You are on page 1of 34

Definisi

• Acute Respiratory Distress Syndrom atau


Sindrom Gagal Nafas Akut adalah suatu
kondisi dimana sistem respirasi gagal untuk
melakukan fungsi pertukaran gas, pemasukan
oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Ketidakmampuan itu dapat dilihat dari
kemampuan jaringan untuk memasukkan
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
(Nemaa,2003)
Etiologi
Penyebab spesifik ARDS masih belum pasti,
banyak faktor penyebab yang dapat berperan
pada gangguan ini menyebabkan ARDS tidak
disebut sebagai penyakit tetapi sebagai sindrom.
Sepsis merupakan faktor risiko yang paling
tinggi, mikroorganisme dan produknya
(terutama endotoksin) bersifat sangat toksik
terhadap parenkim paru dan merupakan faktor
risiko terbesar kejadian ARDS, insiden sepsis
menyebabkan ARDS berkisar antara 30-50%.
(Fanelli et al, 2013; Amin et al, 2009)
Aspirasi cairan lambung menduduki tempat
kedua sebagai faktor risiko ARDS (30%). Aspirasi
cairan lambung dengan pH<2,5 akan
menyebabkan penderita mengalami chemical
burn pada parenkim paru dan menimbulkan
kerusakan berat pada epitel alveolar (Rubenfeld
et al, 2005; Amin et al, 2009)
Faktor risiko klinik
ARDS

Akibat Paru
Akibat Sistemik
Sendiri
Pankreatitis
Transfusi
Shock berulang

Luka bakar Sepsis


Akibat
Sistemik
Overdosis, Luka berat
Kemoterapi

Cardiopul-
monary DIC
bypass Trauma
kepala
Trauma paru
Aspirasi
Narkosis
asam
O2
lambung

Menghirup
Emboli gas beracun
Akibat
Paru
Obstruksi
Sendiri saluran
TBC miliar
napas atas

Radang paru
difus luas Radang Pneumonia
(SARS) paru
eosinofilik
akut
Key : Atasi Gawat Napas sebelum
Menjadi Gagal Napas
TAHAPAN RESPIRASI

