You are on page 1of 22

RSUD SEKARWANGI 2015

REFERAT

FIXED DRUG ERUPTION


PEMBIMBING : dr. Endang Triwahyuni, Sp.KK, M.Kes
DISUSUN OLEH : Nadia Resha Rahestha

DEFINISI
Fixed drug eruption (FDE)/ Eksantema fikstum/ Fixed
exanthema.1
adalah reaksi alergi pada kulit atau daerah mukokutan
yang terjadi akibat pemberian atau pemakaian jenis
obat-obatan tertentu yang biasanya dikarakteristik
dengan timbulnya lesi berulang pada tempat yang sama
dan tiap pemakaian obat akan menambah jumlah dari
lokasi lesi.1,2

EPIDEMIOLOGI
Beberapa penelitian tentang morfologi dan agen pencetus
pada pasien-pasien dengan erupsi obat dirumah sakit atau
bagian kulit dan kelamin pada tahun 1986-1990 dilaporkan
pada 135 kasus didapatkan perubahan morfologik akibat
erupsi obat yang paling sering adalah eksantematous
(39%), urtikaria/angioedema (27%), FDE (16%), eritema
multiform (5,4%) dan reaksi kulit lainnya (18%). Sejak
tahun 1956 proporsi dari reaksi erupsi obat berupa urtikaria
menurun dan terjadi peningkatan angka kejadian FDE. 3

ETIOPATOGENESIS
Obat-obatan yang paling sering menyebabkan FDE
adalah kontrasepsi oral, barbiturat, fenolftalein,
fenasetin, salisilat, naproksen, nistatin, minosiklin,
sulfonamide, tetrasiklin, metronidazol, doriden,
sulindac, tolmetin, maolate, bleomysin, busulfan,
zidovudine, klorpromasin, hidantoin, cyclofosfamid,
klofasimin,
antimalaria,
prokarbasin,
doksorubisin.2,3,4,5

ETIOPATOGENESIS
Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui
mekanisme imunologik atau non imunologik. Yang
dimaksud dengan erupsi obat adalah alergi terhadap
obat yang terjadi melalui mekanisme imunologik.
Hal ini terjadi pada pemberian obat kepada pasien
yang sudah mempunyai hipersesitivitas terhadap obat
tersebut.disebabkan oleh berat molekulnya yang
rendah, biasanya obat itu berperan pada mulanya
sebagai antigen yang tidak lengkap

Beberapa faktor yang berperan dalam


menentukan sejauh mana kapasitas dari sebuah
obat dalam menimbulkan respon imun

1.
2.
3.
4.

Karakteristik molekular dan sensitisasi


Variasi metabolik individu
Kemampuan imunogenetik
Usia

Faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya FDE

Paparan obat
Waktu kejadian
Uji eliminasi pemakaian obat.
Pemaparan obat ulangan.

MANIFESTASI KLINIS
FDE dikarakteristik dengan 1 atau beberapa lesi eritematous. Lesi ini
seringkali timbul pada wajah dan daerah genital dan menyebabkan
terjadinya luka seperti luka bakar walaupun inflamasi akut sembuh secara
perlahan-lahan tapi hiperpegmentasi lokal akan menetap dengan
pemaparan obat yang berulang, lesi akan muncul kembali pada tempat
yang sama.3
Lesi baru berbentuk bulat atau oval dan berbentuk plak dengan gambaran
eritematous dan bula pada kulit akan berubah berwarna ungu atau coklat.
Lesi biasanya berkembang dalam waktu 30 menit - 8 jam setelah
pemberian obat, kadang-kadang lesi pada awalnya soliter tapi pada
pemberian obat yang berulang lesi baru dapat muncul lagi dan lesi lama
yang sudah ada dapat bertambah besar.

MANIFESTASI KLINIS

MANIFESTASI KLINIS
Lesi lebih sering muncul pada anggota gerak daripada badan.
tangan, kaki, genitalia (glans penis) dan daerah perianal adalah
tempat favorit munculnya lesi. Lesi juga dapat muncul di sekeliling
mulut dan mata.
Apabila terjadi penyembuhan timbul pengelupasan yang diikuti
dengan perubahan warna yang menetap pada daerah lesi dimana
warna berubah menjadi kecoklatan. Pigmentasi terjadi lebih lama
pada orang dengan kulit coklat.

MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gambaran karakteristik ke arah dugaan adanya FDE :
Reaksi hanya terjadi setelah pajanan ulang dengan obat. Pada
penggunaan pertama kali, waktu reaksi berkisar antara 8-9 hari. 4
Manifestasi erupsi obat tidak bergantung pada kegunaan farmakologik
dan kimiawi obat tersebut.4
Jumlah obat yang sangat sedikit dapat memacu reaksi yang berat
meskipun obat tersebut telah dipakai dalam jangka waktu lama. 4
Obat yang sama dapat menyebabkan reaksi yang berbeda pada orang
yang sama pada waktu yang berlainan, sebaliknya berbagai obat dapat
menyebabkan reaksi atau manifestasi klinik yang sama. 4

Gambar 1. Fixed Drug Eruption oleh:


A. Tetrasiklin. Plak berbatas tegas dan jelas pada lutut, bergabung dengan tiga "lesi. Besar plak menunjukkan kerutan
epidermal, tanda pembentukan blister insipien. Ini adalah episode kedua seperti ini setelah konsumsi tetrasiklin. Tidak ada
lesi lain yang hadir.
B. Tylenol Multiple violaceous lesions di kedua aksila setelah menelan Tylenol. Lesi mulut erosif juga hadir.7

Gambar 2. Fixed drug eruption: fenolftalein. Daerah besar kehitaman, violaceous erythema
meliputi seluruh wilayah gluteal dan meluas ke paha atas. Ini diikuti konsumsi fenolftalein laxatif.

