Professional Documents
Culture Documents
SGD 7
LBM 4 enterohepatik
Nyeri dijalarkan ke bahu kanan
Karena n. phrenicus mensarafi diafragma bgn sentral ,nervus menyilang sampai bahu
kanan penjalaran sampai bahu kanan.
Karena saraf C3-C5, menjalarnya ke punggung tengah, scapula baru ke puncak bahu
kanan.
Secara embriologi n. prhenicus berasal dari kanan.
Rasa nyeri hebat dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu mengalami distensi
kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba massa pada kuadran I yang
menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar ke punggung dan bahu kanan sehingga
menyebabkan rasa gelisah dan tidak menemukan posisi yang nyaman. Nyeri akan
dirasakan persisten (hilang timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang
disertai rasa mual dan ingin muntah dan pada pagi hari karena metabolisme di
kandung empedu akan meningkat.
Mekanisme nyeri dan kolik bilier Batu empedu Aliran empedu tersumbat
(saluran duktus sistikus) Distensi kandung empedu Bagian fundus (atas)
kandung empedu menyentuh bagian abdomen pada kartilago kosta IX dan X bagian
kanan Merangsang ujung-ujung saraf sekitar untuk mengeluarkan bradikinin dan
serotonin Impuls disampaikan ke serat saraf aferen simpatis Menghasilkan
substansi P (di medula spinalis)Thalamus K orteks somatis sensori Bekerjasama
dengan pormatio retikularis(untuk lokalisasi nyeri) Serat saraf eferen Hipotalamus
Nyeri hebat pada kuadran kanan atas dan nyeri tekan daerah epigastrium terutama
saat inspirasi dalam Penurunan pengembangan thorak Menjalar ke tulang belikat
(sampai ke bahu kanan) Nyeri meningkat pada pagi hariKarena metabolisme
meningkat di kandung empedu.
Pembagian nyeri
Nyeri visceral
Nyeri viseral kadang disebut nyeri sentral
terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut.
Peritoneum viseral yang menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf autonom
dan tidak peka terhadap rabaan atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau
penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa dirasakan oleh pasien. Akan tetapi bila
dilakukan tarikan atau regangan organ, atau terjadi kontraksi yang berlebihan pada otot
yang menyebabkan iskemia misalnya kolik atau radang, akan timbul nyeri.
Nyeri ini tidak dapat ditunjukkan secara tepat letak nyerinya..
Terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam rongga perut,
misalnya dalam keadaan cedera atau radang.
Pola nyeri biasanya khas sesuai dengan persarafan embrionalnya, yaitu :
Foregut ( lambung, duodenum, hepatobilier dan pankreas ) nyeri di ulu hati atau epigastrium
Midgut ( usus halus, usus besar sampai pertengahan kolon transversum ) nyeri di umbilikus
Hindgut ( pertengahan kolon transversum sampai kolon sigmoid ) nyeri di perut bagian bawah.
Nyeri somatik
Nyeri ini terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi oleh
saraf tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietal dan luka pada
dinding perut.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk atau disayat
nyeri dapat ditunjukkan secara tepat letaknya dengan jari, biasanya
dekat dengan organ sumber nyeri.
Proses nya :
Rangsang yang menimbulkan nyeri ini dapat berupa rabaan, tekanan,
rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang rangsangan peritoneum
nyeri.
Peradangannya + gesekan antara kedua peritoneum perubahan
intensitas nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral
pada appendicitis akut. Setiap gerakan penderita, baik berupa gerak
tubuh maupun gerak napas yang dalam atau batuk, juga akan
menambah rasa nyeri.
Letak nyeri perut :
Nyeri visceral sesuai letaknya dengan asal organ tersebut pada masa embrional
Nyeri somatik dekat dengan sumber nyeri.
Sifat nyeri :
Nyeri alih
Terjadi jika satu segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah.
