You are on page 1of 56

Rehabilitasi Paru

DR. dr. Juliandi Harahap, MA


Dr. Rina Amelia, MARS
Latar Belakang
Penyakit paru kronik dapat menyebabkan
kapasitas fungsional serta kualitas hidup yang
menurun.
Meskipun telah ditangani dengan pengobatan
yang standar dan rasional banyak penderita paru
kronik yang mengalami kecacatan (disability).
Salah satu gejala yang sering muncul adalah
sesak nafas, sesak biasanya muncul waktu
melakukan aktivitas fisik dari sedang sampai
berat, sehingga penderita akan mengurangi
aktivitas fisiknya sampai akhirnya sesak terjadi
hanya dengan aktivitas ringan.
Pasien akan kehilangan kemampuan
fungsionalnya, aktivitas sehari-hari seperti mandi,
makan atau berpakaian tidak bisa dilakukan
sendiri sehingga memerlukan bantuan.
Hubungan dengan lingkungan sosial berkurang
dan kemampuan individu untuk berperan di
masyarakat menjadi terbatas.
Penderita hanya berdiam diri saja di rumah
sehingga akhirnya akan terjadi sesuatu
deconditioning syndrome, yang mana telah
terjadi penurunan dari semua fungsi organ tubuh.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan
fungsional serta kualitas hidup penderita paru
kronik harus sejalan dengan pengobatan
medikamentosa.
Upaya ini dilaksanakan melalui program
rehabilitasi paru.
Berdasarkan bukti-bukti ilmiah yang
dikembangkan, rehabilitasi paru menjadi
penanganan standar yang direkomendasikan
untuk penderita penyakit paru kronik
terutama penderita penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK).
Rehabilitasi Paru
Rehabilitasi didefinisikan sebagai
memulihkan individu ke arah potensi fisik,
medik, mental, emosional, ekonomi sosial
dan vokasional sepenuhnya menurut
kemampuannya.

Tingkat pemenuhan tujuan program


rehabilitasi paru tergantung pada derajat
insufisiensi pernapasan, dan tindakan yang
ditempuh tergantung pula pada faktor-
faktor yang berpengaruh pada penderita
Menurut ATS (American Thoracic Society)
dan ERS (European Respiratory Society),
rehabilitasi paru adalah suatu intervensi
yang komprehensif, multi disiplin dan
berdasarkan bukti ilmiah pada penderita
penyakit paru kronik yang terdapat gejala
dan penurunan aktivitas kehidupan sehari-
hari.

Rehabilitasi paru bersifat individual dan


didisain untuk mengurangi gejala-gejala,
meningkatkan kapasitas fungsional,
meningkatkan partisipasi di masyarakat,
mengurangi biaya kesehatan melalui
Tujuan
Mengurangi gejala
Menurunkan kecacatan
Meningkatkan kegiatan fisik dan sosial
Memperbaiki kualitas hidup

Dicapai melalui :
Edukasi : pasien dan keluarga
Latihan fisik
Intervensi psikososial dan perilaku
Penilaian hasil
Manfaat
Meningkatnya kemandirian
Perbaikan kualitas hidup
Berkurangnya angka rawatan RS
Menurun waktu rawatan RS
Indikasi
Penyakit paru obstruksi kronis
Kelainan dinding dada
Asma bronkial
Penyakit paru fibrokistik
Bronkiektasi
Kanker paru
Penyaki paru interstisial
Gangguan neuromuskular
Post operatif : thorak, abdominal
Kontra Indikasi
Rehabilitasi Paru
Semua kondisi yang dapat menghambat
proses rehabilitasi atau yang dapat
meningkatkan risiko ketika sedang latihan
Gangguan fungsi kognitif
Hipertensi pulmonal berat
Infark miokard
Komponen Rehabilitasi Paru
1. Rehabilitasi fisik, terdiri dari:
a) Latihan relaksasi
b) Terapi fisik dada
c) Latihan pernapasan
d) Latihan meningkatkan kemampuan fisik
2. Rehabilitasi psikososial dan vokasional,
terdiri dari:
a) Pendidikan perseorangan dan keluarga
b) Latihan pekerjaan
c) Penempatan tugas
d) Latihan merawat diri sendiri
Latihan relaksasi
Tujuan latihan relaksasi adalah:
1. Menurunkan tegangan otot pernapasan,
terutama otot bantu pernapasan.
2. Menghilangkan rasa cemas karena sesak
napas.
3. Memberikan sense of well being.

