Persatuan dan kerjasama (kooperasi) dipandang Hatta sebagai
sokoguru dalam usaha merebut kedaulatan dan keadilan ekonomi. Dari
pelbagai padangan para pendiri bangsa, terdapat titik temu bahwa perjuangan keadilan ekonomi dan cita-cita kesederajatan itu memerlukan pertautan antara demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Keadilan Sosial dalam Perumusan Pancasila dan Konstitusi Visi keadilan dan kesejahteraan rakyat yang direalisasikan oleh para pemimpin pergerakan kebangsaan itu kemudian mewarnai diskusi tentang dasar falsafah negara dalam persidangan BPUPK.
Panitia Sembilan merumuskan, prinsip kesejahteraan yang disebut
sebagai prinsip keempat dalam Pidato Soekarno pada 1 Juni, ditempatkan menjadi sila ke-5 yang kemudian disempurnakan menjadi Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Selain terkandung dalam sila ke-5 Pancasila, UUD 1945 juga memberikan perhatian istimewa terhadap masalah keadilan, sedemikian rupa sehingga kata keadilan/adil dan prinsip keadilan hampir ada di semua alinea-kecuali alinea ke-3. Pasal-pasal yang menyangkut keadilan dan kesejahteraan ini memperoleh tanggapan dari Kolopaking, Boentaran, dan Muhammad Yamin.