Nyeri proyeksi
Disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat cedera atau peradangan saraf. Eg : nyeri fantom
setelah amputasi, nyeri perifer setempat pada herpes zoster.
Hiperestesia atau hiperalgesi
Sering ditemukan pada kulit jika ada peradangan pada rongga di bawahnya. Eg : pada pasien
peritonitis.
Nyeri kontinu
Nyeri yang dirasakan terus menerus.
Nyeri kolik
Merupakan nyeri visceral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya disebabkan oleh
hambatan pasase dalam organ tersebut. Nyeri ini timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan
dinding saluran.
Yang khas adalah adanya TRIAS KOLIK : nyeri perut kumatan yang disertai Mual, Muntah, dan
Gerakan paksa. Eg : obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer.
Nyeri iskemik
Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang terancam nekrosis.
Nyeri pindah
Kadang, nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Eg : pada apendisitis.
Mekanisme nyeri
Mekanisme Nyeri
Kapasitas jaringan menimbulkan nyeri apabila mendapat
rangsangan yang mengganggu, bergantung pada
keberadaan nosiseptor (saraf aferen primer untuk
menyalurkan dan menerima rangsangan nyeri).
Ujung-ujung saraf bebas nosireseptor berfungsi sebagai
reseptor yang peka terhadap rangsangan kimiawi yang
menimbulkan nyeri.
Distribusi nosireseptor bervariasi di seluruh tubuh, dengan
jumlah terbesar terdapat di kulit. Nosiseptor terletak di
jaringan kutis , otot rangka dan sendi.
Reseptor nyeri visera tidak terdapat di parenkim organ
internal itu sendiri, tetapi di permukaan peritoneum,
membran pleura, durameter dan pembuluh darah.
Saraf perifer terdiri dari akson toga tipe neuron yang berlainan: neuron
aferen atau neuron sensorik primer, neuron simpatik dan neuron
pascaganglion simpatis.
Serat pascaganglion simpatik dan motorik adalah serat aferen
(membawa impuls dari medula spinalis ke jaringan organ efektor).
Badan sel dari neuron aferen primer terletak di akral dorsal N.
Spinalis. Setelah keluar dari badan selnya di ganglion akral dorsal
(GAD), akson saraf aferen primer terbagi mnejadi dua prosesus: satu
masuk ke kornu dorsalis medula spinalis, dan yang lain mempersarafi
jaringan.
Serat serat aferen primer diklasifikasikan berdasarkan ukuran,
derajat mielinisasi, dan kecepatan penghantaran. Serat aferen A-alfa
dan A-beta berukuran paling besar dan bermielin serta memiliki
kecepatan hantaran tertinggi. Serta serat ini berespon terhadap
sentuhan, tekanan, dan sensasi kinestetik, namun serat-serat ini tidak
berespon terhadap rangsangan yang mengganggu sehingga tidak
dapat diklasifikasikan sebagai nosiseptor. Sebaliknya serat serat aferen
primer A-delta yang bergaris tengah kecil dan sedikit bermielin serta
serat aferen primer C.
(Price and Wilson, 2001)
Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi
kolesterol meningkat dan
kadar chenodeoxycholat rendah,
padahal chenodeoxycholat
efeknya melarutkan batu kolesterol dan
menurunkan saturasi
kolesterol. Penelitian lain menyatakan
bahwa tablet KB
pengaruhnya hanya sampai tiga tahun
Metabolisme Kolesterol
http://bidanriana.dagdigdug.com/tag/adaptasi-fisiologi/
DD
Kolelitiasis
Definisi
Suatu keadaan dimana pada vesica fellea
terdapat batu empedu. Batu empedu memiliki
ukuran yang berbeda. Batu empedu
komposisinya berbeda juga.