.Penderita penyakit paru kronik yang


mengalami insufisiensi pernapasan selalu
merasa tegang, cemas dan takut mati karena
tidak dapat bernafas.
Cara Latihan Relaksasi
Untuk mengatasi keadaan ini penderita berusaha
membuat posisi yang menguntungkan terutama
bagi gerakan diafragmanya.
Sikap ini dicapai dengan memutar bahu ke depan
dan membungkukkan badan ke depan pula.
Sikap ini selalu diambil setiap akan memulai
rehabilitasi fisik (drainase postural, latihan
pernapasan).
Agar penderita memahami, latihan ini harus
diperagakan. Latihan relaksasi hendaknya dilakukan
di ruangan yang tenang, posisi yang nyaman yaitu
telentang dengan bantal menyangga kepala dan
guling di bawah lutut atau sambil duduk
Terapi fisik dada
Timbunan sekret yang sangat kental jika tidak
dikeluarkan akan menyumbat saluran napas
dan merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan kuman.
Infeksi mengakibatkan radang yang
menambah obstruksi saluran napas.
Bila berlangsung terus sehingga mengganggu
mekanisme batuk dan gerakan mukosilier,
maka timbunan sekret merupakan penyulit
yang cukup serius
Terapi fisik (fisioterapi) dada ditujukan untuk
melepaskan dan membantu menggerakkan sekret
dan saluran napas kecil ke trakea
Dapat dilakukan dengan cara drainase postural,
perkusi dinding dada, vibrasi menggunakan tangan
(manual) atau dengan bantuan alat (mekanik).
Perkusi dengan vibrasi cepat,ketukan dengan
telapak tangan (clapping), atau memakai rompi
perkusi listrik serta latihan batuk akan
memperbaiki mobilisasi dan klirens sekret bronkus
dan fungsi paru terutama pada penderita penyakit
paru kronik dengan produksi sputum yang
meningkat (>30 ml/ hari), bronkhiektasis, fibrosis
kistik, dan atelektasis.
Pada penderita dengan serangan asma akut,
pneumonia akut, gagal napas, penderita yang
memakai ventilator, dan penderita penyakit paru
kronik dengan produksi sputum yang minimal (<30
ml/hari), fisioterapi dadatidak berefek dan bahkan
membahayakan.
Dalam melakukan drainase postural harus
diperhatikan posisi penderita yang disesuaikan
dengan anatomi percabangan bronkus. Tindakan ini
dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit. Sebelum
dilakukan drainase postural sebaiknya penderita
minum banyak atau diberikan mukolitik, bronkodilator
perinhalasi untuk memudahkan pengeluaran sekret
Latihan pernapasan
Latihan pernapasan dilakukan setelah latihan relaksasi
dikuasai penderita.
Tujuan latihan pernapasan adalah untuk:
1. Mengatur frekuensi dan pola napas sehingga
mengurangi air trapping
2. Memperbaiki fungsi diafragma
3. Memperbaiki mobilitas sangkar toraks
4. Memperbaiki ventilasi alveoli untuk memperbaiki
pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernapasan
5. Mengatur dan mengkoordinir kecepatan pernapasan
sehingga bernapas lebih efektif dan mengurangi kerja
pernapasan
Latihan pernapasan meliputi:
a) Latihan pernapasan diafragma
Tujuan latihan pernapasan diafragma adalah
menggunakan diafragma sebagai usaha
pernapasan, sementara otot-otot bantu
pernapasan mengalami relaksasi.
Manfaat pernapasan diafragma:
a. Mengatur pernapasan pada waktu serangan
sesak napas dan waktu melakukan
pekerjaan/latihan.
b. Memperbaiki ventilasi ke arah basal paru.
c. Melepaskan sekret yang melalui saluran napas.
Dengan pernapasan diafragma maka akan terjadi
peningkatan volume tidal, penununan kapasitas
residu fungsional dan peningkatan ambilan oksigen
optimal