Gambar 3. Generalized fixed drug eruption: tetrasiklin. Multiple, confluent, violaceous-red, oval
erythematous area, beberapa di antaranya kemudian menjadi bulosa. Erupsi mungkin sulit untuk
membedakan dari nekrolisis epidermal toksik.

DIAGNOSIS
Anamnesis :
Adanya hubungan antara timbulnya erupsi dengan penggunaan obat
dan diketahui mengenai :

obat-obatan yang didapat

kelainan timbul secara akut atau dapat juga beberapa hari sesudah masuknya
obat.

rasa gatal yang dapat pula disertai demam yang biasanya subfebril.

Kelainan Klinis :
Adanya kelainan klinis berupa lesi yang selalu timbul pada tempat yang
sama akibat pemaparan obat. Penghentian obat yang diikuti penurunan
gejala klinis merupakan petunjuk kemungkinan erupsi disebabkan oleh
obat tersebut.

DIAGNOSIS
Pemeriksaan Khusus :
Saat ini belum diketahui cara yang cukup sensitif dan dapat
dipercaya untuk mendeteksi obat penyebab FDE.1,4
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu
memastikan diagnosa FDE dengan pemeriksaan Histopatologi.
Pada Patch Test, obat yang dicurigai dapat ditempatkan sebagai
tes patch di situs yang terlibat sebelumnya; respon inflamasi
terjadi pada hanya 30% kasus.7

PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan kausal
Dilaksanakan dengan menghindari obat tersangka (apabila obat tersangka
telah dapat dipastikan). Dianjurkan pula untuk menghindari obat yang
mempunyai struktur kimia mirip dengan obat tersangka (satu golongan).

b. Pengobatan sistemik
Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat sistemik. Dosis standar
untuk fixed drug eruption pada orang dewasa ialah 3 x 10 mg prednisone sehari.
Untuk lesi mukosa luas, umum, dan sangat menyakitkan, oral prednisone 1 mg / kg
berat badan diturunkan selama pemberian dari 2 minggu.

Antihistamin

Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika terdapat rasa gatal.
Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang bila dibandingkan dengan kortikosteroid

PENATALAKSANAAN
c. Pengobatan topikal

Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit, apakah kering atau
basah. Pada FDE, jika kelainan membasah dapat diberi kompres dan jika kering
dapat diberi krim kortikosteroid, misalnya krim hidrokortison 1% atau 2 %.1,3,4,7

Identifikasi dari obat penyebab FDE dilakukan apabila hanya 1 obat yang digunakan
biasanya kita mencurigai beberapa obat sebagai petunjuk yang kita gunakan adalah
mengetahui kronologis pemberian obat-obatan tersebut. Hanya obat-obatan yang
baru digunakan (8-21 hari) yang dimasukkan dalam daftar yang dicurigai.

Identifikasi yang jelas dari obat penyebab dan catatan tertulis tentang obat-obat
penyebab yang diberikan pada pasien oleh dokter merupakan langkah pencegahan
yang sangat penting.

Pemberian obat spesifik (kortikosteroid, obat-obatan imunosupresif/ terapi anti


sitokin, immunoglobulin) seharusnya tidak diberikan sesuai standar pemberian obat
sebelum terdapat bukti efisiensi penggunaannya terhadap pasien, kadang-kadang
penggunaan obat-obatan tersebut dapat berbahaya bagi pasien.9

PROGNOSIS
Pada
dasarnya
FDE
akan
menyembuh
bila
penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan.
Akan tetapi beberapa bentuk, misalnya eritroderma dan
kelainan-kelainan berupa sindrom Lyell dan sindrom
Steven Johnson, prognosis dapat menjadi buruk
bergantung pada luas kulit yang terkena.1

KOMPLIKASI
Hiperpigmentasi adalah komplikasi yang paling
mungkin dari FDE. Potensi untuk infeksi ada
dalam kasus lesi multipel erosi. Erupsi
generaliata telah dilaporkan setelah pengujian
provokasi topikal dan oral.

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi ketiga. Bagian Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1999:139-142
2. DermNet Editorial Board. Fixed Drug Eruption. Available from URL:
www.dermnetnz.org/reaction/fixed-drug-eruption.html . Last updated : September 30, 2004.
3. Freedberg Irwin, Eisen Arthur, Wolff Klaus et al. Dermatology in General Medicine, 5 th edition Vol. 1.
McGrow Hill Companies, Inc. United States of America,1999:1633-41
4. Seobaryo R, Suherman S. Erupsi Obat Alergik. Dalam: Sularsito Sri,dkk. Erupsi Obat Alergik. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI.1995:3-7,63-4
5. Thiers B. Disorders of Hyperpigmentation. In: Dermatologics Clinics. W.B Saunders Company.2000:95-7
6. Arnold H, Odom R, James W. Contact Dermatitis in Drug Eruption. In: Diseases of The Skin. 8 th edition.
W.B Saunders Company.1990
7. Wolff K, Johnson RA, Suuemons D. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 5th
ed. New York: McGraw Hill; 2007
8. Lever Walter, Schaumberg G. Eruptions Due to Drugs, In: Histopathology of The Skin. J.B Lippincott
Company.1983:259-61
9. Revuz Jean. Serious Drug Reactions. In : Abstracts IX International Congress of Dermatology. May 1922, 2004. Beijing China:5
10.Butler D. Fixed Drug Eruptions. http://emedicine.medscape.com/article/1336702-overview. 2014

You might also like