You are on page 1of 14

PENGAMATAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN & PERMUKIMAN

DOSEN PENGAMPU : Ir. ANWAR, MT

ARDHIE GUSMINANDA / KELAS B / SEMESTER 4


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG
TAHUN 2017
ORIENTASI PETA LOKASI

Wilayah
Pemukiman
kp. Cilosari
,Kemijen
Semarang
Permasalahan yang ada :
Permasalahan Fisik :
1. Polder yang tidak berfungsi secara maksimal
2. MCK yang tidak terawat dengan baik
3. Lebar dan dalam selokan yang tidak standart

Selokan / saluran yang ada Bangunan Polder / Stasiun pompa


MCK pada permukiman yang terdapat di RT 02

Kali banger di atas tanggul bendungan


Permasalahan yang ada :
Permasalahan Non-Fisik :
1. Selalu terjadi Rob mulai pukul 15.00 20.00 WIB
2. MCK yang tidak terawat dengan baik
3. Kebingunan akan sumber air bersih .
4. Ekonomi warga yang menengah kebawah
5. Kepekaan dan kesadaran masyarakat akan kelestarian
lingkungan, kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Kondisi dalam rumah warga sekitar Peristiwa banjir Rob


Merubah kampung padat pemukiman menjadi
ekowisata hutan mangrove.
Pada hakikatnya, tanaman bakau berfungsi untuk melindungi daratan
dari gelombang laut dan mengurangi abrasi atau pengikisan tanah oleh
air laut.
Selain itu, hutan bakau juga berguna sebagai tempat tinggal sebagian
binatang laut seperti ikan, udang, kerang, dan binatang lainnya.
Tentunya hutan mangrove tersebut memiliki peranan penting terhadap
keseimbangan ekosistem terhadap kawasan yang sering mengalami rob .
Rain Water Harvesting
Sebagian masyarakat menggunakan air pdam dan air artetis.
Jika menggunakan air pdam biaya yang dikeluarkan relatif lebih besar.
Jika menggunakan artetis sebagian wilayah airnya asin.
Solusi rain water harvesting menjadi salah satu cara untuk
mendapatkan air bersih. Kandungan bakteri di kawasan kota semarang
masih tergolong aman.
RAINWATER HARVESTING
Upaya menampung dan menahan
air hujan untuk dapat dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Menampung air hujan
Air hujan jatuh diatap

Dialirkan masuk ke tandon

Digunakan
KEUNTUNGAN
Air hasil penyaringan cukup bersih untuk keperluan
rumah tangga.
Membuatnya cukup mudah dan sederhana
pemeliharaannya.
Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan di
daerah pedesaan.
KERUGIAN
Pemeliharaan memerlukan ketelitian dan cukup memakan
waktu seperti :
Drum pengendapan dan drum penyaring harus
dibersihkan, jika aliran air yang keluar kurang lancar. Ijuk,
kerikil, potongan bata, pasir dicuci bersih, kemudian
dijemur sampai kering.
Arang tempurung biasanya paling lama 3 bulan sekali
harus diganti dengan yang baru.
Tidak bisa digunakan untuk menyaring air yang
mengandung bahan-bahan kimia seperti air buangan dari
pabrik, karena cara ini hanya untuk menyaring air keruh,
tapi bukan menyaring air yang mengandung zat kimia
tertentu.
Untuk keperluan air minum harus dimasak terlebih dahulu
sampai mendidih.
DINDING DARI SAMPAH
Jika menggunakan dinding batu bata saat ini bisa
terbilang lumayan mahal, berdasarkan pengalaman
saya dinding konvensional yang menggunakan bata
merah tebal 1/2 bata bisa mencapai Rp. 120.000 /m2.
Memanfaatkan sampah sebagai dinding rumah kita.
hasil akhirnya akan sama seperti dinding yang terbuat
dari bata.
Langkah - langkahnya adalah
Pasang kawat ayam (Kawat ayakan) ukuran lubang 2,5 Cm pada kolom praktis di bagian luar dan dalam bangunan (2 lapis) seperti gambar berikut
Isi dengan sampah pada bagian dalam kawat ayam tersebut, usahakan sampah non organik (plastik, logam, kain dll) dan
padatkan sewajarnya, lalu plesterlah pada sisi luarnya menggunakan adukan pada umumnya yaitu 1 Semen : 4 Pasir
seperti gambar berikut

Lanjutkan dengan acian (menutup permukaan plesteran dengan adonan semen+air) lalu dilakukan pengecatan
stelah acian dirasa kering (minimal 24 jam stelah acian selesai dikerjakan)
Dari penggunaan sampah tersebut kita dapat mengambil beberapa keuntungan
dibanding dinding batu bata, diantaranya adalah : 1. Kita dapat mengurangi sampah
yang ada di lingkungan kita 2. Kita lebih menghemat biaya karena berdasarkan
kalkulasi per m2 dibutuhkan biaya sebagai berikut :
a) Harga Bahan Kawat ayam = Rp. 10.000 /m2
b) Harga Pasir (0.03 m3 x Rp. 95.000) = Rp. 2.850 /m2
c) Harga Semen (13 kg x Rp. 1.100) = Rp. 8.800 /m2 *Termasuk acian
d) Upah plester dan acian = Rp. 27.000 /m2
e) Upah isi sampah = Rp. 5.000 /m2
Total = Rp. 53.650 /m2
Dibandingkan dengan dinding batu bata akan menghemat biaya sebesar Rp. 66.350.
Analisa hitungan di atas sengaja dibuat bahwa sampah asumsinya gratis. Kalaupun beli
tentu juga harganya tidak akan terlalu mahal. Mungkin tetangga kita akan sangat
senang memberikan sampahnya secara gratis.

You might also like