Latihan ini dapat dilakukan dengan prosedur berikut:


1. Sebelum melakukan latihan, bila terdapat obstruksi
saluran napas yang reversibel dapat diberi
bronkodilator. Bila terdapat hipersekresi mukus
dilakukan drainase postural dan latihan batuk.
Pemberian oksigen bila penderita mendapat terapi
oksigen di rumah.
2. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah
duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar
atau setengah duduk.
3. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas
perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada.
Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan
tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita
perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun
pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada
minimal. Dinding dada dan otot bantu napas
relaksasi.
4. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat
ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips
breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja
dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi
(pengembangan) perut. Otot perut bagian depan
dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk
memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan
ekspansi sangkar toraks bagian bawah.
5. Selama ekspirasi penderita dapat
menggunakan kontraksi otot perut untuk
menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban
seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas
dinding perut untuk membantu aktivitas ini.
Latihan pernapasan pernapasan diafragma
sebaiknya dilakukan bersamaan dengan latihan
berjalan atau naik tangga.
6. Selama latihan,penderita harus diawasi untuk
mencegah kesalahan yang sering terjadi seperti
:
Ekspirasi paksa.
Perpanjangan ekspirasi:
Penggunaan dada bagian atas secara berlebihan
Pursed lips breathing
Pursed lips breathing (PLB) dilakukan dengan cara
menarik napas (inspirasi) secara biasa beberapa detik
melalui hidung (bukan menarik napas dalam) dengan
mulut tertutup, kemudian mengeluarkan napas
(ekspirasi) pelan-pelan melalui mulut dengan posisi
seperti bersiul, lamanya ekspirasi 2atau 3 kali lamanya
inspirasi, sekitar 46 detik.
Penderita tidak diperkenankan mengeluarkan napas
terlalu keras.
PLB dilakukan dengan atau tanpa kontraksi otot abdomen
selama ekspirasi.
Selama PLB tidak ada udara ekspirasi yang mengalir
melalui hidung, karena terjadi elevasi involunter dari
palatum molle yang menutup lubang nasofaring
Dengan pursedlips breathing (PLB) akan terjadi
peningkatan tekanan pada rongga mulut, kemudian
tekanan ini akan diteruskan melalui cabang-cabang
bronkus sehingga dapat mencegah air trapping dan
kolaps saluran napas kecil pada waktu ekspirasi.
Hal ini akan menurunkan volume residu, kapasitas
vital meningkat dan distribusi ventilasi merata pada
paru sehingga dapat memperbaiki pertukaran gas di
alveol.
Selain itu PLB dapat menurunkan ventilasi semenit,
frekuensi napas, meningkatkan volume tidal, PaO2
saturasi oksigen darah, menurunkan PaCO2 dan
memberikan keuntungan subjektif karena
mengurangi rasa sesak napas pada penderita.
Pursed lips breathing akan menjadi lebih
efektif bila dilakukan bersama-sama dengan
pernapasan diafragma. Ventilasi alveoler yang
efektif terlihat setelah latihan berlangsung
lebih dari 10 menit
Pursed lip breathing
Latihan batuk
Batuk merupakan cara yang efektif untuk
membersihkan benda asing atau sekret dan
saluran pernapasan.
Batuk yang efektif harus memenuhui kriteria:
1) Kapasitas vital yang cukup untuk
mendorong sekret.
2) Mampu menimbulkan tekanan intra
abdominal dan intratorakal yang cukup untuk
mendorong udara pada fase ekspulsi.
Cara Latihan Batuk
Cara melakukan batuk yang baik adalah dengan
memposisi badan membungkuk sedikit ke depan
sehingga memberi kesempatan luas kepada otot
dinding perut untuk berkontraksi, sehingga
menimbulkan tekanan intratorak.
Tungkai bawah fleksi pada paha dan lutut,
lengan menyilang di depan perut. Penderita
diminta menarik napas melalui hidung, kemudian
menahan napas sejenak, disusul batuk dengan
mengkontraksi kan otot-otot dinding perut serta
