana tidak bisa menjalani pembakaran untuk zat containg terra pinguis dan bumi lain yang tentu majemuk. Pada 1703 Georg Ernst Stahl, 1660-1734, seorang profesor kedokteran dan kimia di Halle, berganti nama terra pingus Bekher 'Phlogiston', ini menjadi 'gerakan panas' atau 'gerakan api', serta 'Prinsip Suphureous 'dan' Prinsip berminyak '. Logam A adalah senyawa dari kapur dan phlogiston, panas membebaskan phlogiston dan meninggalkan abu tersebut. Secara umum phlogiston adalah elemen penting dari semua badan mudah terbakar, minyak, lemak, kayu, arang, dan bahan bakar lainnya yang mengandung jumlah sangat besar. Phlogiston lolos ketika tubuh-tubuh yang terbakar dan masuk baik ke atmosfer atau ke dalam substansi yang akan menggabungkan dengan itu, seperti kapur yang membentuk logam. Seperti teori kalsinasi dan pembakaran mengandung unsur besar pandangan iatrochemists awal dan alkemis sebelum mereka bahwa zat pada umumnya yang terdiri dari materi dan roh yang dapat dipisahkan dengan metode pyrotechnical, semangat melarikan diri dari masalah ini ketika substansi tunduk pada panas. Selama abad keenam belas itu benci menjadi jelas dalam beberapa kasus, terutama dalam kalsinasi dari logam, bahwa residu materi, atau 'mayat, karena mereka disebut, adalah lebih berat dari zat asli. Fenomena ini dijelaskan dengan mengasumsikan bahwa

roh-roh zat memiliki berat badan tidak, atau bahkan memiliki sebuah ringan positif, sehingga suatu zat menjadi lebih berat ketika kehilangan bagiannya volatile atau beralkohol. Biringuccio di Pyrotechnia nya (1540) diadakan pandangan seperti: 'Lead, ketika bagian-bagian berair dan udara telah dihapus oleh api, jatuh ... seperti hal yang tersisa untuk diri dan sama sekali mati, dan sebagainya datang ke yang lebih besar dalam berat badan, seperti juga seperti ini terbukti terjadi dalam tubuh hewan mati , yang memang jauh lebih berat daripada saat hidup '. Dalam bentuk yang lebih canggih teori phlogiston yang ditawarkan penjelasan serupa dari kalsinasi logam. Para ahli teori phlogiston diduga bahwa logam adalah zat senyawa dan bahwa setelah kalsinasi mereka putus menjadi bagian-bagian konstituen mereka, kapur berat dan phlogiston udara. Stahl, dengan siapa teori phlogiston baru dikenal, tidak membuat eksplisit gagasan, yang tersirat dalam teori, bahwa phlogiston memiliki berat negatif atau positif ringan, seperti unsur udara dan api dalam kosmologi Aristotelian. Namun, beberapa pengikutnya lakukan. Teori phlogiston telah banyak dibahas oleh masyarakat ilmiah dari selatan Perancis, khususnya yang dari Dijin dan Bordeaux, dan itu sangat berpengaruh di sekolah kedokteran dari Montpelier. Dalam Venel Gabriel 1760 ini,, 1723-75 profesor kedokteran di Montpelier, meletakkannya explicity bahwa phlogiston mempunyai ringan positif. 'Phlogiston', ia dilaporkan telah berkata, 'tidak pesan yang terkait ke arah pusat bumi, tetapi cenderung naik. Situ datang kenaikan berat badan dalam pembentukan calces metalik, dan penurunan berat badan dalam pengurangan mereka Gagasan seperti menggambarkan seberapa jauh kimia dipisahkan dari fisika dan filosofi mekanis pada pertengahan abad ke-kedelapan belas, karena dalam fisika secara umum diterima bahwa semua badan di bumi tertarik oleh gaya gravitasi menuju pusat bumi.