You are on page 1of 71

I Made Kardena

Laboratorium Patologi Veteriner


Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana
 Terjadi akibat gangguan invaginasi dari
vesicula optikus yang menyebabkan tidak
terbentuknya bola mata
 Atau terjadi akibat vesikula optikus tidak
berkembang atau mengalami atropi
 Dapat berupa sistik bola mata yang disertai
kekurangan struktur bola mata
 Dapat pula terjadi struktur bola mata yang
kecil : microphtalmia / microphtalmus
 Severe microphtalmia:
struktur intraokular mata mengalami
rudimenter
 Umumnya pada bagian jaringan orbital:
uvea dan neuroepithel
 Jika neuroepithel dari vesikula optikus gagal
berinteraksi dengan permukaan ectoderm,
induksi terhadap vesikula lensa mata tidak
terjadi, yang menyebabkan congenital sistik
bola mata.
 Kasus microphtalmia terjadi secara sporadis
pada hewan, termasuk anjing, kuda, babi, sapi
dan rusa.
 Pada pedet, kasus ini terjadi akibat infeksi
uterus oleh BVD dan pada anak babi sering
dihubungkan dengan kekurangan vit A.
 Adanya satu kelopak mata yang diikuti
dengan adanya satu bola mata dan letaknya di
bagian median dari garis mata pada daerah
kepala.
 Terjadi akibat kegagalan perkembangan dari
otak sebelum evaginasi dari vesikular optikus
yg menyebabkan pemisahan yg tidak
sempurna dari perkembangan bola mata
 Banyak kasus klinis cyclopia merupakan
gabungan dari 2 bola mata (synophtalmia)
 Kasus synophtalmia termasuk jarang, dengan
karakteristik dari tidak sempurnanya
pemisahan dari kedua bola mata pada awal
perkembangan embrional.
 Kasus cyclopia dapat terjadi pada anak hewan
yang masih dalam kandungan karena pakan
induk yang mengandung steroidal alkaloid
(cyclopamine) yang terdapat pada Veratrum
californicum
 Teratogenik baik pada tumbuhan yang masih
segar ataupun yang telah dikeringkan
 Kasus ini dapat terjadi pada kambing, domba,
sapi,
 Anomali gangguan struktur dari segmen
anterior bola mata (cornea, iris, dan badan
ciliari) menyebabkan abnormalitas
perkembangan mesenchym atau kegagalan
perkembangan yang berhubungan dengan
optik cup.
 Kegagalan dari perkembangan jaringan
mesenchymal mata untuk membentuk bagian
anterior dari bola mata dapat menyebabkan
pelebaran jaringan dari iris ke bagian dalam
kornea, yang menyebabkan: opaksitas pada
kornea mata (adherent leukoma)
 Kasus dysplasia segmen anterior ini dapat
merupakan sebuah bentuk dari microphtalmia
 Lesi Hp dari segmental anterior ini berupa
garis-garis sistik yang banyak dari squamous
sel epithel dan jaringan connective yang sering
berisikan tulang rawan ektopik dan epithel
glandula lakrimalis pada segmen anterior bola
mata.
 Tidak adanya jaringan okular
 Akibat dari kegagalan fusi dari ujung fissura
optikus
 Normalnya, fissura opticus mulai menutup
didaerah equator yang awalnya terjadi
didaerah depan dan belakang. Coloboma pada
iris dan badan ciliari terjadi jika terjadi
kegagalan penutupan pada bagian anterior
aspek dari fissura optikus.
 Jika kegagalan penutupan secara sempurna
pada bagian posterior dari fissura optikus akan
menyebabkan defect pada daerah optik disk.
 Defect ini ada hubungannya dengan penipisan
daerah posterior, sclera ectasia, dan dapat
menyebabkan sistik multiokular pada daerah
caudal dari bola mata (= retrobulbar cyst)
 Sering pada Collie dogs
 Merupakan penyakit karena keturunan gen
autosomal
 Lesi yang umum berupa Choroidal hypoplasia
 Bisa terjadi secara bilateral
 Pada epithel cornea banyak mengandung jaringan
saraf, cornea menjadi sangat sensitive

Clinical signs of cornea diseases:


 Blepharospasm

 Epiphora

 Photophobia

 Endophtalmos

 Chemosis

 Miosis

 Keratitis
 Microcornea
 Macrocornea
 Congenital corneal opacities
 Kelainan kongenital dengan karakteristik
adanya jaringan dermoid pada cornea atau di
daerah konjungtiva atau keduanya.
 Kasus ini paling sering terjadi pada Sapi
terutama jenis Polled Hereford
 Pada anjing kasus ini sering berlokasi didaerah
temporal
 Kasus dermoid bisa diamati bila kelopak mata
penderita terbuka
 Sering menimbulkan iritasi, sehingga mata
penderita akan tampak adanya mucopurulent
discharge dan blepharospasm
 HP: adanya keratin squamous epithel baik
yang berpigmen maupun tdk berpigmen yang
berada diatas jaringan kulit dengan folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea.
 Dapat disebabkan oleh abrasi, akibat bahan
kimia dan infeksi.
 FHV-1: umum menyebabkan lesi pada cornea
termasuk lesi dendritik (pathognomonik)
 Infectious Bovine Keratoconjuntivitis (Bovine
Pink eye): cornea sapi penderita defect pada
bagian superficial-axial yg diikuti abses dan
bila ruptur akan menyebabkan ulcer
 Kasus sering pada kucing jenis persia dan
himalaya
 Biasanya melibatkan infeksi FHV-1
 Lesinya terjadi di daerah superfisial, bulat
hitam dan terfokus pada bagian tengah cornea
 HP: lesi gelap yg umumnya merupakan
keratocytes yang biasanya dibatasi oleh sel-sel
radang (utamanya neuthropil) dan umumnya
diikuti dgn pelebaran epithel cornea.
 = Peradangan pada cornea
 Akut: mrp respon thd luka baru, infeksi
bakteri, atau jamur.
 HP keratitis akut: infiltrasi neuthropil, stroma
edema; aktif vascularisasi
 Hp keratitis kronis: Akumulasi limphosit,
plasma cell, fibroblast atau macrophages.
 Kadang pada pengamatan Hp keratitis:
melanin pada cornea (corneal pigmentation,
corneal melanosis, pigmentary keratitis)
 Keratitis superfisial --- korneal ulceration’ bila
berlanjut menyebabkan : keratokonjungtivitis
sicca , akibat kekeringan pada epithel kornea
dan konjungtiva
 Penyakit mata kronis pada kornea dan
konjungtiva akibat kekurangan produksi air
mata
 Type 1 kasus ini akibat glandula lacrimalis
mengalami athropi
 Type 2:kasus dystemper, trauma pada supply
saraf, infeksi bagian ductusnya akibat bakteri,
peradangan berperantara imun
 Gejala Klinis : bervariasi, tergantung derajat
keparahan dari kurangnya air mata
 Akibat: Blepharospams dan endophthalmos
 Kronis: keratinisasi, menebal membentuk
jaringan kulit (epidermalisasi)

 Opaque, ulcer, vaskularisasi, berpigmen


 = Uberreiter’s Syndrome / Degeneration Pannus
 Radang progressive yang sering pada anjing
German Sherpherd
 Proliferasi epithel kornea diatas jaringan yang
granulasi berpigmen, dapat meluas sampai bagian
pheripheral kornea.
 Disebabkan diduga karena reaksi imun
 Sering terjadi pada Kuda dan Kucing
 Pada Kucing :
- Lesi: keratokonjungtivitis proliferative
- HP : kornea diinfiltrasi sel-sel radang
- sering menyertai infeksi FHV-1
 Pada Kuda :
- Lesi: plaque dijaringan sub-epithel kornea
- HP: plaque beraspek eosinophilik,
collagenolisis, serta diinfiltrasi sel-sel radang.
- akibat: reaksi allergi, berperantara imun, dan
parasit
 = penimbunan cairan pada daerah stroma
kornea
 Akibat : rusaknya membran, pembuluh darah
disekitar kornea dan gangguan keseimbangan
cairan
 Klinis : kornea tampak biru keabuan
 HP :fiber collagen pada kornea terpisah,
sehingga tampak terjadi penebalan
 Kelainan yang dapat memicu edema kornea:
- ulcer kornea
- keratitis
- kelainan fungsi dari endothelial vaskuler pada
kornea
 = peradangan pada konjungtiva
 Akut : kongesti, edema, epiphora
 Kronis : discharge (serous – mucopurulent)
 HP : infiltrasi sel-sel radang (akut), dan
peningkatan jumlah sel goblet dan epithel
mengalami hiperplasia, squamous metaplasia,
keratinisasi
 Kejadiannya dapat berhubungan dengan
radang dari lokasi lain, misal: infeksi saluran
nafas atas.
 Atau, terjadi akibat perkembangan dari infeksi
mata yang lain, seperti: ankyloblepharon dan
symblepharon
 Peradangan pada konjungtiva akibat infeksi
agen virus
 Contoh:

- Anjing: Distemper
- Kucing: FHV – tipe 1
- Sapi: IBR
- Kuda : Equine viral arthritis, Equine adeno
virus
 Kebanyakan bakteri normal terdapat dari
isolasi daerah mata
 Umumnya menyebabkan peradangan ringan

 Contoh:

- Domba : Moraxella ovis


- Unggas : Pasteurella multosida
- Anjing : staphillococcus
 Umum pada burung yang disebabkan oleh
Chlamydophilla psittacy, meskipun dapat juga
menginfeksi hewan lain
 HP: intrasitoplasmik inklusion body dapat
teramati beserta nodul limpositik (folicular
konjungtivitis) bila kasusnya berlangsung
kronis.
 Peradangan konjungtiva akibat infeksi parasit
 Contohnya:

- Oestrus ovis pada Domba


- Thelazia sp. Pada Sapi dan Kuda
* HP: lesi lymphoplasmasytic konjungtivitis
 Peradangan yang dicirikan dengan deposisi
lemak pada jaringan penghubung konjungtiva
 Berhubungan dengan sel goblet yang
mengalami hiperplasia dan radang granuloma
 Xanthoma / Xanthelasma :
akumulasi lemak yang dibarengi dengan
infiltrasi sel makrofag didaerah palpebral
konjungtiva
 = heterochromia iridis, kekurangan aspek
warna dari iris mata
 Akibatnya: fokus pandang berkurang
 Bersifat kongenital dan berhubungan dengan
white coat color (selaput putih menutupi iris)
 HP: distribusi pigmen pada iris tidak rata
 Peradangan kronis pada uvea yang diikuti
dengan infiltrasi sel radang lymposit dan sel
plasma.
 HP : infiltrasi limposit dan sel plasma dalam
jumlah banyak pada jaringan stroma termasuk
ke daerah badan ciliari.
 Pada Kucing: sering diikuti dengan limpositik
nodul dan diassosiasikan sebagai penyebab
glaucoma sekunder
 Berhubungan dengan kegagalan formasi dari
jaringan lain pada mata
 Beberapa kasus anomali lensa mata:
- Aphakia (tidak adanya lensa mata)
- mikrophakia (ukuran lensa lebih kecil)
- makrophakia (ukuran lensa lebih besar)
 Opasitas permanen dari lensa mata akibat dari
mningkatnya cairan pada bola mata
 Dapat bersifat turunan dan dapatan
 Akibat Dapatan:
- penyakit metabolik sistemik
- kekurangan nutrisi
- toxin
- radiasi, glaucoma, dsb
 Perubahan keseimbangan cairan dalam bola
mata

 Akumulasi cairan pada bola mata

 Merusak membran retikular fiber


Katarak
 Pakan dengan kandungan galaktose yang
tinggi
 Radiasi, yang dapat meningkatkan
permeabilitas membran mata
 Defisiensi nutrisi, misalnya: tripthopan,
venilalanin, valine, histidin dan arginin.
 Penyakit intraokuler, contohnya: uveitis,
glaucoma, retinal degenerasi, infeksi parasit
 HP : bagian lentikular epithel menjadi lebih
pipih berbentuk fibroblast (fibrous metaplasia)
dan membentuk multilayer plaque
 Sel-sel lentikular ephitel ini dapat bermigrasi
ke daerah capsul posterior dan membentuk sel
yang disebut bladder cell.
 Anomali Telinga Luar:

- Anotia (tidak adanya daun telinga)


- Makrotia (ukuran daun telinga lebih lebar)
- Mikrotia (ukuran daun telinga lebih kecil)
 Akibat: - suhu ekstrim,
- infestasi parasit,
- garukan atau gesekan

 Nekrosis yang berat bila terinfeksi bakteri


dapat menyebabkan fissure / borok
 Ditandai dengan adanya gumpalan darah
dibawah daun telinga
 Umumnya disebabkan karena trauma
 Prevalensinya tergantung jenis daun telinga
 Kasus yang parah dapat mengakibatkan
terbentuknya jaringan granulasi, yang dapat
mengubah bentuk pinna
 Kasus tumor telinga yang umum pada hewan:
- squamous sel karsinoma : tumor pada kulit
telinga
- adenoma / adeno carsinoma : tumor pada
kelenjar telinga

Sifat tumor yang umum, pada anjing: benigna ;


pada kucing: malignan
 Otitis eksterna
 Ostitis media
 Berupa masa polipoid yang mengisi ruang
tympani
 Biasanya terjadi pada Kucing yang dapat
menyebabkan gangguan pada pendengaran
 Dapat mengalami perluasan ke jaringan lain,
misalnya daerah nasopharing
 Polyp ini dapat mengalami ulcer dan rupture

You might also like