badan sedikit membungkuk ke depan.
Cara ini diulangi dengan satu fase inspirasi dan
dua tahap fase ekspulsi.
Latihan diulang sampai penderita menguasai.
Penderita yang mengeluh sesak napas saat
latihan batuk, diistirahatkan dengan melakukan
Iatihan pernapasan diantara dim latihan batuk.
Bila penderita tidak mampu batuk secara efektif,
dilakukan rangsangan dengan alat penghisap
(refleks batuk akan terangsang oleh kateter yang
masuk trakea) atau menekan trakea dari satu sisi
ke sisi yang 1ain
Fisioterapi dada
Tehknik utk menegeluarkan sekret yang
berlebihan atau material yang teraspirasi dari
dalam saluran pernafasan
Mencegah obstruksi dan mencegah rusaknya
saluran nafas
Ada beberapat teknik :
1. Postural Drainage
2. Perkusi dada
3. Vibrasi dada
4. Kompresi dada
1. POSTURAL DRAINAGE
Dilakukan pada pasien yg memproduksi
byk sputum abses paru, bronkiektasi,
fibrokistik
Pasien tdk dapat membatukkan sputum dg
efektif org tua , kelemahan otot, paska
operasi, penyakit berat
Pasien diposisikan sedemikian rupa utk
dapat mengeluarkan sekret yg berasal dari
lobus-lobus paru
Dewasa : dilakukan pada alas berupa meja
yang dapat dirubah posisinya + bantal
Metode tambahan : olah raga pernafasan
Anak anak : diposisikan pada pangkuan
klinisi perkusi dada, vibrasi dan kompresi
dada
Lobus dekstra segmen
basal lateral
Lobus dekstra segmen
basal posterior
Lobus atas segmen
anterior
Lobus bawah segmen
apikal
Lobus bawah segmen medial
basal dekstra dan
lateral basal sinistra
Lingula
Lobus tengah dekstra
Segmen basal anterior
Kontra indikasi postural drainage
Pasien yang tdk bisa melakukan posisi yg
diperlukan
Sedang dalam pengobatan antikoagulan
Muntah darah dalam beberapa hari terakhir
Riwayat patah tulang iga / tulang belakang
Osteoporosis berat
Pasien yang tidak bisa memproduksi sekret
2. PERKUSI DADA
Utk membantu mobilisasi sekret
Secara manual dg telapak tangan
membentuk spt cup merapatkan ibu jari
dan keempat jari lainnya scr cepat
dilakukan gerakan fleksi dan ekstensi sendi
pergelangan tangan
Posisi tangan saat
melakukan perkusi
3. VIBRASI DADA
Untuk mobilisasi sekret
Kombinasi dg teknik kompresi dada
Tangan terapis diatas dada pasien diberi
getaran dg ke2 tangan tsb saat ekspirasi
Posisi tangan saat
melakukan vibrasi dada
4. KOMPRESI DADA
Utk mobilisasi dan transpor sekret
Tangan diletakkan di atas sternum atau
tulang iga lateral bawah
Latihan meningkatkan
kemampuan fisik
Bertujuan meningkatkan toleransi penderita
terhadap aktivitas dan meningkatkan
kemampuan fisik, sehingga penderita hidup
lebih aktif dan lebih produktif.
Pengaturan tingkat latihan dimulai dengan
tingkat berjalan yang disesuaikan dengan
kemampuan awal tiap penderita secara
individual, yang kemudian secara bertahap
ditingkatkan ke tingkat toleransi yang paling
besar.
Jarak maksimum dalam latihan berjalan yang
dicapai oleh penderita merupakan batas
untuk mulai meningkatkan latihan dengan
menaiki tangga.
Selama latihan penderita harus dibantu
dengan pemberian oksigen untuk
menghindari penununan saturasi oksigen
secara drastis yang dapat membahayakan
jantung.
Latihan endurance dg target 60% dari beban
kerja maksimal selama 20-30 menit diulang
2-5 kali seminggu umumnya ditoleransi dg
Penderita harus diawasi dengan baik, secara
berkala gas darah arteri diukur tenutama
pada penderita dengan hipoventilasi alveoler,
untuk mencegah retensi CO2 yang berlebihan
Pemberian oksigen selama latihan harus
diteruskan sampai penderita mendapat
manfaat yang maksimal, setelah itu lambat
laun dapat disapih
Exercise training
Terapi Perilaku dan Psikososial
Gejala-gejala yang dialami pasien sekian lama akan
menimbulkan kecemasan atau depresi. Kondisi ini akan
menambah berat kondisi dan berpotensi untuk
membuat pasien jatuh dalam keadaan deconditioning.
Pemeriksaan khusus psikologis diperlukan untuk
penampisan kecemasan atau depresi.
Bentuk terapi yang diperlukan dapat berupa edukasi
atau latihan seperti latihan relaksasi untuk mengurangi
kecemasan maupun relaksasi otot-otot pernafasan
agar beban kerja berkurang dan tidak mudah terjadi
fatigue. Penderita dapat lebih percaya diri untuk
melakukan aktivitas.

