Professional Documents
Culture Documents
MATERI
Arsitektur Tradisional Jawa Tengah Arsitektur Tradisional Jawa Timur Arsitektur Tradisional Jawa Barat
Arsitektur Jawa
Sekalipun masyarakat Jawa mayoritas memeluk Agama Islam, namun arsitektur tradisional Jawa tidak menonjolkan ciri keislamananya. Bahkan nilai religi Hindu sangat kuat mempengaruhi Arsitektur Jawa. Ciri kuat religi Hindu yang muncul adalah : arsitektur yang berdiri di atas Batur (batu), sehingga Arsitektur Tradisional Jawa tidak berkolong (panggung).
JAWA TENGAH
Latar Belakang
Religi : Islam, Kejawen, Hindu, Budha, Kristen Nilai-nilai religi mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Perpaduan antara religi Hindu, keyakinan asli masyarakat Jawa dan Religi Islam menghadirkan ajaran Kejawen dengan berbagai variasinya. Percaya pada hal-hal yang bersifat gaib / mistis Percaya pada orientasi sakral : Utara Selatan. Utara / Gn Merapi diyakini sebagai tempat bersemayam para dewa. Selatan diyakini sebagai tempat bersemayam Ratu Kidul.
Sosial kemasyarakatan
Keluarga inti Sistem kemasyarakatan : adanya stratifikasi masyarakat / pengelompokkan berdasarkan kelas / status masyarakat. Ada kelompok Bangsawan/Ningrat Priyayi Rakyat Jelata. Status sosial ini berpengaruh pada pola atap bangunan.
Susunan Tapak
Susunan tapak merupakan bangunan untuk 1 keluarga dengan ayah sebagai kepala keluarga (sistem patrilineal). Dalam 1 tapak terdapat beberapa bangunan yang dikelilingi tembok. Model ini untuk kelompok bangsawan / ningrat. Kesan tertutup dan individual. Orientasi yang jelas : Utara Selatan Bagian depan (entrance) terdapat pintu beratap : Regol. Tidak ada ruang luar bersama dalam tapak tersebut.
PENDOPO
Ruang publik Fungsi : menerima tamu, tempat latihan menari, tempat menonton wayang. Bagian paling depan dari rumah Jawa. 4 Soko Guru, berarti : Iman, Ibadah, Akhlak dan Muamalah.
Pendopo
Pendopo
pringgitan
Ruang transisi / antara dari publik ke ruang privat Ruang transisi dari joglo ke rumah induk, dhalem ageng Tempat pertunjukan wayang
Dhalem Ageng
Rumah Induk = Dhalem Fungsi : Ruang Keluarga dan Ruang Tidur Ruang Tidur : senthong kiri (kiwa) dan senthong tengen (kanan) Ruang Sakral : senthong tengah 8 kolom
1.
2.
3.
4. Hastiti : waspada / teliti 5. Sumerep ing Peteng : Mampu membandingkan antara yang baik dan buruk 6. Taberi Tetanyo : Rajin bertanya dan giat menuntut ilmu 7. Nyegah Kayun : menahan hawa nafsu 8. Tumemen ing Sedyo : Serius mencapai cita-cita, mempunyai pegangan yang teguh dan mantap.
Ruang Lain
Pe
/ Masjidan
Arsitektur Jawa mengenal berbagai tipe bentuk atap Untuk satu kompleks rumah yang lengkap, minimal ada 3 jenis bentuk atap, yaitu : atap pendhopo, pringgitan dan dhalem Ageng. Atap untuk bangunan sakral bersifat menjulang ke atas, sedangkan atap untuk bangunan profan (umum) lebih rendah dan tak berpuncak
Atap Panggang Pe
Atap Kampung
Atap Limasan
Atap tipe Limasan dapat dikembangkan menjadi Joglo. Berbagai tipe atap Limasan dapat dibedakan berdasarkan jumlah kolomnya. Limasan dengan jumlah kolom 6 disebut : Trajumas Limasan dengan jumlah kolom 8 disebut : Kutuk Ngambang Limasan dengan jumlah kolom lebih dari 8 disebut : Klabang Nyander.
Atap Joglo
Bangunan dengan atap TAJUK mempunyai prinsip yang sama dengan bangunan atap lainnya. Hanya saja pada atap TAJUK, bagian tengahnya mempunyai puncak. Atap TAJUK digunakan untuk rumahrumah ibadah, karena puncak di bagian tengah melambangkan gunung, lambang keagungan. Gunung dalam masyarakat Jawa merupakan perlambang tempat suci, tempat tinggal arwah nenek moyang yang dihornati.
Rumah Kudus