You are on page 1of 24

Tata Bentuk dan Tata Makna Kata

1.Chairun Nisa (1805015064) K


E
2.Humaira Isna Kartika L
(1805015060) O
M
3.Muhammad Michael Iqbal P
(1805015073) O
K
4.Nur Hamidah (1805015055) 2
Morfem

Morfem adalah bentuk bahasa terkecil yang memiliki arti.


Morfem sangat berperan dalam pembentukan kata.
Bentuk seperti -ku, -lah, ter- adalah contoh morfem.
Morfem tersebut dapat kita rangkaikan dengan salah satu
bentuk morfem bebas (kata), misalnya bawa. Dari kata
bawa lalu terbentuklah kubawa, dibawa, terbawa. Ketiga
bentukan ini sudah berbeda artinya dari kata bawa. Itulah
contoh penggunaan morfem sebagai pembeda arti.
Ditinjau dari segi bentuk dan dari segi artinya, morfem
dapat dibedakan atas 2 macam.
• Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri
sendiri. Kata dasar coba, bawa, sakit, rumah, main,
tidur adalah contoh morfem bebas.
• Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri
sendiri. Semua imbuhan: awalan, sisipan, akhiran, serta
awalan dan akhiran tergolong sebagai morfem terikat.
Selain itu, unsur-unsur kecil atau partikel seperti -ku, -
lah, pra-, swa-, dan sebagainya yang tidak dapat berdiri
sendiri, juga termasuk morfem terikat.
Suku Kata

• Kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti halnya kata-kata di


dalam bahasa lain, dapat dianalisis dari persukuannya.
Persukuan berguna antara lain dalam pemenggalan kata dan
penempat-an imbuhan. Pembagian dan penentuan pola suku
kata di dalam bahasa Indonesia dapat diketahui menurut
macam sifat dan macam polanya.
• Menurut sifatnya, suku kata di dalam bahasa Indonesia ada
dua:
• 1. suku kata terbuka, yaitu jika suku kata itu diakhiri oleh
vokal, misalnya bu-ku, la-ri, ta-hu, sa-te, sa-do;
• 2. suku kata tertutup, yaitu jika suku kata itu diakhiri oleh
konsonan, misalnya hen-dak, kom-pleks, prog-ram, prak-tis.
Pembagian Jenis Kata

Secara tradisional, pembagian kata di dalam bahasa-bahasa yang


besar di dunia umumnya terdiri atas 10 jenis kata, yaitu
1) kata benda (nomina)
2) kata kerja (verba)
3) kata sifat (adjektit)
4) kata ganti (pronomina)
5) kata keterangan (adverbia)
6) kata bilangan (numeralia)
7) kata sambung (konjungsi)
8) kata sandang (artikel)
9) kata seru (interjeksi)
10) kata depan (preposisi)
Kata Benda

Kata benda adalah nama dari suatu benda dan segala


sesuatu yang dianggap sebagai benda (konkret maupun
abstrak). Kata benda berfungsi sebagai subjek dan atau
objek dalam kalimat. Kata benda juga disebut kata
nama. Adapun yang maksud dengan benda konkret
adalah objek yang dapat dipersepsi oleh indera kita,
misalnya, orang, buku, pohon, kucing, dan sebagainya.
Sebaliknya, benda abstrak, ia tidak dapat dipersepsi
oleh indera kita, misalnya, Tuhan, keadilan,
pengetahuan, kehendak.
Selain itu, kata benda dapat dikenali dari
bentuknya, yang mungkin:
tata bentuk contoh
berawalan pe- pemimpin, pemanah, pepanah, peninju, petinju
ke- ketua, kekasih
berakhiran –er reporter, apoteker, suporter, fotografer, koreografer
-or aktor, editor, kontraktor, promotor
-is aktris, solis, violis, gitaris, novelis, vokalis
-us akademikus, musikus, kritikus
-an ajakan, pikiran, pesanan
-nya jatuhnya, naiknya, anaknya
berimbuhan pe- + - pegunungan, petualangan, pelatihan
an
peN- + -an penerangan, pemandangan, pembangunan
per- + -an perdagangan,peraturan,persahabatan
ke- + -an kehidupan, kemauan, keterampilan
• Kata Kerja

• Kata kerja adalah kata yang menyatakan tindakan,
tingkah laku, atau perbuatan. Kata kerja pada umumnya
berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.
• Untuk mengenali jenis kata kerja, kita dapat menguji kata
tersebut dengan menambahkan frase "dengan + kata
benda/sifat" di belakang kata tersebut. Sebagai contoh:
tulis, pergi, berbicara.
• Kata Sifat