Batu empedu ada 2 jenis :
Batu pigmen : berasal dari garam kalsium bilirubin
○ Batu pigmen hitam : kecil, banyak, radioopak
○ Batu pigmen coklat : terjadi karena infeksi, sedikit,
radiolusen
Batu kolesterol : berasal dari asam empedu
Kolelitiasis
Etiologi
Peningkatan kolesterol
Faktor resiko
Usia (>40th)
Jenis kelamin (wanita)
Obesitas
Genetik
Etnik (batu kolesterol lebih meningkat di Eropa)
Kehamilan
Nutrisi parenteral total
Anemia hemolitik
Batu kolesterol
Di eropa
Kelainan herediter metabolisme asam empedu
Syndrome hiperlipidemia
Batu pigmen
Di asia
Karena syndrome hemolitik kronis
Penyakit saluran cerna
Patogenesis
Supersaturasi : asam empedu, kolesterol, lecytin (kolesterol
terlalu banyak, segitiga admiral tidak seimbang menyebabkan
kolesterol mengendap kemudian terjadi pengkristalan dan
terjadilah batu empedu)
Nukleasi : kristal2 menjadi agregasi sendiri yang dibantu oleh
alfa 1-acid glycoprotein, alfa 1 antichymotripsin dan fosfolipase
C (yang membantu untuk nukleasi kantung empedunya
tersebut)
Disfungsi kantung empedu : penurunan kontraktilitas dari
kantung empedu sehingga tidak bisa mengeluarkan isinya
Epitel kantung empedu terganggu karena pengkristalan
kurang peka dengan hormon CCK
Dari segi letak batu empedu :
○ Kolesistolitiasis : di kantung empedunya (ductus cysticus)
○ Koledocholitiasis : di saluran empedunya (ductus choledochus)
BATU PIGMEN
Anemia hemolitik kadar B1 meningkat
berikatan dengan kalsium sehingga batu
pigmennya isinya kalsium bilirubinat
masuk ke empedu warna pada batu
(hitam)
Bakteri infeksi memberi warna batu
(coklat dari fosfolipase bakteri dimana
fosfolipase dimana fosfolipase mengikat
asam palmitat dan stearat dari pemecahan
lecytin)
kolesistitis
Akut
Kolesistitis akut tanpa batu merupakan penyakit yang serius dan
cenderung timbul setelah terjadinya:
cedera
pembedahan
luka bakar
sepsis (infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh)
penyakit-penyakit yang parah (terutama penderita yang
menerima makanan lewat infus dalam jangka waktu yang lama).
Sebelum secara tiba-tiba merasakan nyeri yang luar biasa di
perut bagian atas, penderita biasanya tidak menunjukan tanda-
tanda penyakit kandung empedu.
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari
kolesistitis akut, yang menyebabkan terjadinya penebalan
dinding kandung empedu dan penciutan kandung empedu.
Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung
empedu.
http://www.medicastore.com
Klasifikasi
KOLESISTITIS AKUT
Mengalami leukositosis,
hiperbilirubinemia ringan dan peninggian
fosfatase alkali, dengan foto polos
abdomen kadang2 terlihat batu empedu.
Hasil yang lebih baik dilakukan degan
USG.
(Kapita selekta, jilid I edisi 3)
foto polos abdomen tidak dapat memperlihatkan
gambaran kolesistitis akut. Hanya sekitar 15% yang
tampak.
Kolesistografi oral tidak dapat memperlihatkan gambaran
kandung empedu bila ada obstruksi hingga pemeriksaan
ini tidak bermanfaat untuk kolesistitis akut.
USG biasanya dikerjakan secara rutin dan bermanfaat
untuk memperlihatkan besar, bentuk, penebalan dinding
kantung empedu, batu dan sal. Empedu ekstra hepatic
Skintigrafi hamper sama dengan USG tapi tekniknya lebih
mudah.
CT scan kurang sensitive tapi dapat memperlihatkan
adanya abses perikolesistik.
(Ilmu Penyakit Dalam, jilid I edisi IV)