1. VENTILASI

2. PERFUSI PARU - PARU

3. PERTUKARAN GAS DI PARU-PARU

4. TRANSPORT OKSIGEN

5. EKSTRAKSI ( OXYGEN UPTAKE )


Kapan dong perlu support Ventilator??
A
N
A
L
I
S
A
G
A
S

D
A
R
A
H
Gambar Hasil Pemeriksaan AGD

pH : 7,458
pCO2 : 16.0
Po2 : 184
HCO3 : 11.4
CASE
Tn. G.A, 57 th, riwayat CKD on HD
sejak Juli 2018, stroke, DM tipe 2
terkontrol, hipertensi terkontrol,
MRS tgl. 16/2/2019 dengan keluhan
demam dan sesak napas masuk ke
UGD dan dirawat di IMC IRINA C
selama 24 jam, karena ancaman
gagal napas, klien dirujuk ke ICU.
Saat pengkajian tgl.25/3/2019, klien
sudah terpasang Ventilator mode SPN-
BIPAP dengan FiO2 40%, RR 35x/mnt,
PEEP 5, Ti 1:0, VT 534. TTV klien TD
112/80, RR 35, SB 36.5, N 70, SpO2
95%. Hasil AGD pH 7,458; pCO2 16.0;
pO2 184, HCO3 11.4 dengan
intepretasi alkalosis respiratori
terkompensasi sebagian. GCS
E2,VxM4, koma.
Diagnosa keperawatan
1. Inefektifan bersihan jalan b/d hipersekresi jalan
napas adanya jalan napas buatan ditandai dengan
DS :-
DO:
a. ada produksi sputum warna kuning di ETT
b. terpasang ETT no. 7 kedalaman 21 cm
c. tidak ada refleks batuk
d. tidak ada refleks menelan
e. terdengar bunyi ronchi di kedua lapang paru lobus
atas
f. foto thorax : pneumonia
g. terpasang OPA no. 8
2. Gangguan pertukaran gas b/d ketidakseimbangan
ventlasi perfusi ditandai dengan
DS :-
DO :
a. alkalosis respiratorik terkompensasi sebagian
b. PH : 7,458
c. PCO2 : 16,0
d. PO2 : 184
e. HCO3 : 11,4
f. Terdengarnya bunyi ronchi di kedua lapang paru lobus
atas
g. GCS : E2, Von ETT, M4
h. Foto x-ray thorax : pneumonia
i. CRT >3 detik
3. Pola napas tidak efektif b/d hperventilasi yg
ditandai dengan
DS : -
DO : hiperventilasi, RR 29x/m, penggunaan otot
antu napas
4. Kelebihan volume cairan b/d kelebihan asupan cairan,
ditandai dengan
DS :
Keluarga mengatakan klien cuci darah sejak bulan juli 2018,
1 minggu 2x
DO :
a. Odeme di kedua ekstremitas bawah
b. Terdengar bunyi ronchi dikedua lapang paru lobus atas
c. Hb : 8,7 g/dL
d. Ht : 24,5%
e. Moon face, odeme palbera
f. Ureum : 207 mg/dl
g. Creatinin : 8,6 mg/dl
5. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan
konsentrasi hemoglobin
DS :-
DO:
a. SpO2 : 95%
b. Hb : 8,7 g/dl
c. RR : 29x/m
d. CRT >3 dtk
e. Edema dikedua ekstremitas
f. Konjungtiva pucat/anemis
6. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik ditandai
dengan :
DS :-
DO:
a. Wajah tampak meringsi
b. Score CPOT : 4
c. TD : 147/87MmHg
d. RR : 29x/mnt
7. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan
makanan ditandai dngan
DS :-
DO :
a. BB : 65 kg
b. IMT : 21,22
c. Tidak ada reflex menelan
d. Terpasang NGT no 10 dilubang hidung kanan
e. Albumin : 2,86 g/dl
f. Membrane mukosa kering
g. Konjungtiva anemis/pucat
h. Hb : 8,7 g/dl
8. Gangguan integritas kulit b/d faktor mekanik
(tekanan, gesekan, dorongan) ditandai denga
DS : -
DO:
a. Kulit kering
b. Ada luka tekan di tumit kanan suspect DTI
warna ungu gelap
c. Kulit sekitar luka tekan teraba hangat
d. Bradden score : 11, Bresiko tinggi
EVALUASI
Diagnosa 1 Diagnosa 2 Diagnosa 3
S :- S :- S :-
O : - Jalan nafas paten O : - On ventilator mode O : - On ventilator mode
⁻ Terpasang OPA no 8 spontan CPAP SPN-CPAP
⁻ Terpasang OPA no 8
⁻ Terpasang ETT No 7 ⁻ SpO2 100%
⁻ Terpasang ETT No 7
⁻ Support mode ⁻ Support mode ventilator ⁻ TD : 152/89 mmHg
ventilator mode SPN- mode SPN-CPAP ⁻ Tidak ada gejala
CPAP ⁻ TD : 157/39 mmHg sianosis
⁻ TD : 157/89 mmHg ⁻ CRT <3 ⁻ Tidak ada pengunaan
⁻ CRT <3 ⁻ Tidak ada gejala sianosis otot bantu nafas
⁻ Tidak ada gejala ⁻ Hasil pemeriksaan AGD ⁻ Irama nafas
sianosis alkalosis respiratorik reguler,cepat dan
terkompensasi sebagian
⁻ Ronchi (+) dangkal
⁻ Irama nafas reguler,cepat
⁻ Irama nafas ⁻ SpO2 100% A : Masalah keperawatan
reguler,cepat A : Masalah keperawatan belum teratasi
A : Masalah keperawatan belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
EVALUASI
Diagnosa 4 Diagnosa 5 Diagnosa 6
S :- S :- S :-
O : - Edema di O:- RR 34x/menit O : - Klien tampak
ekstremitas bawah ⁻ TD 152/89 mmHg meringis dan
⁻ Lingkar perut 92.5 ⁻ Nadi 134x/menit menangis saat
cm ⁻ CRT <3 suction
⁻ Ronchi (+) lobus ⁻ Edema di ⁻ TTV
atas ekstremitas TD : 152/89 mmHg
⁻ Balance cairan - bawah RR : 34x/mnt
51,4cc A : Masalah N : 134x/menit
⁻ MAP 75 mmHg keperawatan belum SB : 36,4⁰C
A : Masalah teratasi CPOT : 4
keperawatan belum P : Lanjutkan intervensi A : Masalah
teratasi keperawatan belum
P : Lanjutkan intervensi teratasi
P : Lanjutkan intervensi
EVALUASI
Diagnosa 7 Diagnosa 8
S :- S :-
O : - Albumin 2,86 O : - Bradden score
⁻ Pasien terpasang NGT 11(resiko tinggi)
untuk pemenuhan ⁻ Ada luka tekan di
nutrisi enteral oral tumit kiri
A : Masalah keperawatan ⁻ Kulit lembab, edema
belum teratasi di ekstremitas
P : Lanjutkan intervensi bawah bilateral
⁻ Klien tolerani saat di
reposisi
⁻ Edema di
ekstremitas bawah
A : Masalah keperawatan
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Pembahasan
• Pengkajian Keperawatan
Pada tahap ini ditemukan kesamaan
pada hasil pemeriksaan fisik dengan
tinjauan pustaka yang dimana
disebutkan bahwa ada tanda gejala
seperti sesak napas, anemia karena
kekurangan produksi eritropetin,
sehingga ditemukan pucat.
• Diagnosa Keperawatan
Tanda-tanda yang dikenali pada awal
proses diagnostic dapat dipahami hanya
jika ada penjelasan yang masuk akal
untuk tanda-tanda tersebut dengan
konteks suatu situasi, ini adalah proses
berfikir aktif ketika perawat
mengeksplorasi pengetahuan dalam
memorinyauntuk mendapatkan
kemungkinan penjelasan data (Nanda Nic
& Noc, 2007).
• Perencanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara tinjauan
teori dengan tinjauan kasus.
• Pelaksanaan
Pada tahap ini tidak ditemukan
adanya kesenjangan antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus.
• Evaluasi
Pada tahap ini tidak ditemukan
adanya kesenjangan pada
tinjauan pustaka dengan tinjauan
kasus.
Any
Question??

You might also like