• Kata sifat adalah kata yang menerangkan tentang keadaan, watak,
tabiat suatu benda. Kata sifat pada umumnya berfungsi sebagai
penjelas arti kata jenis lain, misalnya jenis kata benda, kata
bilangan, kata kerja, dan bahkan memperjelas kata sifat itu sendiri.
Perlu diperhatikan untuk gabungan kata yang berupa idiom (dalam
arti kiasan) kata sifat ini berada di depan kata benda, misalnya:
ringan tangan, enteng tangan, panjang tangan.
• Untuk mengenali jenis kata sifat, kita dapat menguji kata tersebut
dengan menambahkan kata keterangan "sekali" serta dapat
dibentuk menjadi kata ulang berimbuhan "se-+-nya". sebagai
Untuk mengenali jenis kata sifat, kita dapat menguji
kata tersebut dengan menambahkan kata
keterangan "sekali" serta dapat dibentuk menjadi
kata ulang berimbuhan "se-+-nya". sebagai
• Bentuk kata sifat ada 2 macam:
• (1) kata sifat berbentuk tunggal, misalnya:
pandai, cantik, baik;
• (2) kata sifat berimbuhan, misalnya: mengantuk,
bersatu, terselubung, pemabuk, periang,
pembohong.
• Kata Tugas

• Kata tugas adalah kata yang memiliki tugas memperluas atau mengadakan
tranformasi kalimat. Contoh: di, ke, dari, oleh, dan, lagi, sudah, tidak, tetapi.
• Kata tugas tergolong sebagai partikel, yaitu unsur-unsur kecil di dalam bahasa yang
bertugas atau berfungsi memperjelas arti suatu kalimat. Contoh kalimat: Saya
rumah teman tentulah menimbulkan pertanyaan yang bermacam-macam. Bila di
antara kata saya dan kata rumah diselipkan unsur kecil atau partikel di, ke atau
dari, barulah arti kalimat itu menjadi jelas.
• Kata tugas di, ke, dan dari juga disebut kata depan karena selalu berada di depan
kata yang diterangkannya. Setiap orang tentu tidak akan menerima kalimat Saya
Bandung ke minggu depan; atau Adik saya sekolah London di.
• Selain kata depan tersebut di atas, bentuk seperti -lah, -kah, pun, juga termasuk
partikel. Ketiga parikel tersebut mempunyai fungsi tertentu dalam membangun
arti kalimat.
• Macam-macam Makna

• Yang disebut makna ialah hubungan antara bentuk bahasa dan objek atau
sesuatu (hal) yang diacunya. Ada dua macam makna yang terpenting, yaitu
makna leksikal dan makna gramatikal.

• 1) Makna leksikal atau makna denotasi ialah makna kata secara lepas
tanpa kaitan dengan kata yang lainnya dalam sebuah struktur. Dengan kata
lain, makna leksikal ialah makna yang tertera dalam leksikon atau kamus.
Misalnya: belah dapat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah menjadi
dua, (3) setengah, (4) sisi, (5) pihak; sebelah dapat mempunyai makna (1)
setengah, (2) sebelah? (3) arah, (4) di samping. Dari kata belah dapat
dibentuk kata sebelah, bersebelahan (-sebelah), sebelah-menyebelah,
menyebelahkan, membelah, terbelah, belahan, pembelah (pembelahan).
Makna lugas biasanya digunakan dalam surat-surat resmi, surat-surat
dagang, laporan, tulisan ilmiah, dan sebagainya dengan tujuan agar
makna-makna menjadi pasti dan tidak terjadi salah tafsir.
• 2) Makna gramatikal atau makna konotasi ialah makna
baru yang timbul akibat proses gramatikal. Makna
gramatikal disebut juga makna struktural karena makna
yang timbul akan bergantung pada struktur tertentu sesuai
dengan konteks (lingkungan dan situasi di mana kata itu
berada). Makna struktural adalah makna yang sudah
bergeser dari makna leksikalnya. Makna gramatikal
biasanya digunakan dalam menuliskan pigura bahasa untuk
memperoleh makna emotif. Perhatikan contoh di bawah
ini.
• (i) lembah hitam (daerah/tempat mesum)
• (ii) kuhitamkan negeri itu (kutinggalkan untuk selamanya)

• Dalam kaitan dengan makna kata, dikenal beberapa istilah
yang sangat perlu diketahui oleh setiap orang yang
mempelajari bahasa, di antaranya adalah sinonim, antonim,
homonim, dan hiponim.

• a) Sinonim atau padan makna ialah ungkapan yang
maknanya hampir sama dari ungkapan lain. Sinonim dapat
juga diumpamakan sebagai nama lain dari suatu benda
atau pengertian lain dari suatu ungkapan. Contoh: nasib
dan takdir dimisalkan seperti A dan B. Ungkapan A (nasib)
adalah sinonim ungkapan B (takdir).
• Antonim atau lawan makna ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari
ungkapan yang lain. Contoh: sukar dan mudah. Kalau A antonim terhadap
B, maka B selalu antonim terhadap A. Relasi antonim selalu berlaku dua
arah. Antonim dapat dibedakan atas tataran sistematis.
• (1) Antonim antarkalimat, misalnya: Dia sakit dan Dia tidak sakit.
• (2) Antonim antarfrase, misalnya: secara teratur dan secara tidak
teratur.
• (3) Antonim antarkata, misalnya: mustahil dan mungkin; hidup dan mati.
• (4) Antonim antarmorfem, misalnya: prasarjana dan pascasarjana.

• Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau
mempertentangkannya. Contohnya, besar dan kecil, menjual dan membeli,
atas dan bawah. Selain itu, kata yang berantonim (beroposisi) dapat
digabungkan sehingga melahirkan kata majemuk (kompositum).
Homonim ialah kata-kata yang bentuk dan ucapannya
sama, tetapi maknanya berbeda. Homonim dalam
bahasa Indonesia hanya berupa homonim kata.
Contohnya: mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari
ukur). Relasi homonim juga selalu berlaku dua arah.
Selain homonim terdapat pula homofon dan
homograf. Homofon, jika bunyi sama, tetapi makna
dan bentuknya berbeda. Misalnya sangsi = ragu-ragu,
dan sanksi (sangsi) = hukuman; sedangkan homograf,
yaitu bentuk yang sama, tetapi bunyi/ucapan dan
maknanya berbeda. Misalnya: beruang = binatang,
beruang = mempunyai ruang, beruang = mempunyai
uang.
• Hiponim ialah ungkapan yang maknanya merupakan bagian dari makna
suatu ungkapan yang lain. Misalnya: merah adalah bagian hiponim dari
kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya,
disebut hipernim, misalnya: berwarna hipernim terhadap merah.

• Hiponim sangat perlu bagi pengklasifikasian kata berdasarkan
kesederajatan atau kesejajaran makna sehingga para pemakai kata itu
makin peka dalam memilih kata yang paling tepat. Jika superordinat suatu
kata sudah ada, hiponimnya harus dapat dicari. Dalam terjemahan,
umumnya superordinat suatu kata tidak selalu ditemukan. Maka, untuk
menggantikannya diambillah salah satu bentuk hiponimnya. Kata rice
dapat diterjemahkan dengan salah satu: padi, gabah, beras, atau nasi.
Namun, jika pasangan superordinatnya ditemukan, komponen hiponimnya
harus dihindari. Misalnya, kata poultry haruslah diterjemahkan dengan
unggas, bukan ayam, bebek, atau burung.
• Perubahan Makna

• Dalam pertumbuhan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan.
Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan tempat pemakaian, perbedaan
waktu pemakaian, dan kehendak untuk memberi makna baru. Di antara
perubahan makna yang penting adalah sebagai berikut.

• 1) Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama.
Misalnya, kata putra putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja,
sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
• 2) Menyempit, yaitu jika cakupan arti dulu lebih luas dari arti sekarang.
Misalnya, kata sarjana dulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang hanya
untuk gelar akademis.
• 3) Amelioratif, yaitu jika terjadi suatu proses perubahan arti kata sehingga arti
baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari arti dulu. Misalnya, isteri
dan nyonya lebih baik dari bini.
• Peyoratif, yaitu jika arti baru dirasakan lebih rendah nilainya dari
arti dulu (kebalikan dari amelioratif). Kata bini yang dianggap baik
pada jaman lampau, sekarang dianggap kasar.
• 5) Sinestesia, yaitu jika perubahan makna terjadi akibat
pertukaran tanggapan dua indera yang berlainan. Contoh: Kata-
katanya manis. Manis sebenarnya tanggapan indera perasa, tetapi
dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: Mukanya masam;
Pidatonya hambar.
• 6) Asosiasi, yaitu jika perubahan makna terjadi karena
persamaan sifat. Misalnya, amplop artinya kertas pembungkus
surat; berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian
memberi sogokan: Beri dia amplop agar urusan cepaf selesai.

• Perubahan Bentuk

• Perubahan bentuk kata dapat dibedakan menjadi (1) perubahan
bentuk kata-kata dari perbendaharaan kata asli suatu bahasa karena
pertumbuhan dalam bahasa itu; (2) perubahan bentuk dari kata-
kata pinjaman.

• 1) Adaptasi, adalah penyesuaian bentuk kata-kata asing dengan
struktur bahasa Indonesia. Adaptasi bentuk dapat dibedakan
berdasarkan fonologi dan berdasarkan morfologi bahasa Indonesia.

• Contoh adaptasi berdasarkan fonologi bahasa Indonesia:
• telephone (Inggris) menjadi telepon
• vacantie (Belanda) menjadi pakansi
Analogi, adalah pembentukan suatu kata baru
berdasarkan suatu contoh yang sudah ada.
Misalnya, kata export dalam bahasa Inggris
mempunyai hubungan dengan bentuk-bentuk
to export, exporting, exported. Berdasarkan
analogi tersebut, dalam bahasa Indonesia dari
kata ekspor dibentuklah kata-kata
pengeksporan, pengekspor, mengekspor,
diekspor.

You might also like