Depresi akan menghambat kepatuhan pasien


terhadap program terutama untuk latihan sehingga
diperlukan suatu psikoterapi. Keluarga juga dapat
terkena dampak dampak dari ketidakmampuan
penderita beraktivitas.
Tenaga psikolog diharapkan dapat memberika
konseling, sehingga keluarga dapat memberikan
dorongan kepada penderita.
Penderita dibantu untuk kembali aktif secara fisik
dan memahami penyakitnya. Terapi dan cara untuk
mengahadapi penyakit paru kronik yang ada pada
dirinya. Untuk keberhasilan program ini diperlukan
suatu kerjasama tim multidisiplin mulai dari dokter,
fisoterapis, perawat, terapis okupasi, psikolog,
nutrisionis, sampai dengan tenaga sosial.

Kerjasama yang baik dengan penderita serta


keluarga dibutuhkan untuk mendukung program.
Selain itu, untuk mencapai keberhasilan
dibutuhkan motivasi dari penderita untuk
mematuhi dan mengikuti program karena
bersifat jangka panjang (minimal enam minngu
dengan pengawasan di pusat-pusat rehabilitasi
medik).
Program tidak akan berhasil tanpa motivasi
daro penderita penyakit paru kronik.
KESIMPULAN
Rehabilitasi medik paru (rehabilitasi pulmonal)
merupakan salah satu tindakan penting dalam
pengelolaan penderita penyakit paru kronik, di
samping pemberian obat-obatan.
Penderita yang berusia lanjut dengan
gangguan pernapasan akibat obstruksi saluran
napas karena sekret atau kolaps saluran napas
bagian tepi serta pola napas paradoksal
semuanya akan membuat pernapasan tidak
efektif.
Terapi fisik (fisioterapi) dada dilakukan pada semua
penderita penyakit paru kronik dengan harapan
dapat mengurangi rasa cemas, membersihkan
saluran napas dan sekret, dan menggunakan otot-
otot pernapasan secara optimal.
Dengan demikian penderita akan terlatih untuk
bernapas secara efektif dan tidak cemas pada saat
terjadi serangan akut serta dapat melakukan
tugasnya tanpa tergantung pada orang lain.
Sehingga tercapai tujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita. Selain tersebut di atas,
tak kalah pentingnya adalah penghentian merokok
dan menghindari paparan asap rokok.
TRIMA KASIH

You might also like